Hari pertama mereka di Maldives dihabiskan dengan....................
Tidur.
Sejak mereka berbaring di sofa bulat depan kolam renang tadi Dania memang sudah mengantuk. Ditambah angin meniup-niup rambutnya dan Jae yg memeluknya semakin menghantarkannya ke alam mimpi.
Jae terbangun pun ketika room service menghantarkan makan malam. Langit sudah gelap.
"Iya hehe, aku juga ikut ketiduran tadi. Cuci muka dulu gih, ayo kita makan malam dulu."
***
"Aaa lagi."
"Udah ih aku bisa makan sendiri." Dania cemberut kesal, Jae terlalu mem'bayi'kannya.
"Masih aja malu. Gaada siapa-siapa juga." Jae menatap Dania.
"Aku bukan bayi."
"Kamu bayi aku, sekarang."
"Enak aja."
"Udah jangan cemberut, sayang. Cepet habisin makanannya udah itu kita jalan-jalan. Mumpung masih jam 8." Dania tersenyum, mengangguk.
***
"Sayang." Dania yg sedang sibuk memandang laut menoleh.
"Selfie dulu. Aku lupa ngabarin mama." Jae menyodorkan hp pada Dania. Dania tersenyum kearah kamera, Jae menyandarkan kepalanya pada Dania, tersenyum.
Klik!
"Aku kirim ke ibu juga ya?" Dania mengangguk.
"Ayo kita balik ke villa. Dingin." Dania menarik tangan Jae.
Mereka berjalan diatas titi kayu menuju villa mereka. Jae memeluk Dania dari belakang.
"Jae ih. Malu diliat orang!" Mereka tetap berjalan dengan keadaan seperti itu.
"Gaada siapa-siapa ini. Katanya kamu dingin." Dania menyerah.
Sebaik pintu villa tertutup, Jae langsung memutar tubuh Dania. Mencium bibir Dania selembut mungkin meski jiwanya sedang bergejolak.
Dania memeluk leher Jae. Tubuhnya yg tadinya dingin kian menghangat. Jae membawa Dania ke ranjang. Tidak melepas Dania sedikitpun.
Jae belum bertanya apakah Dania siap jika melakukannya sekarang. Tapi apa mungkin Dania bisa menolaknya?
"Jaeee, sebentar." Kala tangan Jae baru menyelip kedalam baju Dania, ia terhenti.
"Kenapa?" Jae mencium hidung Dania.
"A-aku mau siap-siap dulu."
"Siap-siap apa sih, sayang. Aku udah gabisa nunggu lebih lama." Sial. Mau alasan apa lagi.
"Mandi! A-aku mau mandi dulu."
"Ah sayang, habis ini juga kita bisa mandi." Jae mengecup leher Dania. Tuhan, apa aku harus menyerah sekarang? Bukannya tidak mau tapi tolonglah, aku bahkan ga pake parfum.
Dania hanya mampu mendengar bisikan cinta dan belaian Jae di sekujur tubuhnya. Seperti di hipnotis. Tiba-tiba saja dia sudah lelah, merasa sedikit sakit dan pegal, lalu Jae ambruk di tubuhnya.
"Sayang, I love you." Jae mengecup bibirnya.
"I love you too."
"Masih mau mandi?" Dania mengangguk, dengan harapan dapat melarikan diri walau sebentar dari Jae. Malu sekali!
"Sayang, mau kemana sih buru-buru. Nanti aja mandinya sama aku." Jae menahan Dania pergi. Menariknya mendekat.
"Aku bisa mandi sendiri kok."
"Tapi aku maunya bareng."
Tapi, lagi-lagi tidak sesuai harapannya. Jae malah memangkunya ke kamar mandi.
"Diem aja. Biar aku bantu." Dania malu setengah mati. Rasanya ingin kabur saja.
"Sayang." Jae memeluknya dari belakang. Mereka masih dibaluti busa.
"Hm?"
"Masih sakit ga?"
"Se-sedikit." Jawab Dania ragu dan MALU.
"Habis mandi kamu mau ngapain lagi?" Jae bagai memberinya kode. Apakah ini waktunya aku merubah kejadian memalukan tadi?
"I wanna make love with you there." Setelah itu Dania membuka shower dan mendorong Jae kedinding. Jae tertawa, meladeni ciuman Dania yg meluru.
Setelah puas mengusik Jae, Dania segera mengusirnya dari kamar mandi, memintanya menunggu di kolam renang. Memakai bikini hadiah sahabat-sahabatnya, Dania juga sempat memakai parfum.