"Jae"
Dania menguncir rambutnya sambil berjalan menuju Jae yg sedang duduk diatas karpet depan TV.
"Hmm. Sini sayang." Jae menarik tangan Dania duduk diantara kakinya.
Dania auto-nyender lalu Jae menarik kunciran rambutnya, membiarkan ia tergerai lalu mengacak-acaknya tanpa dosa.
"Jae apaan sih ah." Sambil merapihkan rambutnya.
"Jangan dikuncir makanya." Sambil mencoba-coba mengacak-acak rambut Dania lagi. Tapi Dania sigap menangkap dan menggigit tangan nakalnya.
"IYA IYA UDAH! AMPUN! IH PELAN DIKIT GIGITNYA NAPA!"
"Rasain wle~" ejek Dania lalu menyandarkan diri pada Jae. Dania menepuk bahu Jae.
"Jae."
"Apa." Jae menoleh.
"Denger-denger lo suka sama gue." Kata yg mampu membuat Jae menghela nafas lalu geleng-geleng.
"Apasih Dania."
"HAHAHA ada yg malu ciee. Ayo diulang lagi Jae." Dania antusias sementara Jae menunjukkan tampang malas.
"Ga mau ih. Jangan diinget-inget, sayang."
"Yakali dilupain Jae. Itu kan kata-kata pertama kamu ke aku. Gaada hi gaada hello hahahahahha" Dania cekikikan. Mengingat pembicaraan pertama mereka yg tidak ada romantisnya sama sekali.
Throwback
Dania menyukai Jae sejak kelas 10 dimana Jae waktu itu kelas 11, seorang wakil ketua osis yg juga kapten tim basket sekolah.
Anehnya, Jae bukanlah incaran ciwi-ciwi disekolah. Karna ada Brian yg tukang molor tapi ranking 1 terus. Mana ganteng lagi /tapi bobrok /tapi ganteng maka tersisihlah Jae sebagai cowok hotstuff disekolah.
Dania hanya melihat Jae dari jauh, tidak pernah mengintil Jae, memberi coklat atau hadiah lainnya. Dania hanya sering menempelkan post-it dengan quote-quote penyemangat, bukan quote cinta di loker Jae.
Suatu hari disaat hari panas terik, Dania kembali menempelkan post-it warna ungu keloker Jae. Tanpa dia sadari hari itu Jae mengintainya karna penasaran siapa gerangan post-it girl itu. Setelah tau post-it girl itu Dania, Jae sering memerhatikan Dania dari jauh dan diam-diam. Memang Jae tidak pernah melirik ciwi-ciwi lain lagian gak punya fans juga kan, Dania selalu salting kalau kedapatan Jae lagi ngeliatin juga. Eaa
Suatu hari disaat hujan deras, Dania terdampar berteduh menunggu hujan reda di parkir sepeda. Hujannya deras sekali, teman yg lain sudah pulang. Dania sih ketiduran dikelas jadi ditinggal.
Sedang enak melamun ditengah hujan, tiba-tiba terdengar derap langkah yg memelan. Dania menoleh dan kaget. Jae! Disebelahnya!
Ini adalah jaraknya paling dekat dengan Jae selama hampir 2 tahun ini. Mau natap tapi takut ketahuan. Aduh grogi.
Suasana hening, hanya suara hujan memukul atap parkir sepeda.
"Denger-denger lo suka sama gue?" Dania kaget. Itu Jae ngomong sama gue? Apa salah denger. Dania memilih diam, mungkin halunya aja.
"Jovelyn Andania."
Dania merinding. Darimana tau nama gue. Dengan slow-motion Dania menoleh.
"I-iya k-kak"
"Denger-denger lo suka sama gue?" Masalahnya gue gak pernah curhat ke siapapun tentang perasaan ini bang kok lo tau.
"E-eh itu umm s-saya-" Dania sibuk merantai kata mencari kosakata yg menghilang dari kepala saat Jae memotongnya.
"Kalau iya, ayo jadian." Pendek. Datar. Jelas.
Dania reflek mengundur selangkah. Mimpi ini mah woy tolong sadarin gue!"K-kak kok kakak-"
"Iya engga nih?"
"Kok kakak ngegas?" Jae bersiap untuk melangkah pergi saat Dania dengan bloon-nya nanya begitu. Dania serba salah karna sadar salah nanya.
"IYA KAK!" Jae menatap Dania sekilas lalu mengangguk.
"Yaudah, ayo."
"Ayo kemana kak?"
"Gue anterin pulang."
Dania mau meleleh tapi gajadi karna sudah ditinggal Jae dengan langkahnya yg zuper cepat.
