empat belas

2.3K 84 2
                                    

Ini apa??

"oke, nanti kita be-lanja" jawabku ragu.

Sampai di mall

"beli cemilan dulu ya, aku suka makan cemilan di rumah" pintaku yang di sambut dengan anggukan oleh pak Firdaus.

Melihatnya menyetujui aku langsung melangkah ke rak cemilan, tanpa menunggunya lagi. Ku ambil satu persatu makanan yang berjajaran di rak tersebut. Lalu ada yang menepuk bahu ku. Sontak akupun terkejut dan melihat ke arah nya. Dan ternyata Pak Firdaus.

"udah jajannya?" suaranya sangat lembut untuk sosok guru yang terkenal akan ke cuekkan nya.

"belum, kalo mau belanja sana aja pergi sendiri" ketusku, yang padahal ingin menyembunyikan kalo aku gak bisa belanja sayuran, daging dan ikan.

"yasudah, kamu belanja saja di sini. Kalo ada perlu samperin aku aja disana" jawabnya dengan lembut. Bahkan setelah ijab qobul ucapan lebih lembut dari biasanya.

Tapi hati ku masih menolak akan kehadirannya disisiku. Ah, entahlah. Pernikahan ini seolah lelucon, cita-cita ku masih panjang. Aku ingin masuk fakultas Kefarmasian di UGM, kalo bisa sampai jadi apoteker dan lanjut S2. Dan pernikahan ini sungguh membuatku merana. Aku bukan tipe yang mudah putus asa, kan ku coba untuk membicarakan ini pada pak Firdaus. Tapi kalo dia tidak mengizinkan?.

Ah rasanya sangat sedih kalo aku tidak bisa melanjutkan kuliah ku, rasanya peringkat satu ku akan sia-sia begitu saja. Padahal sangat sulit untuk ku meraih semua itu. Lagipula dulu aku dan bang Rizki pernah berencana untuk membangun sebuah klinik dan akulah yang akan mengendalikan bagian instalasi farmasi. Tapi mungkin semuanya akan buyar.

Setelah sekian lama aku berkeliling mencari cemilan, tak sengaja tatapan tertuju padanya. Terlihat lihainya dia dalam memilih satu persatu sayuran dan memasukkannya ke keranjang. Untung saja dia tidak menyuruhku, bisa-bisa aku kebingungan pilih sayuran. Tuh lagi dia lagi pegang sayur apa coba. Ah biarin aja, toh dia bisa sendiri. Kulihat ke keranjang yang ada ditangan ku sudah terisi penuh dengan cemilan ringan seperti coklat, keripik, dan masih banyak lagi. Akupun melangkah ke arah pak Firdaus untuk menanyakan apakah dia sudah selesai dengan belanjaannya.

"bapak, sudah selesai belanjanya?"

"sebentar lagi, saya belum beli daging ayam, sosis dan roti juga"

Akupun hanya ber O ria tanpa berniat untuk membantunya.

"boleh gak tolong ambilin daging ayam disana?" mataku membulat mendengarnya.

Mati aku.

"gak mau, nanti bau" ketusku.

"yaudah, saya aja yang ambil" jawabnya lembut.

Kaki jenjangnya dengan cepat pergi untuk mengambil daging ayam. Pikiran ku terus berkelayutan, bagaimana kalo dia menyuruhku untuk memasak. Mau bilang tapi malu, mau ngelawan dan ketus terus takut dosa dengan suami.

Aku bengong, sampai akhirnya ada yang memeluk pinggang ku dengan erat. Seketika aku terkejut dan beralih melihat siapa yang memelukku. Dan ternyata itu pak Firdaus, tubuhku langsung membeku tak bisa bergerak ini sentuhan pertamanya setelah bersalaman di hari pernikahan.

My Teacher Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang