25|Peluk Penuh Ketakutan

27 1 0
                                    

X Semester 2

Ingin memeluk, tapi takut dibuat sesak. Ingin mengacuhkan tapi terlalu takut kehilangan.
Kenapa denganmu rasa ini jadi bimbang?

✒️ Gadis Penulis✒️

Jam olahraga sudah selesai beberapa menit lalu. Sementara seorang pria terlihat bersandar pada tembok koridor.

Sekolah sudah sepi, tapi pria itu masih belum berniat pergi.

Rasya mengumpat sebal ketika panggilannya lagi-lagi ditolak. Dia sudah menelfon Dewi puluhan kali. Tapi gadis itu terus saja menolaknya membuat kesal.

Emang apa kesalahan Rasya? Perasaan dia belum membuat Dewi kesal hari ini.

Oh tunggu, apa mungkin dia begini karena Rasya merampas minumannya?

Tapi apa mungkin? Bukannya Rasya juga sering melakukan itu, kenapa marahnya baru sekarang?

"Gimana udah ada kabar?"

Ayu baru saja kembali dari mengganti pakaian. Gadis itu terlihat mengusap keringat di dahinya.

"Belum, panggilan gue di tolak terus."

"Coba telepon Ethan. Kan dia juga nggak ikut olahraga tadi, kali aja mereka bolos berdua."

Ini merupakan hal yang langka. Seorang juara kelas se-ambis Ethan bisa melakukan tindak pelanggaran.

Terlebih dia juga menghilang bersama Dewi.

"Ck, pada kenapa sih? Ngangkat telepon aja susah bener!"

Rasya mendengus, pria itu sudah kesetanan sejak jam olahraga tadi. Melihat kehadiran kedua temannya yang diwakili surat izin dengan alasan sakit membuat ia hampir gila mencari keberadaan mereka.

Terlebih tas keduanya juga tak ada di kelas.

Padahalkan jika mereka sakit, mereka pasti akan menitip surat izinnya pada Ayu atau Rasya. Bukan malah menitipkan pada Bima.

"Woi Than, akhirnya diangkat juga. Lo dimana sih?"

Rasya menghela. Pria itu terlihat bangkit dan bersorak riang ketika panggilan tersambung.

"Di rumah Dewi." ujar suara di seberang panggilan.

Rasya jadi paham sekarang. Ethan pasti izin untuk mengantarkan Dewi pulang.

"Gue tadi liat Bima bawain surat izin. Jadi yang sakit itu Dewi?"

"Iya. Jadi gue anter balik."

Ayu jadi ikut penasaran, gadis itu bergerak menarik ujung kemeja Rasya dan meminta pria itu agar menggunakan mode speaker.

"Yaudah kalau gitu gue kesana sekarang ya. Kalian mau pada di bawain apa?"

Tak ada balasan. Samar, Rasya dengar suara Dewi seperti sedang menangis berucap "jangan kesini!"

"Than? Itu ada apaan sih? Kok gue denger kayak suaranya Dewi bengek gitu?" tanya Ayu yang masih belum di tanggapi Ethan.

"Than? Lo denger kita nggak sih?" ulang Rasya.

"Ah iya. Kalian nggak usah kesini deh ya, Dewi lagi flu takutnya malah nular. Gue juga udah mau balik kok."

"Tap-"

"Sampai ketemu besok di sekolah guys. Bye!"

Panggilan terputus. Ayu dan Rasya terlihat mengupat ketika telepon di matikan sepihak.

"Sebenernya mereka pada kenapa sih?"

Rasya mengacak rambutnya gemas. Terlalu banyak prasangka buruk yang berterbangan di otaknya.

Gadis Penulis|Versi Revisi [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang