Enam belas

2.2K 80 27
                                    

Aku tidak pernah menolak cintamu hanya saja waktunya belum tepat.












• jangan lupa vote nya











• dan juga komennya, aku tunggu











selamat membaca 😘

Syifa pov

Ku rebahkan tubuh di kasur, empuk dan nyaman hanya itu yang kurasakan saat ini. Ku hirup aroma wangi yang di semprotkan secara otomatis, rasanya semua bebanku lepas.

Pernikahan.

Cinta.

Suami.

Semua itu seolah beban terberat yang aku pikul sekarang. Cinta telah menghancurkan semuanya, cinta datang terlalu cepat. Dari dulu aku selalu menepatkan cinta yang paling akhir. Bagiku pendidikan lebih penting dari segalanya. Aku harus bisa mandiri sebelum cinta itu datang. Tapi sekarang, lihatlah bagaimana cinta akan merusak semua rencana ku.

Aku bangkit dari tempat tidur lalu menuju ke lemari untuk memyimpan semua bajuku. Lalu langkah ku menuju ke sebuah meja di sudut ruang, ku susun semua buku pelajaran ku disana. Setelah selesai akupun kembali merebahkan tubuhku. Kulihat langit-langit kamar, pikiran ku melayang memikirkan ucapan pak Firdaus tadi.

Kamu boleh tidur dikamar terpisah dengan ku, tapi tolong jangan larang aku untuk mencintaimu.

Bagaimana ini, apa aku harus membalas cintanya?

Tidak, tidak. Jangan pikirkan cinta Syifa ujian akhir sekolah sudah di depan mata kamu harus fokus.

Aku kembali bangkit dari rebahan ku,  dan menuju ke meja belajar. Ku buka salah satu buku pelajaran yaitu Matematika, tak lama kemudian akupun fokus bermain dengan angka dan juga rumusnya. Beban akan cinta seolah hilang begitu saja dari pikiran ku.

Sampai akhirnya azan magrib pun berkumandang, langsung ku langkahkan kakiku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan juga berwudhu. Selesai berwudhu ku lanjutkan dengan membaca Al-Qur'an, diiringi do'a untuk kedua orang tua ku. 

Do'a ku titipkan rindu untuk kedua orangtua ku.

Beri tahu mereka, aku disini baik-baik saja.

Jika mereka membalas rinduku, maka datanglah ke mimpiku. Aku akan setia menunggu.

tok,,,tok,,,tok

Ada yang mengetok pintu kamar ku. Kuhapus air mata kesedihan ku lalu ku bukakan pintu. Terlihat pak Firdaus berdiri tepat didepan pintu dengan tatapan dinginnya, sama seperti dulu.

"cepat turun, kita makan bersama" ucapnya singkat dan dingin.

"i, iya" jawabku gagap.

Cuek.

My Teacher Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang