Period 💕

124 7 4
                                    


"Sayang."

"Iya sabar"

Sudah lama sejak terakhir mereka bermesraan di balkoni. Atau Jae menyebutnya 'pacaran'.

Jae lebih dulu berbaring di bean bag, menunggu Dania yg baru selesai mandi.

"Sayangku udah wangi." Jae merentangkan tangannya yg disambut Dania yang langsung merebahkan diri diatas Jae.

"Sinian dikit dong sayang." Dania membenarkan posisinya hanya untuk wajahnya dikecupi oleh Jae. Dania kemudian menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang suami.

"Jae tau ga, sebenernya badanku lagi pegel semua lho ini, apalagi pinggang. Lemes banget. Padahal udah minum obat."  Keluh Dania. Menyembunyikan wajahnya dileher Jae. Jae mengusap-usap punggung Dania.

"Iya kamu lagi dateng bulan kan ya?" Dania mengangguk.

"Ish pelan, sayang. Sakit." Dania menahan tangan Jae yg mengurut punggungnya.

"Maaf kekencengan." Jae melembutkan urutannya.

"Kamu ga mau pindah ke kamar?"

"Nanti aja, disini dulu."

"Begini ga sakit kan?" Dania mengangguk.

"Uluh uluh sayangnya aku."

Nafas Dania yg tadi beriringan dengan rintihan pelan kini kembali teratur. Jae masih mengurut punggungnya pelan.

"Sayang tidur ya?" Tanyanya, berbisik.

"Engga kok. Kenapa? Kamu pegel?"

"Engga lah. Kamu ga pengen makan apa-apa gitu?"

"Gamau. Aku mau begini aja. Kamu laper ya?"

"Engga, aku khawatir kamu aja."

"Sayang, kamu mau aku cariin ART ga?" Dania mengangkat kepalanya.

"Kenapa?"

"Kayaknya kamu kecapean ngurus rumah deh sayang, jadinya pas dateng bulan crampnya lebih parah dari biasanya." Jae merapikan rambut Dania.

"Tapi aku ga mau. Nanti bertiga dong dirumahnya:("

"Engga kok, nanti nyari yg pulang kerumahnya tiap hari. Atau yg dateng seminggu 3 kali aja buat bantu-bantu kamu."

"Gimana ya, aku ga biasa dibantuin soalnya. Aku fikir-fikir lagi ya?" Jae tersenyum.

"Iya, boleh. Maaf juga, harusnya aku sendiri yg bantuin kamu, bukan dengan orang lain."

"Ga perlu Jae, kamu kan udah capek kerja buat aku. Kamu ga ngeluh tapi aku tau kamu capek, Jae. Makasih, kerja kerasnya." Dania mengecup tangan Jae.

"Kan lihat kesayanganku ini senyum aja capek aku langsung hilang," Jae mengecup bibir Dania, "Makasih juga, pengertiannya."

Dania menghindari kontak mata dengan Jae, pipinya merona merah.

"Masih pegel ga sayang?"

"Udah mendingan. Mungkin karna udah disayang-sayang kamu." Jae tersenyum lebar.

"Dasar Dania tukang gombal!" Dania mengerling Jae tajam.

"Tapi beneran deh, sayang. Baiknya kita nyari ART, atau minimal tukang cuci nyetrika gitu."

"Iya aku tau, aku nyetrikanya emang kurang rapih."

"Bukan gitu, sayang. Maksud aku bukan itu." Jae mengusap pipi Dania.

"Kamu udah kerja diluar, pulang kerumah ngerjain kerjaan rumah lagi. Aku mau meringankan itu, sayang. Gaada maksud lain."

"Tapi aku maunya yg ngurusin kamu itu aku. Bukan orang lain."

"Kamu resign aja. Terus ngurusin aku sepenuhnya."

"Jaeeee.... Kamu tadi ngajak pacaran ya bukan debat. Aku gamau debat." Dania mengerling, ia mulai kesal ketika pekerjaannya mulai diperdebatkan.

"Okay okay sorry." Jae menghela nafas, memeluk Dania pelan.

"Sorry, sayang. Fine, semua terserah kamu. Aku cuma bakal bantuin semampu aku." Jae menatap mata Dania.

"I'm fine with all this, Jae. Don't worry." Dania tersenyum. "Dimana sih nyari suami secaring kamu? Aku cuma period cramp aja mau dicariin ART."

"Aku mau pamer ah. Upload foto kamu di snapgram." Jae tertawa mendengar ocehan Dania.

Chu!

"I love you, Mrs. Park."

"I love you mor-- aww sakit lagi perutku." Dania mengerutkan keningnya menahan nyeri. Dania berhenti meniarap diatas Jae.

"Ke kamar yuk, tiduran. Nanti aku ambilin air panas dalem botol. Ayo sayang, mau aku pangku?" Dania menggeleng pelan. Jae menuntun Dania ke kamar, lalu turun kebawah menyiapkan botol berisi air panas.

"Sayang, sakit banget? Mau ke dokter ga?" Tanyanya sambil menuam perut Dania.

"Gausah. Aku udah minum obat kok tadi."

"Kalo sakit banget bilang ya. Kita ke dokter." Jae mengusap kepala Dania.

"Iya sayang. Udah kamu tidur aja." Dania ingin mengambil botol dari tangan Jae namun Jae menahannya.

"Aku mana bisa tidur liat kamu begini. Apa lagi yang sakit, sayang?"

"Punggung sama perut aja Jae. Yang lain engga kok." Jae mengecup perut Dania lalu berbaring disampingnya.

"Sayang, pertimbangin apa yang aku bilang tadi ya. Aku gamau kamu kecapean, gamau kamu sakit." Suara Jae pelan menyapa telinga Dania.

"Sayang, ini cuma cramp biasa kok. I'm fine." Suara Dania sama pelannya, Jae gemas.

Jae menyamping, menyapu lembut bibir Dania. Tangan kanannya tergerak, mengusap perut Dania pelan. Dania lemas dalam sentuhan. Dania menekan kepala Jae lebih dalam, menggigit-gigit kecil bibir suaminya disela ciuman.

"Bite me harder, baby." Bisik Jae sebelum mulai mencium Dania lagi. Ia menyelipkan lengannya dibawah leher Dania, menariknya lebih dekat.

"Ah, baby. I want more~" rengek Jae tika Dania melepaskan pagutan bibir mereka.

"Nanti kamu kelewatan, bahaya. Cuti dulu ya." Pujuk Dania tersenyum, automatis Jae tersenyum lebar melihatnya.

"Perutnya masih sakit?" Dania menggeleng.

"Udah engga."

"Wah, dicium langsung hilang ya sakitnya?" Dania tertawa pelan, lalu memeluk Jae.

"Tidur, Jae. Besok kerja kan." Dania menatap Jae.

"Iya. Good night sayang, I love you." Ucap Jae lalu mencium kepala Dania.

"I love you more, Jae sayang. Good night." Dania mengecup bibir Jae sekilas lalu menyembunyikan wajahnya di dada Jae, tempat paling nyaman baginya saat ini. Mendengar degup jantung Jae hingga lena diulit mimpi.

 Mendengar degup jantung Jae hingga lena diulit mimpi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hi! Udah lama ga update hehe
Sibuk sama Day6 wkwkwk

Anyway congrats for Day6 1st and 2nd win!

Jangan forget comment-comment gemasnya yaa~
Thankiuuuwu🖤

Beautiful UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang