BAB 10
........................
"Garis dua. Aku hamil!" Air mata lolos ke pipi. Hati Anggi benar-benar bahagia. Akhirnya, semua kesabarannya dibalas hari ini. Tespack itu memperlihatkan garis dua, dan itu tandanya positif. Anggi hamil.
Ucapan syukur sembari memeluk Tespack dengan erat. Senyuman dengan deraian air mata mengharukan suasana. Intinya, Anggi benar-benar bersyukur dan bahagia.
"Gimana?" Rindi berteriak. Sahabatnya itu terlalu lama berada dizona mendebarkan, menurutnya. Dua puluh menit ngga keluar, ngga ada suara, membuat gadis berkaca mata itu was-was.
Ceklek
Anggi keluar.
"Gimana? Kok nangis? Masih negatif?" Pertanyaan Rindi digelengkan oleh Anggi yang langsung membuat Rindi melompat dan menyerukan kata 'Yes!' Dengan penuh semangat.
"Positif?" Anggi mengangguk sembari tersenyum. "Anggi, selamat!" Rindi menarik Anggi dalam pelukannya. "Akhirnya, penantian berakhir." Anggi mengangguk. Menyeka air mata bahagianya.
"Makasih, Rindi."
"Makasih sama Allah SWT. Janji kebahagiaan-Nya untuk orang sabar selalu nyata." Anggi mengangguk, membenarkan. Mereka melepas pelukan. Rindi menyeka sisa air mata Rindi. "Jangan nangis. Mungkin ini salah satu jawaban atas mimpi elo dua malam ini. Dalam perut elo, ada anak Mas Sandy." Rindi mengelus perut rata Anggi.
Anggi mengangguk dan tersenyum. Mungkin benar, pertanda mimpinya adalah ini.
"Elo sudah ngga haid berapa lama?"
"Aku lupa. Kayaknya dua bulanan. Astagfirullah, aku melupakan mens-ku." Anggi seperti terkejut membuat Rindi malah cekikikan.
"Daripada asal nebak, periksa, yuk?"
"Lebih baik, beli tespack lagi. Yang lebih banyak biar lebih akurat. Aku takut salah."
Rindi mengambil alih Tespack dari genggaman Anggi dan melihatnya. "Ah! Ini benar. Dua garis juga."
"Hanya takut kecewa." Lirih Anggi yang menunduk. Sudah hampir dua tahun, tiap bulan selalu tespack dan hasilnya negatif membuat gadis bermata belo itu ragu.
"Hayuklah periksa." Rindi menarik tangan Anggi menuju pintu.
"Mau kemana?"
"Rumah sakit."
"Aku mandi dulu,"
Rindi tersenyum dan melepas genggamannya. "Lupa. Ya udah, mandi sana."
....
Setengah jam kemudia, Anggi siap dengan gaun bermotif bunga berwarna merah, selutut. Ngga lupa tas selempang pinjaman dari Rindi di pundak kanannya. Rambutnya basah terurai, dengan dandanan natural, Anggi nampak cantik.
"Nah gitu dong." Rindi senang melihat Anggi yang enak dipandang. "Berangkat?" Anggi mengangguk. Mereka berdua pun keluar rumah.
"Mbak Anggi,"
"Iya, saya." Anggi menatap orang yang baru datang ke rumah Rindi tepat mereka keluar dari pintu.
"Ini," menyerahkan map merah. Anggi tahu, dihadapannya adalah tukang pos, mengantarkan map yang berisikan surat cerai untuk diberikan pada suaminya, yang diurusnya dua hari yang lalu.
"Oh! Terima kasih." Anggi menerimanya dengan napas sesak.
"Surat cerai?" Anggi mengangguk dan terduduk lemas di teras. Hal bahagia tadi membuatnya melupakan masalahnya dengan suaminya, tapi kehadiran map merah ini, Anggi menunduk dan terisak membuat Rindi berjongkok dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEHADIRAN ORANG KEDUA [TAMAT]
RomanceKetika mempertahankan keluarga dari seorang pendendam yang tidak tahu malu.