11|Udah Ya

65 4 0
                                    

X Semester 2

Hidup emang nggak bisa ditebak , baru aja bahagia sejenak, udah dapet masalah lagi.

✒️Gadis Penulis✒️

Rasya menepikan motornya diparkiran salah satu kafe. Pria itu terlihat melepas helm sebelum kemudian membenarkan letak ransel yang ia bawa.

"Lo yakin nggak mau ikut masuk? Mumpung gue ada duit nih, sekalian mau bayar janji traktiran yang tadi."

Dewi menggeleng, gadis yang berdiri di belakang motor Rasya itu masih belum melepaskan helm yang dikenakan.

Sebenernya pengen sih ikut, tapi gimana ya? Kan lagi ngambek nih posisinya, gengsi nggak sih kalau main iya-iya aja?

"Nggak usah deh, gue tunggu sini aja. Sana kalau lo mau belanja gue tunggu sini!" usir Dewi mendorong tubuh Rasya pelan.

Rasya menghela, bergerak mendekat kearah Dewi dan melepas helm yang dipakai Dewi.

"Udah sih ngambek terus. Nggak cape seharian ini manyun terus?"

Dewi merengut, dia terlihat merapikan tatanan rambutnya dengan wajah sebal.

"Ya abisnya lo gitu sih sama gue. Udah bikin bete, bukannya minta maaf malah ngajak kebut-kebutan. Kalau mau mati potong leher aja sana, jangan ugal-ugalan dijalan!"

Rasya mendengus, pria menjitak pelan dahi Dewi.

"Lo tu ya kerjaannya nyalahin gue mulu. Makanya lain kali kalau gue suruh pegangan nurut!"

Dewi mendelik, mengusap dahinya dari bekas jitakan tangan Rasya.

"Ya bukan berarti lo bisa ngebut seenaknya dong. Kalau kita kecelakaan gimana? Kalau kita tewas ditempat? Siapa yang mau tanggung jawab!"

"Iya deh iya, gue yang salah." pasrah Rasya membuat Dewi memutar bola matanya malas.

Emang bener kok dia yang salah.  Siapa suruh bikin Dewi kesel, bukannya bikin moodnya bagus malah ngajak mati.

Setelah memastikan posisi helm Dewi aman pada spion motornya, Rasya berbalik lagi. Menatap Dewi sepenuhnya.

"Jadi gimana? Beneran nggak mau ikut? Padahal es krim disini enak lho Dew, ada kue red velvet juga. Yakin nggak mau?"

Dewi berpikir sejenak, gadis itu melemparkan pandangan meneliti sekitar kafe.

Tidak terlalu mewah sih tapi terlihat cukup besar, kafe ini juga ramai pengunjung, pasti karena makanannya enak.

"Yaudah kalau lo maksa, gue ikut." putus Dewi dengan wajah yang masih berusaha mengkondisikan perasaan senangnya.

Melihat itu membuat Rasya terkekeh geli, emang paling bener deh feeling-nya. Dewi itu lemah soal makanan, apalagi denger iming-iming traktir. Mana kuat dia.

"Ngapain lo tutup-tutup mulut? Ngetawain gue lo ya?"

Rasya masih berusaha menahan dirinya, pria itu terlihat menggeleng dengan senyum. Berusaha menenangkan tawa yang sejak tadi ingin meledak.

"Enggak ih sewot mulu lo. Ayo!"

Rasya meraih pergelangan tangan Dewi, menyisipkan jemarinya di sela-sela tangan gadis itu.

Dengan semangat dan senyuman rekah keduanya melangkah memasuki kafe.

===

Dewi mengusap rambutnya yang basah dengan handuk kecil ditangannya. Gadis itu baru saja selesai membersihkan tubuh dan bersiap membuka laptop untuk melakukan kegiatan rutin mempublikasikan hasil pemikirannya via platform kepenulisan.

Gadis Penulis|Versi Revisi [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang