16. Home Tour

173 16 61
                                    

Melihat kepergian Isabel dan Jonah yang entah kemana membuat Rumi jadi ingin berkeliling melihat-lihat basecamp milik Why Don't We tersebut.

"Daniel gue mau liat-liat boleh?" Bisik nya pada Daniel

"Liat-liat apa?"

"Basecamp kalian"

"Oh ayo gue ajak lo keliling-keliling" buru-buru Daniel bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangan nya pada Rumi.

Tanpa ragu Rumi menerima uluran tangan Daniel karena saking semangatnya dia sampai menginjak kaki Daniel secara tidak sengaja.

"Pffffft" Corbyn yang melihat adegan itu berusaha menahan tawanya

"Sori sori gue gak sengaja" ucap Rumi sambil menunduk

"Gapapa kok" alibi nya

Daniel yang lebih tinggi dari Rumi ikut menundukan kepalanya melihat kondisi kakinya tapi secara tiba-tiba Rumi mendongak kan kepalanya hingga cepolan rambut Rumi mengenai wajah Daniel. Hal itu semakin mengundang tawa Corbyn yang sudah tertahan sejak tadi.

"Bwahahahaha"

"Anjir sial banget idup nya" Jack ikut meneratawakan Daniel

"Kampret" geram Daniel tertahan

Rumi tidak sadar akan kejadian tadi karena Daniel langsung menariknya untuk menaiki sebuah tangga yang tepat berada diujung dekat lorong.

"Hati-hati kena sial lagi lo" teriak Zach

Baru saja Zach berkata seperti itu Daniel yang terburu-buru menaiki tangga jadi tersandung hingga Rumi memeluknya dari belakang supaya tubuh Daniel tidak mencium lantai.

"Baru aja gue ngomong Dan" ucap Zach diselingi tawa

Kenapa gue sial banget ya hari ini batin Daniel

"Hati-hati makanya" peringat Rumi sambil melepaskan pelukan nya

Daniel hanya menyengir malu dengan wajah yang sudah memerah. Dengan langkah perlahan Daniel menggandeng Rumi bersisian sambil menunjukan ruangan-ruangan yang ada dilantai atas.

"Pintu pertama, ini kamar gue sama Corbyn" tunjuknya dengan memperlihatkan bagian dalam ruangan.

Rumi kira kamar pria akan terlihat berantakan dibanding wanita tapi perkiraan nya salah saat melihat kerapihan kamar Daniel dan Corbyn. Ruangan yang diisi dengan satu kasur ukuran king size, lemari pakaian, meja yang berisikan sebuah komputer, satu kamar mandi, serta sofa nyaman yang langsung berhadapan dengan jendela kaca ukuran besar.

"Nah kalo pintu depan nya itu kamar Jonah,Zach sama Jack" Daniel membuka kan pintu yang dimaksud

"Biasanya sih kamar mereka berantakan, mungkin Jonah udah beresin" Daniel memberitahu Rumi yang hanya mengangguk saja sebagai respon.

"Sisa nya yang 2 itu kamar tamu. Tapi biasanya Milo suka pake salah satu kamar itu"

Tanpa sadar sedari tadi tangan mereka saling bertautan hingga mereka sampai diruangan terakhir yang memiliki pintu lebih besar dari pintu-pintu yang lain.

Daniel menjelaskan jika ruangan itu sering digunakan mereka untuk sekedar berkumpul melepas rasa penat dan lelah juga saling bertukar cerita apa saja yang telah mereka lalui hari itu atau saling menceritakan masalah pribadi seperti Corbyn yang selalu mencurahkan isi hatinya mengenai kekasih nya. Selain itu jika mereka memiliki waktu luang ditempat itulah mereka akan berkumpul mengasah kemampuan vokal mereka.

Mendengar penjelasan yang diberikan Daniel, Rumi jadi membayangkan bagaimana rasanya jika dia dan teman-teman nya berada dalam satu rumah pasti itu akan sangat menyenangkan.

"Lo kenapa senyam senyum gitu Rum?" Daniel heran melihat Rumi yang melamun dengan tersenyum lebar

"Ah gue gapapa" Rumi jadi malu sendiri ketahuan melamun sambil senyam senyum sendiri

Perjalanan dilanjut dengan mengililingi bagian bawah, saat menuruni tangga Rumi heran kemana perginya orang-orang yang tadinya mereka berkumpul diruang tengah menjadi sepi.

"Mereka kemana?" Rumi bertanya

"Udahlah biarin mereka udah pada gede gausah dipikirin" jawab Daniel

"Yee bukan nya gitu gue kan cuma nanya"

"Dan gue menjawab" balas Daniel tak mau kalah

"Yaudin terserah" Rumi baru tau jika Daniel menyebalkan seperti ini

"Mau dilanjut gak keliling nya?"

"Lanjut dong"

"Kita mulai dari bagian dapur aja yaa. Emang sih kita jarang banget pake dapur karna yaa wajarlah kita cowo mana bisa masak" jelas Daniel

"Gue kira satu diantara kalian ada yang bisa masak" ucap Rumi

"Satu dari lima sih Jonah doang mungkin yang masakan nya paling layak untuk dimakan" Daniel sedikit meringis saat mengatakan itu karena dia jadi teringat saat mereka mencoba untuk masak namun masakan nya berakhir tragis ditempat sampah.

"Kaya nya emang cuma Jonah doang deh yang paling perfect diantara semuanya"

"Itu karena dia paling dewasa diantara kita Rum" timpal Daniel dengan mengacak gemas rambut Rumi

"Lo ih jadi acak-acakan rambut gue tau" ujar Rumi kesal sambil merapihkan rambutnya sendiri sementara Daniel hanya terkekeh.

"Oke kita lanjut ke studio. Disini tempat kita saling bertukar pikiran" ucap Daniel sembari mendekati sebuah piano dengan menggandeng Rumi meminta nya untuk duduk disamping nya.

Rumi dibuat kagum saat jari Daniel dengan lihai bermain diatas tuts hitam putih piano memainkan lagu Lucid Dreams yang sering mereka bawakan saat konser.

"I still see your shadows in my room
Can't take back the love that I gave you
It's to the point where I love and I hate you
And I cannot change you so I must replace you" suara Daniel mengalun lembut ditelinga Rumi membuatnya berusaha untuk tidak berteriak dan merusak semuanya

"Easier said than done
I thought you were the one
Listening to my heart instead of my head
You found another one, but
I am the better one
I won't let you forget me" Rumi melanjutkan nyanyian nya meski suara tak sebagus Daniel

"You left me falling and landing inside my grave
I know that you want me dead
I take prescriptions to make me feel a-okay
I know it's all in my head

I have these lucid dreams where I can't move a thing
Thinking of you in my bed
You were my everything
Thoughts of a wedding ring
Now I'm just better off dead"

Mereka mengakhiri lagunya lalu saling pandang dengan senyum yang menghiasi wajah mereka tanpa mengedipkan mata seolah mereka sedang berkomunikasi melalui tatapan mata hingga tak sadar jika tangan Daniel telah berada dipipi Rumi sembari mengelusnya lembut.

Prok...prok...prok...

Tepuk tangan meriah dari ambang pintu menghentikan adegan saling tatap mereka. Terdengar dengusan pada keduanya dan segera menengok siapa yang telah merusak momen mereka.

"Eheem aduh tenggorokan gue tiba-tiba gatel nih Ra" ucap Zach

"Iya nih sama gue juga" timpal Laura mengikuti Zach yang berdehem

"Eh tumben suara lo bagus Rum" ucapan Laura itu seolah sedang mengejek Rumi bukan seperti memuji.

"Gausah ngeledek deh. Tapi makasih loh akhirnya lo mengakui suara emas gue ini" balas Rumi

"Modus amat sih lo pegang-pegang pipi segala" Zach berucap pada Daniel

"Tadi ada nyamuk di pipinya Rumi" alibi nya

"Alah gausah kebanyak ngeles lo kek bajaj" ujar Laura ikut meledek

Disisi lain Rumi sudah merona karena perlakuan Daniel tadi dan tidak bisa menyembunyikan senyum nya.

***

Dreams Come TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang