Tak hanya sebatas mengucapkan ikatan sakral, pernikahan ini akan terus berlanjut sampai maut memisahkan.
Hari ini aku akan menjadi istri sekaligus pendamping hidup pak Firdaus, guruku sendiri. Rasanya tidak percaya aku akan menikah di umur yang masih remaja, padahal target ku menikah di umur 25 tahun. Tapi enggak apa-apa lah mungkin ada rencana indah dibalik semua rancangan ALLAH SWT. Aku menggunakan gaun pernikahan berwarna putih di padukan dengan sedikit warna biru, lalu akupun di rias natural karena aku kurang suka make up yang tebal.
Semuanya sudah selesai akupun turun, terlihat semua anggota keluarga sudah berkumpul. Ku edarkan pandangan kesetiap anggota keluarga yang sudah hadir, lalu tatapan ku terhenti di titik dimana aku dengan jelas melihat sosok pria berjas biru berdiri disana. Sungguh dia tampan sekali hari, no bukan hanya hari ini tapi setiap hari. Mungkin itulah yang ada dipikiran ku saat ini. Tapi hatiku, dia tidak merasakan apapun seolah semuanya biasa saja. Ah entahlah.
"pengantinnya udah siap, yuk kita berangkat sekarang" ucap kak Nisa yang mendampingi ku dari tadi.
Mendengar ucapan itu semuanya pada bangun dari tempat duduk mereka bersiap untuk berangkat.
"yuk, pengantin prianya juga udah gak sabar nih" candaan singkat dari bang Rizki. Reaksi pak Firdaus?. Dia hanya tersenyum malu.
Kamipun berangkat menuju ke mesjid, tempat akan berlangsungnya pernikahan. Semua keluarga sudah hadir disini, senyuman mereka selalu terpancar manis. Dengan perasaan takut di campur gelisah ku genggam tangan kak Nisa yang mendampingi ku di belakang. Sedang pak sedang bersiap untuk mengucapkan ikatan sakral kami, aku yakin dia pasti sangat gugup tapi kalo dilihat dari wajahnya dia seperti biasa saja, pinter sekali menyembunyikan rasa gugupnya.
"Bismillahirrahmanirrahim, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH, WAASYHADUANNA MUHAMMADAR RASUULULLAH. Saudara Al Firdausi bin Muhammad Adam saya nikakan dan kawinkan engkau dengan adik saya yang bernama Syifa Ul Qolbi binti arief dengan mas kawin berupa emas 10gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai" ucap bang Rizki dengan tegas di hadapan pak Firdaus dan para saksi."saya terima nikah dan kawinnya Syifa Ul Qolbi binti arief dengan mas kawin tersebut TUNAII" jawab pak Firdaus dengan satu tarikan nafas.
"bagaimana para saksi? SAH?" tanya bang Rizki ke para saksi.
"SAAHH"
"ALHAMDULILLAH" ucap kak Nisa dan beberapa orang lainnya, dan sekarang sudah sah lah hubungan kami sebagai suami istri."ciee, gak ada angin gak ada hujan tau-tau udah jadi istri orang" ledek Aprilia.
Ya aku hanya mengundangnya di acara pernikahan ku dan dia juga cukup terkejut saat aku bilang akan menikah, apalagi nikah sama pak Firdaus yang selalu terlihat dingin dan kaku di hadapan siswi lainnya. Kalo di depan aku sih, romantis banget🤭.
"ayo kesana" ajak mamanya pak Firdaus, eet kan udah jadi mama mertua.
"buat apa ma?" tanyaku polos.
Mama hanya tersenyum dan memegang tangan ku untuk di menuju ke depan. Sampai disamping pak Firdaus yang tersenyum padaku, bang Rizki pun bilang "salam dong sama suaminya".
Aku hanya menuruti perintahnya, dan akhirnya setelah seminggu yang lalu tangan kami bersentuhan dengam ikatan haram di hari ini semua itu telah halal. Dengan tangan sedikit bergetar ku raih tangan lelaki yang sekarang sudah sah menjadi suami ku. Ku cium tangannya, dan sungguh tangannya sangat lembut dan harum. Karena ada sesi foto jadi aku tahan sedikit saat mencium tangannya.
"coba pengantin pria cium kening istrinya, dan tahan sebentar ya" arahhan tukang fotografer seketika membuat mataku membulat. Tapi aku tidak bisa menolak disini.
Pak Firdaus pun memcium kening, bak disambar petir siang hari tubuhku langsung kaku. Dapat kurasakan bibir lembutnya menempel dikening. Aah pikiran mulai kacau.
"cincin nikahnya dipakaikan ke pasangan ya, biar difoto" arahan fotografer lagi. Pak Firdaus pun memakaikan cincin ke jari manisku.
"gimana sih, gak romantis amat. Semuanya harus diarahkan oleh fotografer" ledek bang Rizki dengan berbisik ditelinga Pak Firdaus namun masih dapat kudengar.
Sesi foto terus berjalan seiring dengan salam-salaman dengan tetamu sampai sore.
Setelah acaranya selesai pak Firdaus mengajak ku pergi "yuk, ikut mas ada yang ingin mas tunjukin" sambil memegang tangan ku.
"eeh Fir, mau kemana?" tanya mama.
"mau tunjuki hadiah pernikahan ke Syifa ma" jawabnya.
"jadi gak pulang sama kita ni?" tanya mama lagi dengan ekspresi wajah sedih. Aku? Aku masih belum tau apa yang mereka bicarakan, maka dari itu aku hanya diam.
"enggak deh ma, tapiii Firdaus janji besok kami ke rumah mama" seraya tersenyum ke arah ku. Dan aku membalasnya.
"janji ya, mama masih mau dekat-dekat sama Syifa" mama memegang tangan ku.
"iiya ma, kalo begitu kami pergi dulu ya" pak Firdaus menggenggam tangan ku. Seolah ia tidak ingin lepas dariku, padahal aku biasa saja tidak ada debaran apapun yang ku rasakan saat dia menyentuhku.
Kamipun masuk ke mobil mas Firdaus, rasanya badan ini sangat capek seharian melayani tamu yang tak lain hanya keluarga kami. Ku renggangkan tubuhku untuk mengurangi rasa capek, mata mas Firdaus pun melirikku.
"capek ya?" tanya nya dengan manis.
Aku tersenyum "hem, iya agak sedikit capek"
"nanti dirumah adek langsung istirahat ya" WHAAT dia panggil aku dek. Tapi terserah deh dia panggil apapun suka-suka dia.
Aku hanya mengangguk tanda mengiyakan.
Saat kami memasuki komplek perumahan, yang tempatnya tidak aku kenali pak Firdaus mengeluarkan kain lalu meminta untuk menutup mataku. Awalnya aku takut, tapi setelah mengingat dia suami ku gak mungkin dia berbuat hal buruk padaku. Dan akhirnya akupun mau menutup mata dengan kain tersebut.
Tak lama kemudian kamipun sampai aku bisa merasakan mobil sudah berhenti, sekarang aku tidak tau sedang berada dimana. Semuanya gelap karena mataku tertutup rapat dengan kain. Pak Firdaus lagi-lagi memegang tangan ku dengan lembut, menuntun jalanku sampai akhirnya aku dapat mendengar suara kunci pintu yang terbuka, di situ aku berpikir kalo pak Firdaus membawa ku ke sebuah rumah, mungkin rumah orang tua nya."sekarang aku buka kainnya, dan kamu buka mata sedikit demi sedikit" ucapnya seraya membuka penutup mata.
Akupun membuka mata, betapa aku sangat terkejut melihat rumah yang sangat elegan. Apa ini rumah orang tua pak Firdaus? Tapi dimana mereka?.
"ini rumah orang tua pak Firdaus?" tanyaku seraya melangkahkan kaki menelusuri tiap sudut rumah ini.
Assalamualaikum teman-teman, sesuai janji aku akan update malam minggu. Eet bukan tiap malam minggu ya. Silahkan dibaca semoga suka. Maaf kalo ceritanya masih kurang bagus. Dan ingat jangan lupa.
I LOVE YOU 😘😘
>>>vote
>>>komen (pasti aku respon 😘)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher Is My Husband
RomansaCinta memang tidak pernah memandang umur. Siapa pun dia pasti bisa jatuh cinta. Kehidupan Syifa yang jauh dari kata pergaulan, sering dikucilkan dikelas, dan kerap kali jadi bullyan. Ditambah dengan kehadiran sosok pak Firdaus guru matematika yang...