"Kamu mau ngomong apa?" tanya Mega to the point, duduk di seberang Jeremy yang tanpa disangka langsung memegang kedua tangannya dan menggenggamnya erat. "Lepasin!" Mega berusaha melepaskan diri tetapi tangan itu terlalu kuat baginya.
"Kenapa kamu nikah sama dia, huh? Kamu nolak aku selama ini! Kenapa?! Apa yang kamu lihat dari anak nakal itu, huh? Muda?! Harta?! Atau apa?! Bahkan kamu udah bersetubuh sama dia waktu itu!" Jeremy melingkarkan mata sempurna. "Apa jangan-jangan kamu ... dihamilin dia?! Mega! Bagaimana bisa?! Kamu gila, huh? Harusnya saya yang lakuin itu dari dulu! Berengsek!"
Mega menatap Jeremy yang murka dengan ketakutan, ia menarik tangannya dan kali ini ia berhasil melepaskannya.
"Kamu wanita munafik!"
"Bagus, aku memang munafik, aku berengsek, aku udah bilang dari dulu Jeremy. Sekarang, kamu pergi aja dari kehidupan aku." Mega menatap sendu, matanya berkaca-kaca.
Jeremy menunduk lesu. "Bukan itu maksud aku, Mega. Maksudku ... sekalipun dia menghamili kamu, kenapa kamu gak biarin aku aja yang bertanggung jawab? Aku lebih baik, aku ... aku bisa menjadi ayah yang baik."
"Dan kamu pikir Brendon gak bisa? Sikap bisa berubah, Jeremy," jelas Mega, menarik napas dalam-dalam. "Maaf, tapi sebenernya ini itu juga tanda dari Tuhan kalau aku bukan buat kamu, kamu bisa mencari wanita lain yang lebih baik ...."
"Ferry sahabat aku, dia selalu memilihkan hal terbaik. Kalau dia memilih kamu, berarti kamu yang terbaik. Dia juga ... nyuruh aku ngejaga kamu."
Mega mengerutkan keningnya. "Maksud kamu?"
"Dia berpesan, hari sebelum kematiannya. Dia minta aku jagain kamu." Jeremy mengacak-acak rambutnya frustrasi. "Dengan menjadi suami kamu, aku yakin aku bisa jaga kamu sepenuhnya. Aku yakin aku bisa tapi malah ...." Ia menggantung kalimatnya.
"Kenapa kamu gak bilang itu dari dulu?"
"Karena aku pikir, kamu bakalan merasa aku terpaksa jadi suami kamu, bukan atas dasar cinta tapi kasihan. Ini wasiat dari Ferry, di hari itu." Jeremy menatap sendu Mega. "Seenggaknya aku berusaha, maaf tadi aku udah nyakitin kamu, aku ... bakalan move on, dan membiarkan segalanya berjalan atas kehendak Tuhan."
Mega tersenyum tulus. "Makasih ya, Jeremy."
Brendon yang mengintip dan menguping pembicaraan itu mengerutkan kening. Ia memikirkan perkataan Jeremy, sangat memikirkannya sampai-sampai sebuah ingatan masuk ke kepalanya begitu saja.
Ia terbaring, ada infus di sampingnya, dokter yang menggiringnya menggunakan brankar. Semuanya buram di matanya, kemudian seorang pria berjas juga ikut bersamanya.
"Bertahan, Fer! Bertahan!" Pria berjas itu menegaskan.
"Meg-Mega ...," katanya terbata, suara itu ... sekalipun matanya seakan Brendon pemiliknya, namun suaranya jelas bukan dari dia. Ia yakin itu suara Ferry.
Ya, ini ingatan Ferry.
"To-tolong jaga Mega ... dari se-seseorang." Dua kata terakhir begitu pelan sampai yang terdengar hanya bagian depannya saja.
Jeremy menggenggam erat tangan sahabatnya yang kemudian mengembuskan napas terakhir. "Aku bakal jagain dia, aku bakal jagain dia!"
Brendon kini membuka matanya, kepalanya sungguh sakit. Badannya lalu oleng sebelum akhirnya ia terkapar. Suara gedebuk yang keras membuat Jeremy dan Mega di ruang tamu refleks menoleh.
"Mas Brendon!" pekik Mega terkejut, keduanya buru-buru menghampiri pemuda itu.
Ferry muncul tak lama kemudian dengan wujud penuh luka namun transparan. Ia menatap mereka bertiga dengan mata melingkar sempurna.
"Kalau Jeremy bukan pembunuhku, lalu siapa?" Ia memegang kepalanya. "Kenapa aku enggak ingat? Kenapa?!" Ferry mendongakan kepalanya. "Apa itu hanya insiden pecah ban saja? Tidak ... tidak mungkin ... mustahil. Itu-itu tembakan."
Ia kembali mengingat kejadian pagi di mana ia terbunuh. Selain suara ledakan, ada pula suara letusan.
Ya, dua suara yang hampir sama nyaringnya.
Jeremy dan Mega membopong Brendon yang tak sadarkan diri menuju kamar, di mana kemudian Ferry menajamkan penglihatannya sebelum akhirnya menabrakkan diri ke Brendon. Ia hilang seakan ditelan tubuh pemuda yang sejenak badannya terperanjat kemudian.
"Eh, dia kenapa?" tanya Jeremy bingung karena kejutan itu.
Mega tak menjawab dan mau tak mau Jeremy tetap mengikutinya yang membopong Brendon hingga ke kamar. Mereka pun membaringkan pemuda itu kemudian.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG MARRIAGE, OLD MARRIAGE [Brendon Series - C]
Romance21+ Karena menginjak sebuah jam, Brendon, remaja SMA 18 tahun, tiba-tiba mendapatkan ingatan asing yang membuatnya jatuh cinta pada seorang janda muda anak dua, Mega.