heyoo piyo here, ada yg aneh dengan title nya? yap, ini side part!
btw, side part kaya gini bakal aku sempilin(?) di sela sela main part. side part bakal jadi part lanjutan dari part sebelumnya, tapi ga berhubungan dengan part selanjutnya.
happy reading, fellas✨
🌱🌱🌱
Nat menatap meja makan yang sudah ia siapkan, menghela napas kasar, pikirannya kacau.
Dimana dan dengan siapa suaminya sekarang? Siapa suara perempuan tadi? Semua itu berkecamuk dalam pikirannya.
Suara bel membuyarkan pikiran Nat. Nat segera berjalan menuju pintu. Ia tidak bisa menyangkal jika ia berharap Jae yang membunyikan bel, tapi itu sama saja seperti mengharapkan pohon jeruk berbuah mangga, mustahil.
Ketika Nat membuka pintu, ia dihadapkan oleh wajah bulat seorang pria yang ditutupi oleh bunga.
Tidak perlu berpikir Nat juga tahu itu siapa, Brian.
"Wehehehe, hai." Brian menyapa Nat dengan cengiran.
"Dih, ngapain lo disini malem-malem? Kok lo bisa tau alamat gue? Pake segala bawa apaan nih, bunga?" Nat melemparkan banyak pertanyaan kepada Brian.
"Wets, wets, satu-satu dong nanyanya, dek." Nataya memutar bola matanya, "Nih, buat lo. Duh, tamu kaga disuru masuk nih? Jae lagi ga dirumah ya?"
"Gak. Lagian lo dateng malem banget. Jacob lagi diluar." Brian cengengesan ga jelas. "Di taman aja ayok." Nataya mengambil kartu apart dan outer-nya lalu berjalan mendahului Brian.
Melihat itu, Brian hanya tersenyum dan menyusul cewek mungil itu. Nataya menatap bunga yang diberikan Brian, daisy. Brian selalu memberinya bunga ini.
"Selamat siang kak, untuk pacar, sahabat, teman, orang tua, atau untuk rekan kerja?" template yang sangat dihafal Nataya jika melayani pelanggan.
Nataya remaja memang sudah bekerja di florist milik keluarganya, setelah orangtuanya meninggal, Julia, Tantenya, yang mengambil alih. Sedangkan Nataya masih harus menyelesaikan sekolah dahulu.
Pelanggan yang ternyata pria itu tiba-tiba menarik kursi yang entah darimana ke depan Nataya, sehingga mereka hanya terhalang meja. Nataya terdiam, menunggu pria ini menjawab pertanyaannya tadi, entah dia dengar atau tidak.
Bukannya menjawab, pria tadi malah melepas kacamata pink-nya dengan amat-sangat-drama bagi Nat.
Nataya mulai memasang wajah ngapain-sih-ini-orang miliknya. Selesai melepas kacamatanya, pria aneh itu memandangi Nat dengan amat-sangat-drama lagi bagi Nat.
Kali ini Nataya memasang wajah WOY-APAAN-SIH-INI-MAKSUDNYA, karna sungguh, PRIA ANEH INI GAJELAS BANGET.
Lama mereka bertatapan, akhirnya Nataya jengah,
"Kak? Kalo mau main 'lama-lamaan gak kedip' bukan disini tempatnya, kak." Pria itu akhirnya sadar bahwa jurus 'tebar pesona' pamungkasnya tidak bekerja pada perempuan mungil ini. Pria itu meringis,
"Yaampun, Brian, sadar dong, gue tau gue ganteng, tapi yakali gue ngegoda anak kecil kaya dia pftt." Pria yang bernama Brian itu berkata pada dirinya sendiri, tapi Nat denger.
"Excuse you, siapa yang anda bilang anak kecil?" Nataya mulai ngegas.
"Emangnya ada siapa lagi di ruangan ini?" Brian menjawabnya dengan lebih songong.
Nataya menggebrak meja, membuat Brian hampir terjungkal dari kursinya.
"HEH, gue ga kecil, ya! Lo-nya aja yang kegedean!!!!" ucap Nataya sambil menunjuk-nunjuk Brian. Saat itu, brian sadar ia telah melukai perasaan anak kecil, ralat, perempuan mungil yang ia yakin sedang bertumpu pada ujung kakinya demi menunjuk dirinya.
"Hmm, gue minta maaf. Bunga buat gebetan, please?"
***
"Kalo yang ini namanya bunga apaan?" Nataya menoleh. Kemudian menghampiri Brian untuk melihat bunga apa yang ia maksud.
Setelah pertemuan pertama mereka yang tidak bersahabat, kemungkinan mereka berteman sangatlah kecil. Tapi Brian diberi julukan 'siswa ter-friendly se-SMA Nusantara' bukan tanpa alasan, ia punya 1001 cara untuk berteman dengan perempuan mungil itu. Sekarang, Brian berhasil berteman (dekat) dengan perempuan bernama Nataya itu.
"Daisy," Nataya menyiramkan air ke bunga itu, "Kecil, dan keliatannya biasa aja. Bunga daisy sering tumbuh liar. Melambangkan kesederhanaan, coba lo liat sekilas, ga mencolokseperti mawar, kan? tapi kalo ditelaah dengan baik keindahannya melebihi mawar."
Brian cengengesan sambil menatap Nataya, "Kaya lo dong, kecil dan keliatannya biasa aja." Nataya bersiap menyiram Brian, membuat Brian buru-buru melanjutkan, "Tapi indah, bahkan lebih indah dari mawar."
Brian memetik satu tangkai bunga daisy,
"Bunga seindah ini gapantes tumbuh liar, tapi liat takdir yang Tuhan kasih buat si daisy ini. Tumbuh di antah-berantah, bikin bunga ini istimewa. Kenapa? Karna ga semua orang bakal dateng ke tempat antah-berantah itu. Jadi, keindahan daisy ini cuma bisa diliat sama orang yang beruntung." Brian tersenyum jumawa, ia berasa ganteng banget setelah mengucapkan itu.
"BRIAN! KENAPA LO PETIK?!"
Sial, Brian lupa kalau ia tidak sedang berada di taman bunga, tapi berada di kebun bunga milik teman (dekat) nya, Nataya.
***
"Dia nolak gue, dek." Ucap brian setelah mereka sampai ke taman.
"Masih banyak ikan di laut, brot."
"But, I just want her, dek."
"Berhenti ngatain gue pendek, gembrot! Omongan tuh doa, kalo lo mang-" Nataya berteriak nyaring, hingga Brian terpaksa membekap mulut Nat dengan tangannya. Iya guys, 'dek' yang dimaksud Brian bukan 'adek' tapi 'pendek'
"Lo juga ngatain gue gembrot, padahal gue sixpack gini!"
"Dih, kalo lu mah onepack alias buncit! Gue ngatain lo karna lo ngatain gue duluan!"
Brian nyengir, "Yaudah, gue minta maaf. Kasih gue saran dong biar dia mau jadi pacar gue."
Nataya berpikir sebentar, "Hmm, gue punya ide."
🌱🌱🌱
Brian to Jae be like: YAHAHAHA W PUNYA PART SENDIRI NIH DI CERITA LO, HYUNG!
anw, wdyt bout the first side part? adakah yg ngeship Nat dengan Brian? piyo saranin jgn karna Brian sudah digembok hatinya oleh seseorang👻
don porget vomment, luvs!
see ya, next✨
p i y o
🌱 k a r e t d u a 🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] karet dua • parkjae
Fanfiction[CEO6 Series #1] CEO tinggi, putih, badannya segaris, suka gitar, tapi mulutnya ber-karet dua, ya cuma dia. "Jaeeee, suapin." "Tangan lo lumpuh?" ©dapiyoo, 2019