Part 39

7.5K 608 80
                                    

Ferry mengikat Calvin erat-erat, yang menatapnya dengan ketakutan karena masih bisa bergerak bahkan luka tembakan padahal ada di sekujur tubuhnya.

"Kamu-kamu hantu?!" tanyanya memekik.

"Sure, but not a point!" Ia lalu berdiri, menghampiri ke arah Brendon yang sudah memucat pasi.

"Kita harus cepet kembali."

Keduanya memejamkan mata, sesaat mengejang, sebelum akhirnya terbuka kembali.

Ferry tersenyum ke arah Brendon. "Terima ... kasih ...." Sebelum akhirnya ia ambruk seketika.

Brendon menutup matanya, menahan air mata yang keluar, sebelum akhirnya membuka kembali dengan pandangan berkaca-kaca. "Enggak, terima kasih."

Kejadian tadi, di mana Brendon dan Ferry menukar tubuh mereka. Hal ini agar perkelahian yang dipersenjatai peluru itu bisa mereka kalahkan tanpa rubuh--karena hantu tak merasakan sakit sama sekali di tubuh yang bukan miliknya. Ferry mengorbankan badannya untuk Brendon tempati, dan membiarkannya bertarung habis-habisan.

Polisi tak lama datang bersama Mega, yang langsung menangis tersedu menemukan mantan suaminya yang tak bernyawa. Memeluk tubuh bersimbah darah itu dengan tangis yang pecah.

Brendon tersenyum kecut, merasa semua ini kesalahannya.

Bagaimana jika sebaliknya? Ia yang mengorbankan badannya?

Ia tak yakin Ferry akan mengizinkan hal semacam itu. Terlebih, ada janji yang harus ia lakukan, janji dari Ferry padanya.

Menjaga Mega.

Calvin ditangkap dan dipenjara, hukuman mati untuk pembunuhan berencana yang ia lakukan sementara Nia ditemukan tak bernyawa di toilet karena bunuh diri menenggak banyak obat-obatan.

Keadaan rumah masih berduka, luka lama Mega terbuka kembali ketika suaminya benar-benar tiada, di mana kini ia sekeluarga, Mega, dua anaknya dan Brendon, melihat bagaimana peti mati berisi Ferry diturunkan ke tanah. Langit menggelap, lalu hujan turun dari langit seakan mengerti perasaan masing-masing.

Brendon membukakan payung untuk Mega, tak berani mengajak pulang sampai beberapa lama, di mana kedua buah hatinyalah yang mengeluh, barulah ia mau kembali.

Brendon tak tahu cara untuk menyenangkan Mega kembali. Cokelat? Ia bahkan menolaknya. Mereka saling diam, berbicara seadanya, sementara Brendon berusaha menjadi ayah yang baik dengan kedua putra-putri tirinya.

Ingin rasanya memulai pembicaraan kala keduanya berada di kamar, tetapi tak ada yang terutarakan, keduanya hanya sibuk berdiam, kalut akan pikiran masing-masing. Geming memuakkan yang hanya diisi embusan angin melalui jendela dan suara gemerisik antar daun yang bersentuhan.

Dan ada hal yang jauh lebih mengerikan dari mimpi buruk, ketika Mega mengutaran sebuah kalimat kepadanya, di depan anak-anaknya.

"Aku ... mau kita cerai."

Mata Brendon melingkar sempurna. Ia tanpa pikir panjang menghempaskan tangannya keras ke meja membuat Michael terperanjat dan Michelle menangis keras.

"Setelah apa yang aku lakuin sama kamu, kamu ... tega? Apa yang ada di pikiran kamu Mega?! Aku cukup memberi kamu ruang, aku diam, membiarkan kamu berpikir jernih. Memberikan kamu atmosfer tanpa gangguan dan ini ... dan ini yang aku dapat?!" Nada Brendon melirih, matanya berkaca-kaca. "Sungguh?"

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

YOUNG MARRIAGE, OLD MARRIAGE [Brendon Series - C]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang