Part 14

7.9K 626 37
                                    

Aksi kejar-kejaran berubah jadi petak umpet horor sekarang. Brendon terus bersembunyi, nyatanya sekalipun hari larut orang-orang itu masih mengincarnya. Ia menatap jam yang melingkar di pergelangannya, pukul dua belas lebih, hampir jam satu malam.

"Keluar kamu, Bocah Sialan!" Teriakan itu menggelegarkan seisi tempat pembuangan akhir tersebut.

Dor!

Brendon terperanjat, itu suara letusan senjata api.

"Mati gue ... kenapa, sih, tu orang ngejar gue?" tanyanya sambil mengacak-acak rambutnya frustrasi. "Apa ... ini ada hubungannya sama Mega?"

Brendon pindah dari tong sampah satu ke tong sampah lain, ia berusaha mendekati sisi luar dari TPA itu agar bisa lari dari mereka. Sayang tak semudah itu karena mereka nyatanya berpencar, Brendon nyaris ketahuan oleh salah satu dari mereka yang membawa senjata.

Ia rela menimbunkan sampah ke badannya guna kamuflase agar tak kelihatan karena itu.

Bau tak ia hiraukan, yang terpenting nyawanya tak terancam.

"Keluar sekarang juga atau saya akan suruh anak buah saya menembak secara brutal!" pekik suara itu lagi.

"Gila ...." Brendon menggigit bibir bawahnya, napasnya kini memburu tersengal-sengal dan keringat dingin membasahi.

Kemudian, ia merasakan tengkuknya tertiup angin dingin. Brendon menoleh ke belakang dan melingkarkan mata sempurna menemukan seseorang ada di belakangnya. Pria yang sama yang ia lihat di cermin, wajahnya pucat pasi, di keningnya berdarah segar sementara ada luka sobekan panjang di pipinya. Brendon membungkam mulutnya menahan teriakan.

"Sini, saya bantu kamu." Ia mengulurkan tangannya ke Brendon, Brendon melangkah mundur dan suara sampah berjatuhan karena gerakannya membuat para pengejarnya menoleh ke sumber suara.

Mereka berlarian ke sana, dan mendapati Brendon nyatanya pingsan di tempat.

"Angkat dia!" kata pria ketua komplotan itu, mereka pun mengangkat tubuh Brendon yang tak sadarkan diri menuju mobil van.

Membawanya ke sebuah tempat yang jauh dari keramaian, di sebuah gedung lama, mengikatnya di sebuah kursi dan mereka menunggu mengitarinya. Salah satu dari mereka, ketua komplotan, mengambil kursi untuk duduk tepat di hadapan Brendon.

"Bangunkan!"

Plak!

Brendon terperanjat bangun dengan tamparan itu, ia menatap ke sekitaran kemudian meringis. Wajahnya yang panik kini berubah tenang seketika.

"Ada masalah apa lagi, Jeremy?"

Sebuah tamparan melayang dari Jeremy ke wajah Brendon, membuat wajahnya terarah ke samping dan luka lebam muncul di sana.

"Oh, kamu tahu nama saya? Bisa kamu sopan sama orang yang lebih tua?" Ia mendekatkan wajahnya ke Brendon yang menatap tajam. "Jauhi Mega saya! Paham? Saya gak rela kamu deketin dia! Saya gak segan menghabisi siapa saja yang deketin dia! Mengerti?!"

Brendon diam dan menatap.

'Jadi, kamu yang bunuh saya waktu itu?' Dalam benaknya, Brendon mendengkus kesal. 'Saya ikuti permainan kamu, dan akan saya buat kamu diseret ke penjara, membayar semuanya!'

Wajah Brendon berubah ketakutan. "I-iya, maafin saya! Saya janji bakal jauhin Bu Natalia! Jangan bunuh saya! Jangan bunuh saya ... lagi." Di kalimat terakhir, Brendon mengatakannya dengan berbisik.

"Apa kamu bilang?" Jeremy tersenyum lebar, Brendon hanya menggeleng dengan wajah ketakutan. "Bagus, dan awas kamu melaporkan saya ke polisi, saya bisa jauh lebih parah dari ini." Ia lalu berdiri dan menatap para anak buahnya. "Ayo!"

Dan setelahnya, mereka meninggalkan Brendon dengan masih dalam keadaan terikat. Mendengkus kesal, Brendon menjatuhkan badannya. Menggeliat beberapa kali, ia pun berhasil bebas dari ikatan itu.

"Kamu akan membayar semua perbuatan kamu, lihat saja nanti, Jeremy!"

Ferry menarik jiwanya keluar dari tubuh Brendon, pemuda itu langsung terkapar tiarap di lantai dan mengaduh sakit karena wajahnya yang menyentuh lantai.

"Sakit ...." Ia membalikkan badannya dan terkejut akan sosok yang ia temukan di depan matanya.

"Kamu harus bantu saya, mau tidak mau, Bocah," katanya, kemudian menghilang seketika.

Brendon melingkar mata sempurna, menatap sekitaran dan mengusap matanya. Sekali lagi ia menatap sekitaran dan semakin bingung.

Di mana dirinya lagi?

Dikejar banyak orang di pembuangan sampah, bertemu hantu itu, lalu ke gudang ini?

Apa hantu itu yang membawanya ke sini? Membantunya melarikan diri?

"O-oke, thank you, Setan Serem." Brendon menenggak saliva. Kemudian berdiri dan berlari keluar gudang.

Intinya mulai dari sekarang, ia benar-benar tak ingin berurusan lagi dengan Mega.

Petaka!

Omong-omong, kenapa wajahnya sakit, ya?

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

YOUNG MARRIAGE, OLD MARRIAGE [Brendon Series - C]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang