Seminggu sudah berlalu, tapi Jae tetap sama, kurus, tinggi, dan berbaring di tempat tidur. Nat pun juga tetap sama, mungil, manis, dan selalu ada disamping Jae.
Berbanding terbalik dengan yang Jae lakukan, yaitu berbaring santai, Nat kesana kemari dengan dahi berkerut sambil memegang secarik kertas di tangannya.
Jae risih melihat hal itu, "Oi, ngapain sih lo? Simulasi jadi setrika-an?"
Nat berhenti, "Gue... bingung mau masak apa. Lo mau dimasakkin apa?"
"Apa aja." Ujar Jae sambil mengangkat bahu. Dan membuat Nat kelimpungan, karena Nat semakin bingung!
"Bisa yang lebih spesifik?"
"Udah gue bilang, kan? Apa aja."
"Kalo gue bikin semut bakar, lo mau makan?" Nat mulai jengah.
"Gue ga terlalu suka yang bakar bakar."
"Sup semut?"
"Gue bosen makanan yang berkuah"
"Semut goreng?"
"Hmm... bisa gue pertimbangkan. Gue ini omnivora oke?"
"Gue bingung mau masak apa! Gue kehabisan ide!"
"Masak aja apa yang sering lo masak, masakan lo enak semua kok— dibanding masakan di warteg depan." Jae hampir keceplosan.
Nat yang mendengar itu, sudah mesem-mesem sendiri.
Jae bilang masakan gue enak?
"Ngapain senyam senyum disitu? Gara-gara gue bilang masakan lo enak? Iya enak kalo dibanding sama warteg depan, lo tau kan seberapa nistanya rasa masakan di warteg itu? Nah masakan lo ada di satu tingkat diatasnya, jadi gausah terlalu seneng gitu."
Tetap saja, senyum Nat tidak luntur barang sedikit.
Mau dibandingin sama warteg depan kek, makanan kucing kek, gue gapeduli, yang penting Jae bilang masakan gue enak!
Jae tetap fokus nonton tv, walau sesekali melirik Nat yang sedang blushing. Dalam hati, ia merutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa ia keceplosan bilang kalau masakan Nat enak.
Tapi ada satu hal yang cukup membuat Jae terpaku,
She looks cute with that blushing cheeks.
Tak berselang lama, Nat pun menghilang dari pandangan Jae. Membuat Jacob bertanya dalam hati, kemana perginya kurcaci itu?
"Jacob," Nat memanggil Jae. Membuat Jae berjengit, ia seperti telah kepergok memikirkan Nataya. Padahal Nataya tidak bisa membaca pikirannya.
"Hmm... cuma mau nanya, makanan kesukaan lo apa?"
"Masakan mami."
Nat sedikit terkejut, cowok bandel macam Jae, makanan kesukaannya adalah masakan Mami nya. "Mami pernah masak? Maksud gue dia kan business woman-"
"Sebelum papi meninggal, mami cuma seorang ibu rumah tangga biasa."
Sadar bahwa ia salah berucap, Nat buru-buru menimpali, "Eh, maaf maaf, gue ga maksud-"
"Gapapa, gausah minta maaf."
Nat menghilang lagi dari pandangan Jae, kemudian muncul dengan balutan pakaian yang lebih rapi.
"Lo mau kemana?" Setelah pertanyaan itu terlontar, Jae malah merasa aneh, kenapa dia penasaran Nat mau kemana? Itu bukan urusan dia kan? Lagipula Jae sendiri yang bilang kalo mereka berdua gaboleh ikut campur urusan masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] karet dua • parkjae
Fanfiction[CEO6 Series #1] CEO tinggi, putih, badannya segaris, suka gitar, tapi mulutnya ber-karet dua, ya cuma dia. "Jaeeee, suapin." "Tangan lo lumpuh?" ©dapiyoo, 2019