Setelah membersihkan diri, Mega keluar dari kamar mandi dengan handuk baju yang menutupi badannya. Sedang Brendon nyatanya ia temukan sudah terlelap, membuatnya menghela napas dan terasa sedikit leluasa mengganti pakaian.
Brendon membuka mata, ia memperhatikan Mega yang tak jauh berdiri dari tempatnya. Menikmati pemandangan indah sambil berdecak.
"Sekalipun anak kedua, sekalipun hamil, dia tetep pinter banget jaga berat badan." Brendon berbisik, berdecak sambil geleng-geleng.
"P*rno!"
"Ini istri sendiri!" Ia terlihat seperti berbicara pada diri sendiri.
Awalnya Brendon sendiri enggan, tetapi pemaksaan itu dan lama-kelamaan ia sendiri menikmatinya, ia pun tetap berlama-lama dengan pose di mana ia bisa melihat Mega dengan leluasa. Hanya menatap badannya saja sudah membuatnya menjilat bagian atas bibirnya.
Mega selesai berpakaian, Brendon buru-buru ke pose tidurnya tadi dan berusaha senormal mungkin. Kini Mega duduk di tepian kasur, memandang suami mudanya yang membelakanginya.
"Aku tau kamu gak tidur dan liatin aku dari tadi!" Mega tertawa pelan, Brendon langsung membuka matanya.
Sengaja? Pantas saja lama ....
Brendon membalikkan badan, ternyata Mega kembali melepas baju panjangnya dan membiarkan tanktopnya terekspos. Lekuk tubuhnya sendiri bukan main, sementara dua hal yang menyembul di sana berhasil membuat Brendon menenggak saliva.
"Kamu ... Mega 'kan?"
Mega mengerutkan kening. "Maksudnya?" Ia lalu tertawa. "Kamu pikir aku kerasukan? Kamu, tuh, yang sering kerasukan Mas Ferry! Sekarang aku balik tanya, kamu Brendon atau Mas Ferry?"
Membalikkan pertanyaan yang membingungkan Brendon.
Ia berdua di sini, harus jawab apa?
Ah, sesuaikan dengan siapa yang berbicara dengan mulut Brendon.
"Brendon, dong." Brendon tertawa dengan napas yang terkesan terengah. Mega mencubit kedua pipinya gemas dan tanpa sengaja hal itu membuat Brendon menyentuh bagian 'dua itu' dari Mega.
Badannya jadi panas dingin.
"Dia lagi pengen." Brendon berbisik pada dirinya sendiri. "Secara teknis kamu pernah nyobain dia, tapi gak rasain dia 'kan?"
Brendon menenggak saliva, entah kesekian kali berapa.
"Selamat tidur, Mas Bren!" Mega langsung membalikkan badannya dan berbaring di sisi miliknya. Brendon tercengang sejenak sebelum akhirnya tidur tetapi tanpa melepas pandangan mata dari istri dewasanya itu.
Punggungnya saja sudah menggoda, apalagi di balik 'kan?
Brendon berkeringat, ia bahkan bisa mendengarkan detak jantungnya sendiri dan betapa sesaknya celananya saat ini. Ia berkali-kali menjilat bibir.
Hingga akhirnya tak tahan, ia langsung membalikkan badan Mega menghadapnya.
"Kamu mau ngapain?" tanya Mega, ekspresinya mungkin kelihatan bingung tetapi Brendon tahu wajahnya hanya main-main melihat senyum geli setelahnya yang muncul. "Aku hamil, lho."
Brendon melepas pegangan tangannya di bahu Mega, ia menatap istrinya itu dari atas ke bawah.
"Maaf ...," gumamnya pelan.
"Aku cuman ngetes kamu normal atau enggaknya, sih. Maaf kalau itu bikin kamu ... yah." Mega menggedikan bahu.
"Kamu pikir aku gak normal?" Brendon mengerutkan kening, menatap kesal. "Aku seratus ribu persen normal! Cuman, gak pernah deket aja sama cewek mana pun, atau lebih tepatnya sama siapa pun." Ia menghela napas.
Mega memegang pipi suaminya, mengusapnya lembut. Brendon memejamkan mata menikmati sentuhan itu, kedua tangannya bergerak ke depan untuk merengkuh badan istrinya dan memeluknya erat-erat.
Tangan Mega ke belakang, menekan pemutar musik MP3 dan sebuah lagu mellow terputar.
Menghangatkan suasana yang kini sebenarnya sangat panas di antara mereka.
"Eh, omong-omong, senin nanti kamu ujian, lho. Gak belajar?" tanya Mega menatap Brendon yang asyik memejamkan mata.
Pertanyaan itu membuat sang pemuda membuka matanya. "Males belajar, ah. Pelajarannya paling diulang itu-itu aja. Yah, mungkin aku kudu belajar ekonomi, sih."
"Kamu milih ekonomi?" Brendon mengangguk.
"Emang kenapa?"
Mega menggeleng. "Enggak papa." Sejujurnya, ini mengingatkan ia dengan Ferry, si jenius ekonomi. Anak didik kesayangan guru ekonomi. "Lebih baik kamu belajar yang rajin, deh. Daripada nilai kamu anjlok."
"Gak bakal, aku jarang belajar tapi dapet ranking terus!"
"Mm ... sombong!"
"Serius!" Mega tertawa pelan. "Dari belakang, sih." Keduanya tertawa.
"Bisa aja bercandanya, aku liat riwayat prestasi kamu, lho." Mega memencet hidung Brendon. "Kamu jenius."
"Yah, jenius karena kepaksa, itu aja, sih." Brendon menggedikan bahu. "Harus bisa ini, harus bisa itu, harus gini, harus gitu. Di mapel yang gak kusuka, di ekstrakulikuler yang aku benci."
"Sudah, jangan diingetin, aku gak bakal paksa kamu, deh, belajar. Up to you, aja." Mega mengusap puncak kepala Brendon.
"Aku bakal belajar, deh ...." Brendon tersenyum hangat, sebelum akhirnya menyeringai. "Belajar naena sama kamu."
Mega langsung memekik.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
![](https://img.wattpad.com/cover/184479449-288-k972585.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG MARRIAGE, OLD MARRIAGE [Brendon Series - C]
Romance21+ Karena menginjak sebuah jam, Brendon, remaja SMA 18 tahun, tiba-tiba mendapatkan ingatan asing yang membuatnya jatuh cinta pada seorang janda muda anak dua, Mega.