Jika dia bisa menerima kekurangan ku, lantas kenapa aku tidak bisa melakukan hal yang sama dengannya. Dan jika dia bisa membuktikan perasaannya padaku kenapa aku belum bisa membalasnya dengan sepenuh hati.
Sepulang dari restoran aku dan pak Firdaus akan melakukan foto prewedding rasanya deg deg-kan banget. Aku tidak tau pasti tentang perasaan ku tapi yang aku tau pak Firdaus tulus mencintai ku dan aku? Aku masih ragu tapi terkadang melihat sikapnya yang mulai berubah membuatku sedikit luluh. Rasanya gak percaya seorang lelaki yang cuek dan dingin kayak es itu bisa berubah begitu lembut nan romantis.
Oh tuhan kenapa cinta ini belum ada untuknya, apa ada lelaki lain yang sebenarnya menjadi takdirku?. Kata singkat yang kuselipkan di buku diary ku.
Kakiku terus melangkah ke arah gerbang, setelah bel pulang sekolah berbunyi semua siswa berhamburan keluar kelas. Aku keluar paling terakhir dan aku juga memperlambat langkahku agar tidak langsung bertemu dengan sosok dia.
Dia yang datang tanpa ku undang, dia yang datang tanpa ku inginkan tapi dia yang mampu membuat jantung ku berdetak lebih kencang saat bersamanya. Aku tidak tau pasti apa yang kurasakan saat ini dibilang nyaman ya nyaman tapi cinta sepertinya belum ada.
Langkahku terhenti didepan mobil lalu membuka pintu mobil pak Firdaus.
"Assalamualaikum pak" ucapku sambil duduk disampingnya.
"...." tidak ada jawaban satu katapun yang keluar dari mulut pak Firdaus.
"jawab salam itu wajib" sindirku.
"ulang" balasnya cuek dengan ekspresi wajah datar khasnya dulu.
"Assalamualaikum pak" ulang ku lagi tanpa menyadari kesalahan ku.
"ulang"
"kok ulang lagi sih pak?"
"saya suruh ulang ya di ulang dong" rasanya tu kepengen ku robek-robek wajah datarnya itu.
"Ass-ala-mu'alai-kum p-ak" ucapku seperti mengeja satu-satu huruf.
"ka-lo di lu-ar pang-gilnya mas" jawabnya dengan nada cuek sekaligus mengeja satu persatu huruf seperti yang aku lakukan tadi.
Mataku langsung membulat dan baru sadar kalo dari tadi aku panggilnya pak. Hatiku belum terbawa pada suasana seperti ini. Padahal cuma panggil mas tapi rasanya sangat berat untuk ku ucapkan. Tak lama kemudian aku pun dikejutkan sama ucapan pak Firdaus lagi.
"ulang" ucapnya singkat dengan ekspresi wajah datar khasnya dulu.
"Assalamualaikum m-as" ulang ku lagi dengan sedikit kekeliruan dalam memanggil mas.
"Wa'alaikum salam" masih dengan ekspresi datarnya itu.
Sepanjang perjalanan hanya suasana hening yang menemani kami, gak tau kenapa tapi sepertinya dia mulai tau kalo sebenarnya dihatiku ini belum ada cinta untuknya. Entahlah bagaimana dengan perasaan ku nanti setelah menikah dengan nya.
"perjalanannya masih jauh ya?" dengan rasa bersalah akupun berusahan memecahkan keheningan ini.
"agak sedikit jauh, karena kita akan berfoto dipantai" jawabnya. Bibirku melengkung tersenyum, senang banget akhirnya bisa ke pantai lagi.
"apa aku boleh minta sesuatu?" pandangannya langsung beralih ke arahku walaupun hanya sekejap.
"mau apa?" tanya nya balik.
"aku mau foto disaat senja" jawabku dengan harapan pak Firdaus mau berfoto disaat senja.
"kalo aku gak mau?" bukannya jawab malah balik bertanya. Mendengar hal itu senyuman diwajahku langsung memudar dan mulutku terdiam beberapa menit.
"gak pa-pa kan?" tanya nya lagi untuk memastikan persetujuan ku.
"ya gak pa-pa sih" jawabku seraya berusaha untuk ikhlas bahwasannya Pak Firdaus tidak mau berfoto disaat senja, padahal aku sangat menyukai senja.
Tiba-tiba pak Firdaus langsung tertawa sendiri, aku pun jadi bingung emang ada yang salah ya dengan ucapan ku. Setelah beberapa menit tertawa dia pun berhenti.
"bener ya kata si Rizki kamu tuh kayak anak kecil, gak dituruti aja udah cemberut gitu kayak anak kecil lagi minta es cream" balasnya sambil terkekeh di akhir.
"udah tau anak kecil masih juga dilamar" balas ku seketus mungkin.
"hahaha, itu karena cinta, sayang" ucapnya lembut seraya mengacak jilbabku.
"ihh apa sih dilarang sentuh-sentuh kalo belum halal" protes ku sambil membenarkan jilbabku.
"ya udah kita nikah sekarang aja biar langsung halal, hahaha" becandanya kali ini masuk ke hatiku dan menimbulkan gejolak yang sangat luar biasa. Apakah cinta itu mulai tumbuh??
"kok diam??" ia menjeda kalimatnya beberapa detik.
"baper ya, hahaha" sambil terkekeh di akhir.
"iihh siapa juga yang baper" tanpa ku sadari tangan ku memukul lengan pak Firdaus. Mata kami pun langsung bertatapan, dan getaran itu datang lagi. Apa ini yang namanya cinta???
Tak lama kemudian kamipun sampai di pantai, aku langsung mendaratkan telapak kaki ku di pasir. Rasanya sangat menyenangkan bisa menghabiskan sore hari di pantai menunggu cahaya senja yang menghangatkan. Tanpa menggunakan sepatu aku langsung berlari ke arah laut yang ribut dengan ombaknya.
"Syifaa, pakai sepatu nanti kalo keinjak kayu runcing kan bisa berdarah" teriak pak Firdaus memanggil Syifa, tapi ia tidak menghiraukan nya.
Pak Firdaus pun memutuskan untuk menyamperin Syifa yang sedang asik bermain sama ombak.
"keliatannya senang banget sama pantai, udah lama ya gak ke pantai?" ucapan pak Firdaus yang mengejutkan ku. Mataku langsung melihat ke arah nya dengan tatapan gembira.
"iya mas, Syifa udah lama gak ke pantai. Habis bang Rizki selalu sibuk" jawabku jujur.
"ya sudah kamu main aja dulu tapi gak boleh jauh-jauh"
"terus foto prewedding nya gimana?" tanyaku seraya menatap matanya.
Mata yang sungguh indah, mata yang terkadang teduh dan menyejukkan, tapi terkadang berubah menjadi mata dengan tatapan tajam dan cuek. Tak lama kami bertatapan bibir nya tertarik memancarkan sebuah senyuman tipis.
"kan tadi kamu minta foto waktu senja, jadi sekarang kita harus menunggu sampai waktu senja" jawabnya lembut dengan tatapan begitu teduh yang bisa membuat ku pingsan.
"hah, benarkah? Kita akan berfoto disaat senja?" aku begitu bergembira seraya menepuk kedua tangan ku lalu berputar.
"iya sayang" jawabnya lembut lalu mengacak jilbabku dengan melempar senyum manisnya pada ku.
Akhirnya update lagiii. Maaf ya kalo ceritanya membosankan, dan babak romantis nya gak pas. Btw jangan lupa dikomen dan divote ya.
![](https://img.wattpad.com/cover/178136141-288-k170440.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher Is My Husband
Roman d'amourCinta memang tidak pernah memandang umur. Siapa pun dia pasti bisa jatuh cinta. Kehidupan Syifa yang jauh dari kata pergaulan, sering dikucilkan dikelas, dan kerap kali jadi bullyan. Ditambah dengan kehadiran sosok pak Firdaus guru matematika yang...