17

10K 491 7
                                    

BAB 17

●●●

Anggi memutuskan pergi membeli ponsel. Dia benar-benar hampir gila dengan kesendiriannya di siang hari.

"Heh, mau kemana kamu?" Labrak Rika yang langsung menghampiri Anggi tepat saat gadis itu di anak tangga terakhir.

"Mau keluar, bentar." Tetap melanjutkan langkahnya, tapi tangan Rika langsung mencekal tangannya.

"Kita lanjutkan urusan kita!"

Plak!

Tanpa aba-aba, Rika langsung menampar pipi Anggi. Kemudian Anggi pun langsung mendongak meringis kesakitan, ketika tangan Brenda menjambak rambutnya yang terurai.

"Perempuan sialan!" Maki Brenda tepat di telinga Anggi.

"Lepas, Ma!" Pintanya.

"Lepas!" Brenda tersenyum miring. "Jangan mimpi! Sudah mengusik kenyamanan Menantu dan anakku, kamu minta dibaiki? Enak saja!"

Brak!

Brenda menarik rambut Anggi lebih kuat membuatnya jatuh terduduk di lantai. Tangan mungilnya memegang rambut yang kini sudah acak-acakan dan kulit kepala yang sakit.

"Punya malu ngga, sih?" Tanya Brenda berjongkok.

"Masalah malu, Mama bisa tanyakan pada menantu baru Mama." Anggi ngga gentar. Dia bangkit tapi kembali terduduk karna Dea menekan kuat pundaknya. Anggi mendongak menatap Dea yang tersenyum manis.

"Menyerahlah!"

Anggi menggeleng dengan senyuman manis. Anggi menepis tangan Dea dan berdiri. Merasa perutnya sedikit sakit, kontraksi.

"Kalian akan menyesal kenal sama Dea. Si wanita ular yang bodoh!"

Plak!

Dea menampar Anggi. Anggi masih saja menatapnya dengan senyuman. "Bully aku, kalian akan dapat balasannya!" Menyeka darah di tepi bibirnya.

"Kenapa? Mau lapor Mas Sandy atau polisi?" Rina menimpali dengan sok. Tangannya terlipat di dada dan menatap Anggi rendah.

"Kesemuanya. Bahkan bakalan viral di media sosial. 'Keluarga suami dan si madu, menganiaya istri sah.' Bisa jadi judul FTV."

"Viral karna membully kamu malah bikin aku senang, bahagia dan gembira ria." Rika ngga mau kalah.

"Baiklah! Lambaikan tangan dan tersenyum manis pada sana(menunjuk guci besar) sana(arah pintu masuk) atas (lampu) dan sana(sudut ruangan) semua telah terpasang cctv.

Suasana begitu mencekam. Empat pasang mata menatap tajam pada Anggi yang hanya tersenyum.
"Kenapa kalian sangat membenci aku?"

"Karna kamu, Sandy jadi berani melawan aku!"

"Melawan? Mas Sandy ada hak untuk melindungi aku. Mas Sandy milik istrinya, dan itu aku!"

"Sandy milik keluarganya!" Brenda mendorong Anggi, membuatnya kembali terduduk di lantai.

Kontraksi itu semakin memburuk. Rasanya, perut Anggi seperti di tusukin jarum. Dia meremas perutnya dan bergumam pada janinnya untuk kuat. Kemudian dia kembali berdiri. Tetap duduk hanya akan terlihat lemah dihadapan para mak lampir.

"Mas Sandy sudah menikah. Dia kepala rumah tangga sekarang. Dia harus mengayomi istri dan anak-anaknya.  Kalau kalian masih ingin Mas Sandy bersama kalian, kenapa merawat dia sampai besar, tetap buat dia bayi supaya tetap jadi milik kalian!"

Plak!

Brenda menampar Anggi. Merasa mulut perempuan itu semakin menggila dalam berucap.
"Sandy milik keluarga dan istri keduanya, Dea! Kamu, hanya wanita mandul dan benalu yang menjijikkan."

KEHADIRAN ORANG KEDUA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang