Part 8

8.6K 683 23
                                    

Hening, orang-orang sudah pergi dari tadi sore dan kini menyisakan dua orang yang saling berhadap-hadapan dalam diam. Wanita berpakaian kantoran dan pemuda berpakaian putih abu-abunya..

Mega sadar dari lamunannya dan mendorong Brendon.

"Kamu gak waras, ya?! Kamu sadar kamu ini siapa, huh? Kenapa saya, huh? Kita bahkan gak saling kenal satu sama lain!"

Brendon menatap lesu, siap menjelaskan tetapi tak ada sepatah kata yang keluar. Kembali badannya menegap, wajahnya ia buang ke samping. "Saya juga gak tau ...."

"Gak tau?!" Mega merasa ingin mengacak-acak pemuda di hadapannya dengan keanehan yang ia perbuat.

Dari kemarin, jawabannya tidak tahu, tetapi ingin sesuatu bahkan ingin melamarnya.

Apa alasannya? Tidak tahu?

Apa dia cinta padanya? Tidak tahu juga?

"Ikut saya!" Menggenggam tangan Brendon yang membuat jantung pemuda itu langsung mencelus, Mega menyambungnya dengan serius. "Kita tes urin!"

"Eh, ke-kenapa?" tanya Brendon bingung.

"Kamu mungkin dalam pengarus obat-obatan!"

Brendon menghempaskan tangannya dari pegangan. "Saya memang perokok, saya memang nakal, tapi saya enggak pernah narkoba! Saya enggak make!" tegas Brendon. "Sudah, jika Bu Natalia menolak saya, saya enggak peduli. Tapi, biarin saya nyari cincin saya, jangan pedulikan saya."

Mega kali ini menatapnya bingung punggung Brendon yang menjongkok lagi untuk mengais-ngais rerumputan.

Ada terbesit rasa perih di dadanya, melihat oleh sebab kelakuannya yang tak pikir panjang menyusahkan pemuda itu. Sekalipun ia nakal dan Mega tak menyukainya, bukan berarti Mega tega padanya. Toh, ditambah Brendon pernah menyelamatkan nyawanya saat perampokan di depan minimarket.

Haruskah ia membantu?

Tetapi, bagaimana dengan Michael dan Michelle?

Anak-anaknya menunggunya di rumah.

Sampai, mata Mega menangkap sesuatu yang mengkilap karena cahaya lampu taman.

Apa itu?

Mega mendekati Brendon, cahaya itu ada di keranjang wadah minum tasnya. Ia merogoh bagian sana yang membuat Brendon terperanjat untuk berbalik dan kemudian berdiri memperhatikan apa yang diapit Mega di tangannya.

Cincinnya.

Brendon tersenyum.

"Ini, sekarang kamu pulang!" Mega menyerahkan cincin ke pemiliknya.

Brendon mendorong tangan Mega. "Saya mohon, sekalipun Ibu nolak saya, Ibu simpen cincin itu. Karena saya yakin, suatu saat nanti Ibu bakal bener-bener memakainya ...."

"Enggak bakalan, ya!" Mega menarik tangan Brendon dan meletakkan cincin ke tangannya kemudian mengepalkan tangannya lagi. "Saya harap kamu pergi dari kehidupan saya, saya gak mau tau!"

Mega berbalik dan melangkah pergi, Brendon hanya bisa memperhatikan punggungnya yang mulai mengecil karena berjalan menjauh hingga akhirnya hilang kala masuk ke pintu.

Ia menghela napas lega. "Aman uang jajan gue, bisa dijual lagi, nih!" Brendon tertawa pelan. "Sok hebat banget, sih, lo, Bren, Bren!" ujarnya pada diri sendiri.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

YOUNG MARRIAGE, OLD MARRIAGE [Brendon Series - C]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang