lima

2.4K 90 2
                                        

What!!

Malamnya setelah sholat insya aku pun keluar dari kamar menuju ke meja makan di karenakan perut ku sudah dari tadi memberi sinyal untuk di isi makanan.

"syifaa,,, ayo cepat makan" panggil kak nisa~kakak iparku.

"iya kak" jawabku sambil menuruni anak tangga.

Sampai di meja makan aku langsung duduk. Dan melihat ke arah bang Rizki.

"kenapa bang?" tanyaku.

"abang mau ngomong sesuatu sama kamu" jawab bang Rizki.

"yaelah bang, kalo mau ngomong ya ngomong aja kali".

"nanti selesai makan abang akan bicara sama kamu" ucap bang Rizki.

Aku belum menjawab apapun, otak ku berfikir apa ada yang salah dengan kelakuan?.

"i,, iya bang" jawab ku sedikit ketakutan.

Suasana begitu hening tidak seperti biasanya. Bang Rizki yang biasanya suka menjahili ku di malam ini tiba-tiba terdiam seribu bahasa.

Selesai makan aku dan kak Nisa pun memindahkan piring kotor dan semua makan yang ada di meja.

"apa semuanya sudah selesai?" tanya bang Rizki.

Aku hanya mengangguk. Kini perasaan ku tidak nyaman.

"sebaiknya kita bilang aja langsung mas" kata kak nisa sambil melihat kearah ku.

"emang ada apa sih bang" tanya ku penasaran.

"dek, sekarang kamu sudah kelas 12 SMA. Kamu sudah besar dek, abang harap kamu bisa lebih baik lagi dan abang harap kamu tidak berfikir negatif setelah abang bilang point yang menjadi tujuan pembicaraan ini" jelas bang Rizki.

Sungguh suasana ini sangat menengangkan. Tidak biasanya bang Rizki bicara seserius ini.

"ada apa sih bang" tanya ku lagi.


"ada orang yang menyukai kamu, dan abang juga berniat untuk menjodohkan kamu dengan orang tersebut" jawab bang Rizki.

"apa maksud abang? Syifa gak ngerti" tanya ku lagi.

"pak Firdaus suka sama kamu,, '' bang Rizki menjeda kalimat nya.

"WHAAT" kata ku sedikit berteriak

"apa kamu terima dengan perjodohan ini?".

"maaf bang syifa gak bisa terima, dan kalo abang dan kak Nisa gak mau ngurus aku lagi, bilang aja gak usah pakek cara ngejodoh-jodohin" kata ku sambil bangkit dari tempat duduk dan pergi meninggalkan meja makan.

Sampai di kamar, aku langsung mengunci dan terduduk di lantai. Air mata terus membasahi pipiku.

"ada apa sih sebenarnya, kenapa pak Firdaus harus suka sama aku, sementara aku tidak pernah menyukainya dan bahkan aku benci dengan sikapnya yang cuek dan dingin kayak es" hatiku berbicara.

Tuk tuk tuk

"dek tolong buka pintu nya" ucap kak Nisa diseberang pintu kamar.

"GAK MAUU" teriak ku dalam kamar.

My Teacher Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang