"Jovelyn Andania."
Dania yg berjalan dibelakangnya kaget. Kenapa gak sekalian sebut aja nama bapak gue bang.
"I-iya kak?"
"Kepanjangan manggil Jovelyn Andania." Kata Jae sambil menoleh kebelakang.
"O-oh! Iya kak panggil Dania aja." Jae ngangguk-ngangguk lalu berjalan mendekati Dania. Dania gugup
"Kenapa kak?"
"Jalannya jangan dibelakang."
"Kakak kecepetan jalannya." Dania nyengir-nyengir awkward.
"Maaf. Yaudah ayo jalan lagi. Takut keburu hujan lagi." Gumamnya sambil menatap langit. Iya juga kan gak lucu mana rumah Dania masih jauh.
Akhirnya Jae ((sedikit)) memerlahankan langkahnya jadi Dania mampu mengimbangi. Aroma setelah hujan menusuk hidung, menenangkan sekali tapi Dania mah gak tenang sih dari tadi. Tangannya keringetan.
"Dan." Dania tersentak tersadar dari fikirannya yg menerawang sendiri dari tadi. Dia menoleh pada Jae yg sedang menatapnya.
"ID Line lo." Katanya sambil menyodorkan hp. Dania mengangguk dengan tangan sedikit bergetar dia menerima hp Jae.
"I-ini kak, udah."
"Lo kaku banget. Gagap terus kalo ngomong"
"Masih kaget kak." Jujur Dania. Jae menahan tawanya dalam-dalam.
"Panggil Jae aja." Suara Jae sedikit terdengar lembut. Dania membulatkan matanya. Yg bener aja lu bang.
"T-tapi kan-"
"Gue maunya dipanggil Jae. Titik." Dania mengangguk pelan. Yaudah.
"Nih dah nyampe. Ketemu besok." Belum pun Dania sempat membalasnya Jae sudah melangkah pergi. Yaelah gue dadah aja belum.
Dan besoknya geger dong wakil ketua osis kita yg tinggi, putih, dingin a.k.a Mr. Everest punya pacar. Mana adik kelas lagi. Siapa yg nyebar???
Gak disebarin juga pada tau lah orang Jae nungguin Dania digerbang terus masuk bareng. Kenapa gak sekalian jemput aja kerumahnya bang.
Dan setelah itu hari-hari mereka dijalani dengan tenang. Tidak ada pelakor antara kita eh mereka.
Ditungguin digerbang tiap hari, kekantin bareng, pulang bareng. No skinship no cekikikan gajelas dikantin no ngusek-ngusek rambut kayak di watped.
Romantis bagi Dania saat itu cuma kalo Jae lagi ngeliat dia sambil senyum doang. Apalagi ngobrol terus Jae ketawa ((dikit)) gegara Dania receh aja udah mau sujud syukur.
Begitupun Dania senang, nyaman. Jae memang terlihat cuek tapi tidak. Seorang pendengar yg baik, bijaksana dan bertanggungjawab. Sangat dewasa dibanding usianya.
END OF MASA-MASA SMA
***"Udah dibilang pake celana panjang."
"Ih Jae ini udah dibawah lutut bisa kali ah."
"Masuk. Ganti."
"Gak mau ini udah telat."
"Okay terserah. Hayu tapi nanti pulang gue guntingin semua celana lu."
Daripada diguntingin celana gue yaudah ngalah aja ngalah. Yg waras mah ngalah aja.
***
"Itu Jae kan?"
"Iya pacarnya Andania."
"Ganteng. Nikung sabi niihh"
"Coba aja kalo emang lo muka tembok."
Cewek yg pen nikung tersebut pun dengan wajah soknya meninggalkan temannya menuju Jae yg lagi berdiri dibawah pohon mangga.
"Jae ya? Aku Dita." Menghulurkan tangan dengan senyum sok manis. Jae menatapnya enggak niat.
"Udah punya pacar. Permisi." Katanya datar sambil berlalu. Dita terkaku sejenak lalu kembali pada temannya yg sudah menahan tawa.
"Udah gue bilangin, sok sih. Jae itu kalo sama cewek cuma mau ngomong sama cewek sefakultasnya, dosen terus sama Andania doang."
"Gila beruntung banget tuh yg namanya Andania."