How Deep is Your Love ❤️

81 6 0
                                    

Kadang Dania heran dengan orang yg suka sekali mengurusi hidup dan rumahtangga orang lain.

Memangnya kenapa kalau belum hamil? Memangnya kenapa kalau menunda? Keluarga mereka pun tidak ada yg sewot. Kenapa malah orang asing yg semakin menyurutkan keyakinan Dania bahwa mereka akan baik-baik saja.

Fikirannya kian kusut. Sudah 2 hari Dania begini dan sudah sangat jelas Jae butuh penjelasan akan sikap Dania yg murung ini.

"Dania, sini." Dania menurut dalam diam. Matanya menghindar tatapan Jae.

"Dania. Kenapa?" Tanya Jae sepelan mungkin sambil meraih tangan Dania. Dia yakin Dania faham sekali arti dari kenapa-nya.

Setelah hening untuk beberapa detik, Dania menatap mata Jae.

"Jae." Jae mengangguk, menandakan Dania untuk meneruskan bicaranya.

"Kamu gapapa kan?"

"Gapapa maksudnya?"

"Apa kamu gapapa soal aku....soal aku belum juga hamil sampai sekarang?" Suara Dania, pelan. Terdengar sangat rapuh. Sepertinya sebentar lagi airmata akan tergenang dari matanya.

"Sayang." Jae merengkuh Dania. Mengusap punggung Dania.

"Kenapa tiba-tiba nanya begitu?"

"Jawab aku Jae. Jujur. Kamu gapapa?"

"Aku gapapa, sayang. Beneran gapapa. You're here with me, that's already enough." Dania mulai terisak.

"Dania, kita baru nikah 2 tahun. Kamu tau kan banyak pasangan yg nunggu lebih lama dari ini. Its really really okay, we can wait. Together." Jae mengusap airmata Dania.

"Jangan nangis, sayang."

"A--aku....aku takut ditinggalin." Jae menghela nafas. Menarik Dania sedekat-dekat yg mungkin. Memeluknya erat dari samping.

"Udah berapa kali aku bilang, aku gaakan ninggalin kamu. Apapun yg terjadi. Kamu ga percaya sama aku?" Dania menggeleng.

"Selain ditinggal pergi, aku takut kamu nikah lagi." Jae tersentak.

"Itu lebih ga masuk akal, Dania. Dari mana kamu punya fikiran begitu?" Dania diam.

"Sayang, please. Tolong stop mikir yg bukan-bukan, yg engga-engga. Please just focus on us. Us. Kita. Aku, kamu." Dania menoleh, menatap mata Jae. Jae menangkup wajah Dania dengan kedua tangannya.

"Aku tau kamu pasti denger omongan orang kan? Aku gatau orang itu siapa tapi Dania, tolong jangan didengerin. Ya? We'll always be together no matter what happens in the future, aku janji." Dania mengangguk pelan.

"Maaf ya. Aku itu percaya sama kamu, tapi kadang tuh," Dania menghela nafas.

"Aku...aku gatau kenapa aku mudah terguncang begini." Dania mulai terisak lagi.

"I'm sorry."

"Nooo, Its okay, sayang. Its okay. Jangan nangis dong." Jae mengusap linangan demi linangan airmata Dania.

"Dania." Dania menatap mata Jae.

"Do you love me?" Dania menghela nafas.

"Masih aja nanya." Suaranya terdengar kesal. Jae tersenyum.

"Jawab dulu."

"I love you, so much that I could die if I ever lose you, Jae." Dania menatap Jae dalam. Jae mengangguk.

"So do I, Dania," Tangan Dania digenggam erat.

"Kamu masih ragu sama hati aku? Aku kurang apa?" Mata Dania berkaca-kaca.

"Engga gitu, sayang. I'm sorry." Dania memeluk Jae.

"Maaf. Padahal kamu selama ini nunjukkin terus tapi aku kenapa malah gampang goyah begini. Sorry, sayang. Janji gabakal gini lagi." Gumam Dania.

"Janji ya?" Dania mengangguk cepat.

"Kamu udah sering tau begini. Aku jadi mikir apa aku kurang ngasih kasih sayang ke kamu sampai kamu ragu." Jae mengusap punggung Dania.

"Semuanya cukup, sayang. Gaada yg kurang. Akunya aja yg bego."

"Bukan aku yg bilang ya. Kamu sendiri yg bilang kamu ogeb." Dania tertawa pelan lalu mengecup pipi Jae.

"I love you." Jae acuh, sengaja ingin mengerjainya.

"Jae, I love you." Ucapnya lebih keras.

"Jae ih."

"Sayaaangg, I love you."

"Jae ih, I love you dong." Jae hampir tertawa.

"I love you, to the Milky Way and back. I love you, Jae."

"Jae iiihh, I love you too ga? Aku tabok nih."

"Cinta kok maksa sih?" Jae mengerling.

"Sayang:(" Jae akhirnya tak mampu menahan senyum.

"I love you too, baby bear. I love you so much." Dania tersenyum lebar lalu memeluk Jae.

"Malem ini aku mau dikelon ya tidurnya. Mau sambil dinyanyiin juga. Mau dipeluk sampe pagi. Aku mau dicium seratus kali sebelum tidur. Boleh ya?" Pinta Dania dengan tiba-tiba. Jae ketawa. Istrinya sungguh makhluk yg random sekali.

"Boleh, sayang. Semuanya boleh buat kamu. Mau lagu apa?"

"Apa aja."

"Kamu mau bobonya sekarang?" Dania mengangguk.

"Aku capek:("

"Capek nangis kan. Yaudah cuci muka dulu gih." Dania menurut. Saat dia keluar dari kamar mandi, Jae sudah berbaring di ranjang mereka. Jae merentangkan tangannya.

"Cepeett, mana yg mau dipeluk. Tangannya udah pegel nih." Dania dengan senang hati memeluk Jae. Wajah mereka berhadapan. Tanpa aba-aba Jae mencium bibir Dania. Lembut dan lama.

"Kalo begini kehitungnya berapa?"

"Ga kerasa. Coba sekali lagi." Kata Dania menahan tawa.

"Pinter banget ya sekarang." Jae mencubit hidung Dania.

"Bercanda. Hehe udah kok. Nambah-nambah nanti bahaya." Jae tertawa. "Bahaya kenapa?"

"Nanti aku kecanduan gimana?"

"Ya gapapa, kita kecanduannya bareng. Kan aku udah lama kecanduan kamu." Wajah Dania bersemu merah.

"Udah ah. Nyanyiin aku dulu." Kata Dania setelah menyembunyikan wajah merahnya di dada Jae.

Jae mengeratkan pelukannya, mengusap punggung Dania pelan.

"How deep is your love, how deep is your love
I really mean to learn
'Cause we're living in a world of fools
Breaking us down when they all should let us be
We belong to you and me

I believe in you
You know the door to my very soul
You're the light in my deepest, darkest hour
You're my savior when I fall
And you may not think I care for you
When you know down inside that I really do
And it's me you need to show

How deep is your love, how deep is your love
I really mean to learn
'Cause we're living in a world of fools
Breaking us down when they all should let us be
We belong to you and me"

Jae menatap Dania yang tertidur pulas dan tenang dalam peluknya.

"Sweet dreams, Dania. I love you." Ucapnya.

Beautiful UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang