09|Good News

73 5 0
                                    

X Semester 2

Setiap rahasia punya waktu untuk di bongkar, begitu juga dengan rasa yang di sembunyikan.

✒️Gadis Penulis✒️

Anak-anak IPS1 baru saja menyelesaikan pembelajaran bahasa Indonesia mengenai praktek debat hari ini. Jika yang lain langsung berburu ke kantin, Dewi justru terlihat sibuk membenamkan wajah di balik lipatan kedua tangannya.

Sementara Ethan dan Ayu sudah kabur lebih dulu untuk berburu makan siang.

Mengenai debat, semuanya berjalan dengan cukup baik. Meski tak menutupi kemungkinan perasaan panas dan emosional sempat membara di dalam hati masing-masing siswa.

Dan hasilnya?

Seri. Kedua tim sama-sama kekeh mempertahankan argumen dengan sangat baik.

Tim afirmasi yang terus memberi persetujuan dengan alasan dampak positif gadget. Sedangkan Tim oposisi juga tak mau kalah dengan terus saja menyanggah argumen dari tim lawan.

Membeberkan banyak kemungkinan sisi negatif dari penggunaan gadget. Sampai akhirnya jam pelajaran habis dan kegiatan debat diusaikan.

"Kalau aja waktunya masih banyak, pasti gue menang tuh debat yang tadi!"

Dewi menghela lagi, menyandarkan kepala pada meja sembari memejamkan mata berusaha melepaskan diri dari penat dan juga mood buruk yang sejak tadi mengambil alih fokusnya.

Sementara jauh di kursi barisan belakang, seorang pria berdiri dengan senyum yang rekah.

Pria itu sudah siap dengan note di tangannya melangkah sepelan mungkin menuju Dewi yang berusaha meraih alam mimpi.

Rasya melepaskan lembaran note kuning itu dan menempelkannya pada dahi Dewi.

Dewi yang masih belum terlelap, jelas saja terusik. Gadis itu mendecak membuat Rasya refleks berlari cepat menuju kursinya.

"Dasar kurang kerjaan, biar apa coba nempel beginian? Ganggu orang tidur aja!"

Bukannya merasa bersalah pria itu malah tersenyum manis menampilkan deretan gigi putihnya membuat Dewi seketika menyipitkan mata ingin memukul dengan keras kepala pria itu.

Tapi karena posisi Rasya cukup jauh, gadis itu memilih meraih kesal note di dahinya berniat membaca tulisan singkat yang tertera.

Yang manis jangan nangis, yang cantik moodnya harus baik.
Yuk bisa yuk, jangan merajuk!

Seketika senyum geli terbit bersama kekehan kecil.

Padahal tak ada hal spesial di sana, hanya sebuah kalimat semangat yang ditulis dengan tinta biru. Cukup membuat hati Dewi menghangat.

Sedangkan si pemilik note itu terlihat asik mengutak-atik ponselnya sebelum akhirnya kembali memandang Dewi.

Rasya Aksara's calling...

Dewi mengernyit, menatap nama yang tertera di layar ponselnya.

Meski belum mengerti apa niat pria ini tapi Ia memilih untuk menurut dalam permainan.

Yup, dia mengangkat panggilannya.

"Halo... Bisa bicara dengan ibu afirmasi?"

"Ibu afirmasi? Apa saya bicara dengan bisa?"

Dewi terkekeh, menempelkan benda pipih itu dengan tatapan lurus memandang sosok Rasya hangat.

"Ibu afirmasi jangan diam saja dong. Sudah diangkat masa dicuekin, durasinya lama nanti bu..."

Gadis Penulis|Versi Revisi [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang