14

10.3K 509 3
                                    

BAB 14

●●●

Perlahan, mata Anggi terbuka. Menatap sekitar, ini kamarnya. Menunduk dan melihat apa yang membuat perutnya terasa geli.

"Mas," tegur Anggi saat melihat kekocakan yang dilakukan suaminya. Ya, Sandy yang jenuh berbaring tengkurap di depan perut istrinya. Menyibakkan baju dan memperlihatkan kulit putih mulus perut wanita yang sangat dicintainya, tangannya dengan lembut membelai perut rata itu juga sesekali mengecup. Mulutnya terus berbisik, entah apa.

"Kamu sudah bangun, Sayang." Sandy duduk dan mencondongkan tubuhnya guna mengecup kening Anggi.

Anggi mengangguk dan tersenyum. Menarik bajunya lagi untuk menutupi perutnya. "Mas ngapain?"

"Membunuh kejenuhan, mengobrol sama anak kita."

Anggi semakin tersenyum. Dia benar-benar ngga menyangka suaminya akan sesenang ini. "Mas,"

"Iya, Sayang. Ada yang sakit?"

Anggi mengangguk. "Perutku,"

Seketika mata Sandy membulat. Wajahnya pucat dan terlihat panik. Anggi malah tertawa pelan.

"Aku laper, Mas."

Sandy menatapnya datar. Kemudian tersenyum dan mengacak rambut Anggi. "Kamu ini," Sandy bernapas lega. "Ayo, Mas bakalan masakkin kamu." Anggi mengangguk. Dia turun dan membantu Sandy berjalan menuju dapur.

Saat di tangga, tawa mengelegar dari arah ruang makan. Sandy dan Anggi bertatapan.
"Mereka masih di sini."

"Mereka itu keluargamu, Mas. Biarkan saja." Anggi bernapas lelah.

"Mas tahu, kamu pasti ngga nyaman, kan?" Anggi mengangguk.

"Tapi, ini harus dihadapi bukan dihindari."

Sandy mencuri kecupan di bibir Anggi. Membuat istrinya itu kaget dengan mata membulat. "Mas,"

"Mas tahu, kamu pasti kuat. Kita jalani sama-sama, ya!" Anggi mengangguk. Mereka pun kembali melanjutkan langkah hingga sampai pada dapur yang terlihat para wanita perkasa lagi makan sambil menggosip.

"Mas, ayuk makan." Ajak Rina.

"Tapi yang disamping jangan diajak. Bikin napsu makan hilang." Rika menyambung. Terlihat mereka sedang makan besar. Makanan bertebaran layaknya bunganya yang berguguran.

"Mas, ayo makan." Dea yang ingin berdiri, menyambut kehadiran Suaminya dibuat kecewa dengan tingkah Anggi.

Anggi membawa Sandy mendekati meja makan. Mendudukkannya di sisi Dea. Anggi dengan cekatan mengambil nasi dan segala lauk pauknya dan segera duduk di sisi Sandy, menghadapnya. "Anggi suap ya, Mas." Sandy langsung mengangguk mantap. Dia menang rindu suapan Istrinya.

Semua mata menatap mereka. Anggi tersenyum. Semangat untuk menyuapi suaminya lebih membara. Bergantian menyuap suaminya dan dirinya. Makan sepiring berdua. Bercanda gurau menganggap mereka hanya berdua saja di ruang makan ini.

"Lagi?" tawar Anggi.

"Sudah, Sayang. Mas udah kenyang." Anggi mengangguk dan menyodorkan minuman pada Sandy yang langsung diteguk hingga tandas. "Makasih, Sayang. Balik ke kamar, yuk?" Anggi mengangguk. Mereka berdiri.

"Sandy, jaga dulu anakmu," tegur Brenda yang benar-benar kesal melihat keharmonisan Anaknya dan Anggi.

"Ini, Sandy juga lagi jaga anak sandi." Mengelus perut rata Anggi.

"Mas, anak kamu sama Mbak Dea, maksud ibu." Rina semakin kesal.

"Oh! Ayo sayang." Bukannya mengajak Dea, Sandy malah menarik tangan Anggi untuk menjenguk si bayi yang berada di kamar tamu. Kamar Dea dan anaknya nantinya.

KEHADIRAN ORANG KEDUA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang