BAB 16
●●●
Mata Anggi perlahan terbuka. Tangannya langsung meraba sisinya. Kosong. "Mas," panggilnya dengan suara keras.
Dia bangun dan mulai mencari ke kamar mandi, ternyata kosong juga. Melirik jam, setelahnya diapun melangkah keluar kamar.
Oek ... oek
Langkah Anggi langsung ke arah kamar tamu. Suara tangisan itu makin menjadi-jadi.
"Mas," matanya membulat kala melihat Sandy yang berdiri, membungkukkan badannya guna memberi dot ke mulut Si bayi yang berada dalam gendongan Dea.
Senyum manis Sandy pada si bayi membuat Anggi cemburu. Sepagi ini, sudah menghampiri anak Dea. Apa tadi suaminya mengelus anak dalam kandungannya juga setelah bangun? Otak Anggi berpikir keras membuatnya melamun dengan tangan yang mengelus perutnya.
"Sayang," lamunan Anggi buyar setelah Sandy memanggilnya. Dengan cepat, Anggi berbalik dan pergi meninggalkan keluarga romantis itu. Rasanya sesak melihat yang tercinta harus bersama orang lain.
"Sayang," Sandy mengejar Anggi sampai di kamar. Mengetuk pintu kamar mandi yang sengaja di kunci Anggi. "Sayang, buka. Ini ngga seperti yang kamu pikirkan. Sayang, Mas harus berangkat nih, Mas mau pamitan sama calon anak kita."
Anggi meneteskan air matanya. Ternyata dugaannya benar. Suaminya itu belum mengelus perutnya dan lebih dulu memperhatikan Anak madunya. Hatinya semakin sakit.
"Sayang,"
"Aku ngga akan keluar sebelum Mas pergi. Ngga perlu pamitan sama anak aku. Sana, pamitan sama anak kamu dan Dea." Teriak Anggi sesekali isakannya terdengar.
"Sayang, jangan salah sangka. Itu anak Mas juga. Keluar dan kita bicara."
"Ngga mau!"
"Sayang, Mas mau pamit sama calon anak kita nanti Mas ngga akan konsen kerja." Sandy berucap memelas di depan pintu kamar mandi. Saat dia bangun pagi, melihat kedamaian tidur Anggi, membuatnya kasian kalau mengusiknya. Setelah mandi, Sandy mendengar si bayi menangis dan itu ngga berhenti-henti. Menghela napas berat, Sandy melangkah ke kamar tamu dengan sebelumnya, mengecup perut istrinya.
"Sayang,"
"Pergi!"
Sandy menghela napas berat. Berdebat dengan ibu hamil, hanya akan memperburuk kondisi istrinya. Mengalah demi kebaikan. "Ya udah, jangan lupa sarapan dan minum susu hamilnya. Mas berangkat." Sandy melangkah pergi.
Setelah mendengar suara mobil menjauh, Anggi keluar dengan mata bengkaknya. Benar-benar kesal pada suaminya. Bisa-bisanya menjadikannya nomor dua.
Lapar, Anggi turun untuk sarapan. Di meja makan sudah ada Dea yang makan dengan lahapnya.
"Emang enak. Cemburu, ya?" Ledek Dea sembari mengunyah nasi gorengnya.
Ngga menyaut. Anggi duduk dan mengambil makanan.
Menyuapkan pelan pada mulutnya kemudian terbatuk karna ucapan Dea."Tadi Mas Sandy nyium keningku, loh! Berhati-hatilah, dia mulai mencintaiku karna aku telah memberikannya malaikat yang sangat imut. Waw! Aku suka kecupannya. Hangat."
Anggi panas. Dia bahkan ngga dapat kecupan dari suaminya. Sebenarnya salahnya yang mengurung diri di kamar mandi, tapi dia lebih ngga mau kalau bibir bekas nyium Dea harus mempel di wajahnya. Najis. Anggi bergidik geli.
"Hanya di kecup, bangga. Aku yang semalaman tidur dengannya, kamu pasti tahu apa yang kami lakukan, kan? Apalagi sekaramg aku lagi mengandung. Kamu yakin dia akan berpaling dariku?" Anggi menantang.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEHADIRAN ORANG KEDUA [TAMAT]
RomanceKetika mempertahankan keluarga dari seorang pendendam yang tidak tahu malu.