Rose membuka kelopak matanya sekilas. Mata indah yang layak diperlihatkan, kian menatap langit-langit kamar baby blue miliknya. Tangannya ia regangkan sebentar. Mentari begitu menusuk jendela yang tertutup kain tebal. Aroma khas pada ruangan terbatas, menyeruak indera penciumannya. Sorot matanya tertujuh pada sebuah brosur yang dipajang pada list utama yang terletak pada dinding kamarnya. Jari jemari ia menarik kertas brosur yang terpapar. Seakan ingat tentang pendaftaraan dan lomba yang diadakan sekarang juga. Senyuman tipis menyambut pagi, ia ukir. Kaki jenjangnya berlari kecil mencari dimana letak handphone-nya. Dengan tangan lentiknya, ia mencari sebuah nama seseorang untuk ditelpon.
"Hello."
"Tere, dimana tempat lomba puisi yang kau sarankan untukku?"
"Aku akan share lokasinya. Em, apa kau akan mengikutinya?"
"Dengan senang hati."
Rose menutup sambungan terlebih dahulu, sebelum dirinya mengucapkan kata yang biasanya dikatakan pada panggilan terakhir. Dia menghela napas, lalu mengambil handuk berwarna biru muda. Lalu, khayalannya masih terlintas oleh pendaftaran tadi. Apa yang harus ia tulis saat ini. Entah mengapa pikirannya tidak sinkron di pagi hari.
•••
Bibir tipis milik sang pria, sekian kalinya menyesap kopi hitam yang ia seduh. Tenggorokannya serasa belum kering sedari tadi, walaupun kian menyesapnya berkali-kali. Tubuhnya serasa lelah, karena ini adalah baru pertama kalinya bekerja di perusahaan ayahnya sendiri. Tangan lentiknya mengetikkan selalu kata demi kata yang tertera pada sebuah berkas yang berasal dari kantornya. Istirahat sebentar, tangannya ia gunakan untuk mengerut pelipisnya. Tangan satunya lagi, ia gunakan untuk mencari nama seseorang dikontak whatsapp-nya.
'Hey, Rosie.
Bagaimana tidurmu? Nyenyakkah?'Dengan tangan sigapnya selalu, mengetikkan sebuah pesan yang akan dikirim pada seseorang. Lesung pipinya yang indah, ia perlihatkan bersama senyuman tipisnya. Netra matanya menatap kembali pada sekelibat banyaknya berkas didepan matanya. Ting! Ia sontak kaget, pesan yang baru ia kirim langsung dibalas olehnya. "Apakah dia sudah bangun? Aneh, biasanya dia tak biasa bangun sepagi ini. Kecuali, kalau dirinya sedang sibuk. Bukankah ini hari libur, lalu mengapa dia sangat rajin bangun sepagi ini?" katanya sambil membaca balasan pesannya.
'Aku nyenyak sekaliii. Bagaimana denganmu.'
'Tidurkuh, selalu nyenyak. Jika pada pagi harinya, aku tersenyum. Karena, ada seseorang yang membawa senyumanku kembali.'
James terkekeh pelan, sebelum dirinya mengembalikan pada rutinitasnya. Kian, kedua tangannya ia gunakan untuk mengerjakan tugas dari kantornya pada laptopnya. Dengan semangat sang pemuda mengambil handphone-nya yang terletak di meja berlapis kaca, ketika mendengarkan nada dering.
'Benarkah? Siapa itu?'
'Bagaimana kalau itu adalah dirimu, cantik.'
'Oh! Raja merayu! Kian aku beri berada dipihakmu, aku beri apresiasi untukmu seorang, James Leonardo.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In The Charm [✓]
Fanfiction[C O M P L E T E D] #Rank 1 in taerose (10-10-2019) ••• [Bahasa] "I had been stuck inside the charm." Roseanne Florencia. Dia adalah orang pertama yang berhasil membuat Most Handsome terpikat olehnya. Jujur, ia sangat terpesona olehnya. Dengan senyu...