"Jae, kata ibu main kerumah. Kangen kamu katanya." Dania membaca pesan dari ibunya dengan wajah ketus. Jae tertawa.
"Sumpah ya ibu tuh! Yang anaknya aku apa kamu sih?!" Jae mengusap kepala Dania.
"Ibu pasti kangen kamu juga kok, cuma kangen ke aku aja lebih banyak. Wleeee" ejek Jae. Dania kemudian mencubit Jae dengan sepenuh tenaga.
****
"Jaeeee" Ibu memeluk Jae. Jae tertawa pelan. Dania mengerling mereka, cemburu.
"Ibu udah makan?" Ibu tersenyum, mengangguk.
"Udah. Kalian pasti belum makan kan? Makan dulu gih, nanti baru kita ngobrol." Dania menarik Jae kedapur.
"Duduk." Jae menurut. Dania mengambilkan nasi untuknya.
"Kamu mau lauk apa?"
"Kamu kok baik banget?" Jae mendekatkan wajahnya.
"Kalo gak gini nanti ibu bawel, katanya harus ngurus kamu baik-baik bla bla bla. Cepetan ih mau makan apa?" Jae tertawa pelan.
"Apa aja boleh. Masakan ibu kan enak-enak semua." Dania tidak menggubris.
"Tapi mau disuapin makannya." Dania menjeling tajam.
"Jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan deh. Nah makan sendiri." Dania meletakkan piring didepan Jae. Pada saat yg sama ibu masuk ke ruang makan.
"Gabisa lembut dikit apa sama suami?!" Jae menahan tawa.
"Gapapa bu, udah biasa." Jae menatap Dania yg diam.
"Sayang, ambilin minum dong." Dania menahan kekesalannya.
"Jae sayang mau minum apa?"
"Air putih aja." Dania pergi, Jae menoleh pada ibu.
"Ibu mau makan bareng?" Ibu tersenyum.
"Engga. Kalian makan aja. Makan yg banyak ya, abisin. Ibu sengaja masak banyak tau buat kalian." Dania kembali dengan nampan berisi gelas dan air putih.
"Dania, makan yg banyak. Jangan rebutan lauk sama Jae." Ibu pergi begitu saja.
Jae tertawa tanpa suara. Dania menatap Jae kesal.
*****
"Tau ga dulu ibu pernah bilang apa?" Dania memulai obrolan saat mereka sedang mencuci piring bersama.
"Apa? Kapan?"
"Pas baru-baru nikah deh keknya. Ibu bilang gini, 'kamu harus makasih sama ibu, ibu ga berhenti doain kamu dapet suami yg baik nerima kamu apa adanya. Kamu udah dapet Jae sekarang kamu harus baik-baik sama dia'" Jae tertawa lagi.
"Ibu lucu banget sih."
"Ibu itu seneng karna kamu udah bawa aku pergi. Aku udah ga nyusahin dia lagi. Makanya dia sayang sama kamu." Jae tersenyum menatap Dania lalu duduk kembali di kursi ruang makan.
"Sayang, bukan gitu. Ibu itu sayang sama kamu, ibu berharap dan berdoa kamu dapet yg terbaik, yg menyayangi dan melindungi kamu kayak ibu menyayangi kamu dulu. Ibu sayang sama aku itu mungkin karna aku sayang banget sama kamu?" Tiba-tiba ibu muncul.
"Nah ini sebab Jae jadi mantu kesayangan ibu. Dia lebih ngerti ibu dibanding kamu, Dania. Makasih sama Jae, yg masih mau makan masakan kamu yg kadang tawar, kadang asin. Ga pernah ngeluh tentang kekurangan kamu." Jae tersenyum lebar mendengarnya.
"Iya iya MAKASIH YA JAE."
"Tuhkan liat kelakuan kamu. Cowok mana yg mau sama kamu kecuali Jae." Ibu geleng-geleng kepala lalu mengeluarkan mangga dari kulkas.
"Waahhh mauu." Dania berlari mengambil pisau lalu memberinya pada Jae.
"Kok malah nyuruh Jae yg kupas?"
"Dania kalo ngupas buah selalu luka jarinya, bu. Jadi kupas mengupas buah itu tugasnya aku." Jawab Jae fokus mengupas mangga.
"Ibu salah berdoa kayaknya. Harusnya ibu berdoa buat ibu dulu bukan buat Dania." Ibu dan Jae tertawa.
"IBU IH! MASA AKU DITIKUNG IBU SENDIRI!"
Lalu sisa hari itu dihabiskan ibu dan Jae untuk mengusik Dania. Dania kelelahan lalu tertidur diriba Jae.
"Sayang pake bantal tidurnya." Jae mengangkat kepala Dania lalu mengalaskannya dengan bantal. Agar Dania lebih nyaman dengan posisi kepala lebih tinggi.
Jae menatap wajah tidur Dania, membelai rambutnya. Perlahan mengecup bibir dan keningnya.
"Jangan terlalu dimanjain." Jae kaget. Tadi katanya ibu mau bertemu Pak RT, cepat sekali.
"Gimana ya bu. Aku gabisa." Jae tersenyum.
"Dari zaman pacaran udah gitu sih, susah. Kamu nurutin mau dia terus dari dulu, jadinya Dania kebiasaan. Tapi berkat kamu juga dia jadi anak yg baik, dewasa dengan benar. Makasih udah bantu ibu yg dulu nuntun dan ngejaga dia sendirian."
"Ibu tuh ya.. Aku ga bantu apa-apa bu, Dania baik itu karna didikan ibu. Aku cuma bantu jagain dia kayak pesan ibu dulu." Ibu tersenyum.
"Kita udah lama sama-sama. Waktu aku menggapai cita-cita dan mewujudkan mimpiku satu persatu Dania selalu nemenin aku. Aku yg makasih ke ibu karna mempercayakan Dania sama aku." Jae mengusap rambut Dania pelan.
"Jaaaeee ayo pulaaangg ih aku dibawelin ibu teruuss" igau Dania lalu membenamkan wajah ke perut Jae. Jae dan ibu tertawa lepas.
Hiiiii
Jangan lupa vote dan komen-komen gemesnya yaaa😚
Thankiuuuwu🖤