24|Ember Terbang

30 1 0
                                    

X Semester 2

Ini yang ditakutkan dari cinta. Hadirnya terlalu tergesa, mendesak ia yang jatuh agar semakin luluh.

✒️ Gadis Penulis✒️

Shafa masih ingat bagaimana cara hatinya jatuh pada pesona pria itu. Jauh sebelum Rasya mengenal Dewi, Ethan dan Ayu. Jauh dari sebelum mereka satu kelas di SMA Shafa sudah mengenalnya.

Ya, di sekolah SMP-nya dulu. Mereka terpisah satu ruangan. Rasya berada di ruang A sementara Shafa di ruang C.

Dulu Shafa mengenal Rasya sebagai sosok pria pendiam yang terlalu disiplin. Mirip seperti Ethan sekarang, hanya saja ia tidak terlalu berambisi sebesar pria itu, circle pergaulannya juga tidak seluas sekarang.

Shafa jadi rindu masa-masanya mengintip Rasya tiap kali pria itu berlatih piano di ruang musik.

Atau sekedar mengikutinya bergabung dalam klub melukis, dan rela di marahi pembina karena selalu bengong menatap Rasya menorehkan kuasnya.

Rasya mungkin tidak terlalu perduli pada saat mereka tergabung dalam satu team lukis dan memaksa keduanya untuk berlatih bersama sepanjang waktu.

Tapi bagi Shafa, hal itu adalah kesempatan emas untuk ia bisa mengenal Rasya lebih jauh.

Sama seperti Rasya yang berubah menjadi lebih ramah dan jago bergaul, begitu juga Shafa yang mulai berani untuk mengutarakan perasaannya.

Namun sepertinya Rasya tidak terlalu menyukai perubahan itu. Buktinya pria itu masih terus bersikap sedingin dulu, tak tersentuh.

Bahkan sampai sekarang.

"Sya, hari ini kan jam olahraga. Lo pake ini ya, gue beliin khusus buat lo!" ujar Shafa memberikan headband berwarna biru.

Rasya memutar bola matanya. Pria itu mendecak malas tanpa minat menyahuti ucapan Shafa.

Shafa masih tersenyum manis, berusaha sabar menanggapi Rasya yang cuek padanya.

"Lo lagi nyari apaan sih?"

Rasya tak menjawab sibuk mencari botol minum di dalam ranselnya.

Shafa tersenyum, meraih botol minum miliknya dan menjunjungnya kearah Rasya.

"Nih ambil punya gue aja. Belum diminum kok."

Rasya menatapnya, alisnya terangkat mengamati senyum Shafa yang mengembang.

Bertepatan dengan itu Ayu dan Dewi memasuki kelas. Bergerak menuju ke bangku mereka untuk mengambil seragam olah raga.

Rasya tersenyum miring. Tanpa permisi dia menyambar botol minum milik Dewi yang masih sisa setengah dan kabur begitu saja.

"Heh anak onta! Minuman gue mau lo bawa kemana?" teriak Dewi yang mendapat kekehan dari Ayu.

Tak ada sahutan dari Rasya, pria itu hanya melambai sembari meminum air milik Dewi.

Sementara Shafa yang melihat itu hanya diam menatap Dewi marah dengan tangan mengepal kuat.

Bahkan dibanding menerima pemberiannya dia lebih memilih merampas milik orang lain.

Dan sialnya lagi, itu punya Dewi.

"Hati-hati jangan terlalu melotot gitu, nanti keluar lagi tu bola mata!" sindir Ayu membuat Shafa mendecih.

Ayu sama Dewi itu sama aja. Sama-sama rese, sama-sama nyebelin.

Keduanya selalu aja bikin Shafa kesel.

Gadis Penulis|Versi Revisi [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang