41|Si Nomor Satu

21 1 0
                                    

X Semester 1

Kadang yang terlihat cuek adalah orang yang paling butuh banyak perhatian, namun terlalu bingung cara mengutarakan.

✒️ Gadis Penulis✒️

Dewi menghentakkan kakinya kesal, dia melirik jam ditangannya dan buru-buru berlari menuju kelas.

Gadis itu menarik nafas dalam, berlarian di tangga bukan hal baik untuk untuk jantungnya. Ini terlalu melelahkan.

Dewi membuka pintu, mendengus kesal menyadari pintunya telah dikunci. Sial dia terlambat.

Ini sudah jam empat sore dan dengan santainya Bima baru mengabarinya bahwa charger gadis itu ditinggalkan di kolong meja.

Bima kampret, kalau udah gini gimana mau ngambilnya. Pasti harus tunggu besok.

Dewi masih belum mau patah semangat, gadis itu celingukan memastikan letak cctv.

Jika dia naik ke jendela, bisa-bisa aksinya akan terekam dan viral. Atau mungkin para guru akan mengira ia tengah melancarkan tindak kriminal.

Gila Dewi harus apa? Sekolah sudah sepi dan barang berharganya ditinggal Bima disana.

Dewi menghela menempelkan dahinya pada jendela kelas.

"Lo mau maling ya?"

Dewi mengernyit, gadis itu berbalik lalu celingukan menatap sekeliling.

Tak ada siapa disana, hanya dia dan pria yang kini duduk diatas pembatas balkon.

Kalau tidak salah mengingat, namanya Ethan. Cowok yang banyak dibicarakan karena kepintarannya dan sifat galaknya.

"Gue?"

"Enggak gue anak sini kok. Kelas IPS 1 juga."

Ethan melompat turun ke hadapan Dewi, terlihat melipat tangan memandang gadis itu intens.

"Terus ngapain masih disini kalau emang nggak mau buat aneh-aneh?"

"Jam pulang udah lewat 30 menit yang lalu!"

Dewi mendengus, memeriksa jamnya dan kembali mengingat pesan Bima.

Tadi tuh ya, Dewi udah mau pulang. Tapi baru aja keluar gerbang Bima kampret malah nelfon dia dan bilang chargernya Dewi ketinggalan.

Kan Anj!

"Gue mau ambil charger. Tadi di pinjem Bima terus di taruh di kolong meja. Jadi lupa ngambilnya."

Dewi mengucapkannya dengan bibir mengerucut. Menatap sedih kearah jendela kelas membuat Ethan menghela.

Tadi Ethan baru aja mau balik, tapi nggak sengaja liat bayangan yang larinya kenceng banget.

Karena penasaran jadi dibuntuti. Eh malah ketemu temen sekelasnya.

"Balik aja, percuma pintu udah dikunci!" usul Ethan membuat Dewi menghela.

Gadis itu melangkah mundur. Hendak pergi namun berbalik lagi memandang jendela kelas.

Ethan yang melihat itu jadi merasa kasihan. Gadis ini sepertinya terlalu sensitif, sampai kehilangan charger aja berasa ditinggal doi nikah.

"Nama lo siapa?"

Dewi berbalik, menunjuk dirinya sendiri membuat Ethan mendengus.

Ethan nggak suka basa-basi, jadi dia lebih milih narik Dewi dan langsung bawa gadis itu kebelakang kelas.

"Nih pegangin jendela biar gue yang ambilin."

Dewi membuka mulutnya cengo. Cowok yang katanya ambis dam sedikit bicara ini mau bantuin dia, yakin?

Gadis Penulis|Versi Revisi [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang