Nat mengerjapkan mata, gelap.
Nat merasa aneh, ini bukan ruang tamu. Ah, ia memang tidak sedang tidur di ruang tamu. Melainkan di kamar, dengan Jae di sampingnya.
Memikirkan itu membuat Nat tersenyum.
Nat tersenyum diiringi suara pria berbicara bahasa asing. Dengan cepat Nat menoleh, Jae ternyata sedang mendengkur dengan bahasa asing.
Nat mendekatkan wajahnya, menatapnya takjub. Bertalenta sekali suami jangkungnya ini.
Tapi atensi Nat terdistraksi oleh detail wajah Jae. Matanya menelusuri setiap inci wajah Jae, menatap betapa lancip rahangnya, betapa damai suaminya ini saat terlelap. Nat merasa ia bisa melakukan ini selamanya.
"Masih sama kaya dulu."
***
Jae mengubah posisi tidurnya, tapi malah berujung membuka mata.
Hal pertama yang ia lihat adalah wajah Nat. Seketika kembali teringat kejadian malam tadi, rasa malu masih terasa. Ia mengamati perempuan mungil di hadapannya, yang ironisnya adalah istrinya.
Cantik.
Kata itu yang pertama muncul di pikiran Jae saat melihat Nataya. Seakan bisa mendengar pikiran Jae, Nataya juga membuka mata. Membuat Jae seperti kebakaran jenggot. Jae langsung meraih buku di sampingnya dan berdeham.
"Bangun juga lo. Gue kira mati. Liat tuh udah jam berapa."
Nataya tersentak, ia kesiangan! Nataya bangun, tapi satu hal mengusiknya,
"Lo... kenapa baca buku terbalik?" tanya Nataya sambil menguncir rambutnya.
Jae yang sedari tadi memang tidak menaruh fokus pada buku yang dipegangnya, salah tingkah. "G-gue lagi coba hal baru. Udah sana cepet buat sarapan, gue laper!"
Selain mendengkur pake bahasa asing, ternyata Jae juga bisa baca buku terbalik. Kira-kira apalagi bakat suaminya ini?
***
Nataya meregangkan otot-ototnya, dirinya pegal sekali hari ini.
"Oi, ambilin remote dong."
Nataya menghela napas, inilah yang membuat dirinya pegal. Sedari tadi, Jae selalu menyuruhnya ini itu. Padahal, remote tv ada di sampingnya, Jae hanya tinggal mengulurkan tangan untuk mengambilnya.
"Ambil sendiri."
"Susah. Nih, tangan gue penuh." Jae memperlihatkan tangannya yang dipenuhi snack.
Dengan menghela napas, Nat yang berada di dapur menghampiri Jae yang berada di ruang tengah. Setelah mengambilkan remote, Nataya memfokuskan diri ke masakannya.
Kemudian Nat menyadari Jae sudah tidak berada di ruang tengah. Tiba-tiba terdengar suara Jae memanggil Nat, ternyata Jae pindah ke studionya.
"Nat, Natayaaaaaa..." Nataya yakin ia pasti hanya disuruh mengambil sesuatu.
"Ambilin pensil dong,"
"Kertasnya juga ambilin,"
"Duh gaenak banget sih nih gitar, ambilin Taylor dong."
"Eh gajadi. Ambilin Mery aja."
Nataya berteriak dalam hati. Sial sekali dirinya hari ini, Nat sudah menaruh harapan besar akibat peristiwa malam tadi. Tapi sirna sudah, Jae tetaplah Jae.
Nataya mengulurkan gitar Jae yang bernama Mery itu dengan bersungut-sungut. Sudah, sehabis ini ia mau beristirahat. Kakinya pegal sekali mondar-mandir sedari tadi. Baru saja Nat mau melangkahkan kaki keluar, Jae bersuara lagi,
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] karet dua • parkjae
Fanfiction[CEO6 Series #1] CEO tinggi, putih, badannya segaris, suka gitar, tapi mulutnya ber-karet dua, ya cuma dia. "Jaeeee, suapin." "Tangan lo lumpuh?" ©dapiyoo, 2019