Part 9

8.5K 637 29
                                    

Sepanjang perjalanan pulang, Mega tak habis pikir tentang kejadian mulai dari pukul sepuluh hingga saat ini. Sulit dipungkiri jika rangkaian adegan aneh itu membayangi seisi kepalanya hingga ia diam, kalut dalam pikiran.

Mega menghela napas.

Sampai di rumah, ia masuk dan ia sudah merasa cukup terlambat mengetahui ia rasa dua jagoannya tertidur nyenyak di sana.

"Ah, Nyonya!" sapa sang babysitter berdiri dari duduknya di sofa sambil menyeka tepian matanya yang berair. Ia sempat tertidur tadi.

"Maaf saya telat, kamu boleh tidur aja di sini biar--"

"Enggak usah, Nyonya. Saya pulang saja. Soalnya anak saya pasti menunggu di rumah."

Rasa bersalah kembali terbesit di hati Mega, babysitter itu menyampirkan tas besarnya ke bahu.

"Permisi, Nyonya!" Kemudian ia keluar dari rumah.

Mega duduk di sofa tempatnya tadi, bersandar sambil memijat keningnya. Tak lama ia membuka mata setelah beberapa saat menikmati pijatan pribadi dan menangkap foto berpigura di dinding.

"Mas ...," ucap Mega lirih. Ia berdiri dari duduknya dan menghadap foto suaminya serta dirinya dan si kecil Michael di gendongannya. "Aku rindu kamu ...."

Ia mengusap gambar wajah suaminya itu.

Di tempat lain, Brendon terlihat terlelap di kasurnya. Kamarnya bertepa emo, gelap namun dicerahkan oleh warna biru laut favoritnya. Awalnya ia tenang tertidur, sampai tiba-tiba ia tersenyum lebar sambil memegang pipinya.

"Aaahhh ...." Ia menghela napas bak tengah melakukan pelepasan.

Badannya bergerak liar, mengambil guling yang ada di sampingnya dan memeluknya erat. Ia juga menciumi guling itu dan menggulatinya.

Di dalam kepalanya, ia merasakan sensasi membara, bersama seorang wanita.

"Mega ... nggh ...." Brendon melenguh. "Aaaargh ...!"

Awal yang merasa kenikmatan, kini berganti kerutan di kening. Brendon membuka matanya dan dengan terperanjat duduk di kasur.

"Gila!" pekiknya, ia bisa merasakan badannya lemas dan dipenuhi keringat. Terutama bagian celananya yang ia rasakan sepenuhnya basah. "Anjir! Gue mimpi ng*nt*t sama dia! Gila! Gila! Gue udah gak waras!"

Dari mana asalnya ingatan itu? Kenangan indah itu bersama Mega yang sebenarnya asing tetapi sangat ia kenali karenanya? Brendon tak mengerti, hal ini membuat rasa yang sangat ia anti dan tak ingin rasakan terus tumbuh seiring bayangan itu menghinggapi kepalanya.

"Gue kenapa, sih?!" Ia greget sendiri, mengacak-acak rambut cokelatnya yang panjang. Kemudian, menatap dirinya sendiri di cermin.

Matanya melingkar sempurna.

Sosok di cermin, bukanlah wajah muda tampan miliknya, melainkan wajah seorang pria dewasa yang berahang tegas dan punya bulu-bulu halus dikitaran mulutnya. Penuh darah, luka parah.

Takut, sebuah teriakan lolos dari mulut pemuda itu hingga menggaduhkan seisi rumah.

"Den Brendon, Den Brendon kenapa?!" tanya sang pembantu panik, ia menyerobot masuk tanpa permisi dan menemukan Brendon menutup kedua matanya. "Den?"

"Se-setan ...," kata Brendon lirih tanpa memberanikan diri melihat, kemudian menunjuk pantulan dirinya di cermin. "Ada setan, Bi!"

"Den, i-itu bayangan Aden sendiri," ujar sang Bibi. "Walau bener aja, sih, kelakuan Aden akhir-akhir ini kayak--"

"Apa Bibi bilang?!" Brendon membuka tangkupan tangannya dari wajah dan menatap nyalang bawahannya itu, sang bibi menunduk takut.

Tetapi pemuda itu lebih peduli pada bayangannya, ia menoleh ke cermin lagi dengan takut-takut.

"Tadi seriusan ada setannya! Mukanya berdarah, bonyok!" Brendon bersikeras sambil menunjuk bayangannya sendiri. "Tadi ada!"

"Iya, Bibi percaya, memang setiap rumah ada penunggunya. Yang Aden lakukan harusnya hormat, Den, biar penunggunya tenang dan gak ganggu lagi."

Brendon menenggak salivanya. "Gitu, ya?"

Sang bibi mengangguk. "Mending Aden tidur lagi, ini masih jam satu pagi."

"I-iya." Dengan agak ragu-ragu, Brendon berbaring lagi, kali ini menarik selimutnya hingga setinggi pipinya.

"Ya udah, Bibi tinggal, ya, Den! Jangan lupa baca doa biar gak diganggu lagi." Brendon hanya bisa menenggak saliva, tak bisa menghentikan langkah bibi yang keluar dari kamarnya dan menutup pintu.

Brendon pikir, ia akan membuang prinsipnya tentang hantu itu ada.

Merinding, pria itu menyelimuti keseluruhan dirinya.

"Ya Lord, sebenernya gue kenapa, sih?!" Pemuda itu frustrasi.

Sampai, ia mengingat sesuatu, hal terakhir yang ia lakukan hingga menemukan kekacauanbalauan ini.

"Itu ...."

Brendon tiba-tiba merinding, padahal ia berselimut namun hawa dingin menyentuh keseluruhan kulitnya. Kemudian panas yang membuat Brendon meringis karena kepalanya yang seperti ditusuk tiba-tiba. Ia ingin berteriak, tetapi tubuhnya seakan terkunci sesuatu tak kasat mata.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

YOUNG MARRIAGE, OLD MARRIAGE [Brendon Series - C]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang