"Permisi." Mega melangkah masuk ke toko perhiasan itu bersama putranya Michael dan Michelle kecil di gendongannya.
"Ah, Mbak ... eh, Mbak yang dulu itu 'kan? Wah, anaknya udah gede, ya! Udah punya adik lagi!" kata sang penjaga toko yang mengingat persis siapa yang datang.
Mega mendekatinya dan to the point menyerahkan jam rusak ke arahnya. "Bisa tolong diperbaiki? Berapa pun harganya akan saya bayar!"
"Ah, ini yang kemarin 'kan? Wah, mohon maaf, Bu. Rusaknya parah, gak bakal berfungsi sekalipun luarnya bagus lagi."
"Gak papa, memang itu saja yang saya butuhkan. Tolong, ya! Berapa pun akan saya bayar!"
"Baiklah, Bu. Saya usahakan. Soalnya jam ini agaknya detail dan sulit menyesuaikan. Jadi, mungkin agak lama." Ia pun menyimpan jam itu di dalam lemari. "Buat pajangan ya, Bu? Apa ada perlu lain?"
"Tidak, terima kasih." Mega tersenyum simpul. "Ya sudah, saya permisi dulu."
Ia lalu keluar dari toko, menuju ke arah calon suaminya yang menghampiri mereka sambil memegang tiga cone es krim di tangan. Menyerahkan ke Mega dan Michael, Brendon memakan bagiannya.
"Gimana?"
"Bisa katanya." Mega tersenyum.
"Oh, oke." Brendon menatap sekitaran lalu memandang Mega lagi. "Pulang?"
"Iya."
Masuk ke dalam mobil Mega yang dikendarai sopir, mereka fokus ke aktivitas masing-masing tanpa suata ketika mobil berjalan. Tak seperti yang dipikirkan Mega, Brendon berbeda jauh dari ekspetasinya di kali pertama mereka bertemu. Seolah, ada hal yang hilang.
Ya, tentu saja, ia hanya mendapatkan ingatan bahagia dari Ferry.
Bukan kejadian bahagia.
Ia juga pernah jujur tak merasakan apa yang seharusnya ia rasakan.
Apa yang Mega harapkan? Ia sendiri tak merasakan hal yang sama.
Ini akan sulit dijalani jika terus begini.
Beberapa hari lagi acara pernikahan akan diselenggarakan secara private, hanya beberapa orang saja yang diundang di sana termasuk keluarga Brendon serta sahabat karib Mega saja. Tinggal mengitung waktu mundur.
Satu hari ...
Dua hari ...
Tiga hari ...
Dan hari H pun datang. Begitu cepat. Mega memakai gaunnya di ruang ganti, beberapa orang menjadi juru riasnya, sementara Nia menunggui di ambang pintu.
Brendon sendiri ada di luar, berdiri di atas altar bersama seorang pengikat janji suci.
"Ayo, eh, cepet!" desak Nia
Mega menghela napas. Tak lama setelah Nia ke tempat duduk tamu Mega pun keluar. Ia melangkah di karpet putih bertabur bunga menuju altar yang ada di seberang sana. Di mana ada Brendon dan pria tua yang memegang alkitab. Hingga kini ia juga berada di atas, berhadap-hadapan dengan calon suaminya.
Janji suci terucap.
Pertukaran cincin.
Kemudian berciuman.
Beberapa mata memandang bahagia, yang lain memandang masam dan ekspresi lainnya. Orang tua Brendon yang ada di sana tak berkomentar, Jeremy beranjak dari kursi dan pergi entah ke mana, sementara Nia asyik menyemangati sahabatnya itu, kedua anak Mega duduk tenang di kursi mereka di bawah penjagaan babysitter.
Pesta tak meriah karena keadaan yang private, tak ada pembicaraan yang berarti antar keduanya serupa tak ada yang bisa dibicarakan. Sampai di kamar, mereka tak melakukan malam pertama, hanya berbaring menghadap langit-langit kamar dengan guling di tengah-tengah membatasi mereka.
Brendon sudah terlelap, sementara Mega masih membuka matanya.
Ia terus memperhatikan jam di dinding, kemudian beralih ke Brendon. Terus-menerus demikian menuju jarum pendek tepat mengarah ke angka satu.
Sekalipun mengantuk, Mega mempertahankan kesadarannya.
Mata cokelatnya kini menangkap Brendon yang awalnya tenang dalam tidurnya menggigil padahal udara dalam masa stabil-stabilnya, pemuda itu berkeringat panas dingin, bergerak putus-putus sebelum akhirnya membuka matanya.
Brendon tersenyum, begitupun Mega yang membalasnya tak kalah bahagia.
"Mas Ferry ...."
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG MARRIAGE, OLD MARRIAGE [Brendon Series - C]
Romance21+ Karena menginjak sebuah jam, Brendon, remaja SMA 18 tahun, tiba-tiba mendapatkan ingatan asing yang membuatnya jatuh cinta pada seorang janda muda anak dua, Mega.