Setelah selesai acara akad nikah yg berlangsung pagi, pengantin kita istirahat sebentar karena jam 2 langsung resepsi.
"Sayang."
Kok suara Jae? Tapi Jae mana manggil sayang. Dania yg sedang makan perkedel menoleh. Lapar tadi gak sempet makan soalnya deg-degan.
"Jae?" Dania menautkan alis. Jae berjalan sambil tersenyum kearahnya membawa piring penuh. Ini org perasaan dari tadi gak berhenti senyum. Gak pegel apa/
"Kenapa gak makan nasi?" Jae menempatkan diri dihadapan Dania. Dania tidak sempat menanyakan panggilan 'sayang' tadi. Dania menggeleng.
"Gak mau. Gak mau makan nasi."
"Kok gitu? Aku suapin mau?" Dania langsung menautkan alis menatap Jae heran. Kesambet nih orang. Sendok sudah didepan mulut Dania.
"Ayo aaaa" Dania melirik kiri kanan sodara-sodaranya pada memberi pandangan 'ciee'.
"Kamu kenapa ih." Dania tidak biasa dengan kebucinan ini.
"Gak kenapa-kenapa. Atuh cepetan aaa"
"Malu banyak orang ih." Jae kemudian meletakkan sendok kembali ke piring.
"Aku ambilin ya? Kamu mau apa?" Jae sudah otw berdiri tapi Dania menahannya.
"Gausah gausah ini aja. Tapi gamau disuapin." Dania memakan nasi dari piring Jae. Jae hanya menatap Dania yg sebenernya lagi salting cuma di-sok-kalem aja sama Dania.
"Pelan-pelan sayang nanti kesel-"
"UHUKK UHUKK"
"Baru aja dibilangin." Jae menghulurkan gelas. Dania buru-buru minum sambil Jae menepuk-nepuk belakangnya.
Kirain sayang yg tadi cuma halunya saja. Ternyata beneran Jae yg manggil. Siapa yg gak keselek coba.
"Dipanggil sayang aja keselek ini gimana wkwkwk" Kata Jae disela ketawanya. Kurang ajar ya/
Dania memasang wajah kesal "Siapa juga yg keselek gara-gara itu."
"Uluh uluh yaudah yaudah jangan salting terus sayang, hayu makan lagi."
Dania mulai makan kembali, dengan hati-hati karna takut keselek lagi. Jae hanya menatap Dania mengunyah.
"Sayang." Jae kembali memanggil, sengaja mengganggu Dania yg sudah memerah.
"Ngajak berantem kamu mah." Timpal Dania sambil mengunyah.
***
Dania dan Jae sedang dikamar rias menunggu dimakeupkan dan ganti baju. Tapi mbak riasnya lagi makan dulu jadi mereka hanya berdua disitu. Jae mendekati Dania yg lagi main piano tiles deket jendela.
"Sayang." Dania hampir melempar hpnya karna kaget tiba-tiba dipeluk dari belakang.
"Jae nanti mbaknya masuk tiba-tiba gimana ih malu tau." Dania mencoba melepaskan diri.
"Ya biarin suruh nunggu sebentar. Gak kuat mau meluk dari tadi." Jawab Jae santai. Dania mengalah, memutarkan tubuhnya lalu membalas pelukan Jae. Hhh akhirnya setelah sekian lama pacaran tanpa skinship. Dania melepas pelukannya lalu menatap Jae tajam.
"Udah, lepasin." Jae menggeleng lalu jarinya menyentuh bibir Dania.
"Mau ini. Boleh?" Tanyanya sambil tersenyum duh Dania hampir meleleh dan tanpa sadar mengangguk. Jae senyum lebih lebar lalu mendekati wajah Dania. Saat tepat didepan bibirnya, Jae berbisik.
"Makasih udah nerima aku." Lalu Dania merasakan kecupan lembut di pipinya. Eh? Bukan di bibir?
"Yg ini nanti malam aja." Eaaa Dania sudah merinding saja.
Selama resepsi Jae menggenggam tangan Dania erat di pelaminan. Dilepasin cuma kalau ada tamu yg salaman.
"Itu Jaenya takut banget Dania lepas. Dipegangin mulu." Kata seorang tamu dibalas cekikikan yg lain.
Dania risih sebenarnya dengan kebucinan mendadak ini. Tangannya digenggam, kadang dielus-elus juga. Jae mandangin dia terus sambil senyum. Ini orang mabok kali ya.
"Sayang." Dania menoleh lagi untuk kesekian kalinya.
"Cantik." Dania tersenyum manis.
"Iya kan pake makeup 7 inci"
"Gak. Kamu cantik karena kamu istri aku."
Dania kembali memandang kedepan dan tersenyum pada tamu-tamu undangan yg melambai-lambai atau menyorotkan kamera pada mereka.
"Sayang." Dania menoleh lagi.
"Aku mau." Dania keliru.
"Mau apa?" Jari Jae menyentuh bibirnya lagi.
"Ini. Haduh cepetan malem dong." Dania menabok paha Jae.
"Aneh-aneh aja. Udah liat kedepan tuh ada yg mau foto."
"Nanti malem ya." Kata Jae sebelum Dania mencubit lengannya dengan kejam.