Dua puluh satu

1.9K 72 10
                                    

Cinta kita terikat dalam ikatan sakral, dan ku harap semoga tetap bertahan sampai kapanpun.













• jangan lupa votenya ya




















• dan komennya juga


























• follow aku juga agar kita bisa lebih dekat

Syifa pov

Hari ini adalah hari terakhir aku disini, sebelum akhirnya aku pergi untuk menuntut ilmu. Sebelum pergi ku usahakan untuk memasak, membersihkan rumah, dan membereskan pakai pak Firdaus. Suamiku.

Jam menunjukkan pukul 04:00 pagi, aku langsung bangun dan menuju kamar mandi. Setelah ritual mandi ku selesai akupun keluar dari kamar menuju ke kamar ku dulu yang sekarang sudah kuubah menjadi tempat khusus pakaian yang sudah kering atau lebih tepatnya tempat untukku bersetrika. Lalu aku mengambil semua baju yang sudah ku setrika kemarin membawanya ke kamar untuk disusun ke lemari. Setelah selesai menyusun baju akupun menuju ke dapur untuk mencuci piring bekas makan tadi malam.

Tanpa ku sadari ternyata sudah masuk waktu subuh, azanpun berkumandang. Dengan cepat kulangkahkah kaki menuju ke kamar untuk membangunkan Mas Firdaus.

Klop. 

Pintu terbuka.

Kulihat kamar kosong, dimana ia. Apa sudah bangun?.

Pintu kamar mandi pun terbuka memperlihatkan wajah tampan Mas Firdaus yang hanya menggunakan handuk dipinggangnya. Dengan cepat kuputar tubuhku membelakanginya.

Syifa pastikan matamu masih suci. Runtuk batinku.

"Mas Firdaus mau sholat ya?" tanyaku tanpa melihat ke arahnya.

"bicara kok gak menghadap ke sini, berarti adek bicara sama pintu dong" bicaranya dengan enteng.  Tanpa memperdulikan rasa malu ku.

Ku tarik nafas ku dalam-dalam  lalu kulepaskan. Huuuft.

"yaudah cepet pakai baju, adek mau wudhu dulu" ucap ku lagi dengan melangkah cepat menuju kamar mandi. 

Kamipun sholat berjamaah. Ia imam, dan aku makmumnya. Kami hanyut dalam alunan ayat suci Al-Qur'an. Sedih rasanya mengingatkan ini adalah sholat berjamaah kami yang terakhir.

Selesai sholat ia duduk menghadap ke arah ku. Masih dengan tatapan sendu yang penuh dengan cinta. Tanpa ragu ku cium tangannya sebagai bakti ku padanya. Iapun membalasnya dengan kecupan manis di kening ku.  Tubuhku seketika menegang, padahal ini bukan kecupan pertama darinya. Tapi rasanya selalu berhasil membuat pipiku merah seperti kepiting rebus.

"sayang" panggilnya dengan lembut. Aku tidak sanggup menjawabnya hanya tatapan mata ku masih betah memandang wajahnya.

"hari ini adalah hari terakhir adek disini, Mas mengizinkan adek pergi bukan berarti Mas melepaskan mu" ia mengengam tanganku dan memendekkan jarak kami.

My Teacher Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang