X Semester 2
Ini menyakitkan, terlalu perih untuk sekedar diabaikan.
✒️Gadis Penulis✒️
Ayu melangkah memasuki kelas dengan perasaan suntuk. Gadis cuek itu semakin terlihat muram saja ketika memasuki kelas tanpa sedikitpun senyum yang terukir di wajahnya.
Dewi yang melihat itu masih berusaha tersenyum manis. Menyambut Ayu seperti biasanya.
Ayu melangkah, tampak mendekat kearah Dewi membuat gadis itu semakin senang.
Tapi bukan untuk duduk disana, Ayu justru datang untuk mengambil tasnya dan memilih pindah bersama Amina di depan.
Sementara Dewi gadis itu hanya mengangguk saja ketika, Lila yang tadinya duduk bersama Amina permisi untuk menempati kursi di sebelahnya.
"Selamat pagi semuanya..."
Seorang guru terlihat memasuki kelas. Wajah cantiknya tidak luntur meski umurnya tak lagi muda.
Itu bu Nisya, guru yang mengajar bahasa daerah sekaligus wali kelas mereka.
Kata anak-anak kelas X IPS 1 sih bu Nisya itu tipikal guru yang disiplin (ya semua guru juga begitu sih), ramah terhadap murid dan selalu mengajar dengan cara yang mudah di pahami. (Iya ramah banget, sampai-sampai nggak ada satupun siswa yang berani ngelawan. Jangankan ngelawan mau ngobrol aja sungkan. Tatapan matanya itu lho, tajam mempesona. Saking mempesonanya sampai bikin nyali murid ciut.)
Hadeuh:(
"Pagi bu..." seluruh siswa kelas X IPS 1 terlihat menyahut kompak.
Erlin selaku ketua kelas memimpin teman-temannya untuk berdiri. Mengucapkan salam lalu memimpin doa.
Setelah selesai, kegiatan pembelajaran pun dimulai.
"Baik untuk hari ini ibu minta kalian agar duduk sesuai absen ya."
"Dimulai dari absen satu dengan absen dua dan seterusnya."
Bu Nisya mulai membagikan lembaran soal. Sesuai perjanjian minggu lalu, hari ini akan diadakan quis.
Ayu yang menyadari itu mendengus. Dia merupakan nomor urut 15 sementara Dewi adalah yang ke 16. Yang dimana itu berarti mereka akan duduk bersama lagi.
Sialan padahalkan udah menghindar, eh malah ketemu lagi dong.
"Baik. Untuk quis hari ini silakan di kerjakan. Jangan lupa lengkapi identitas terlebih dahulu dan tanda tangani daftar hadir sesuai absen." jelas Bu Nisya lalu kembali beranjak ke kursinya untuk mengisi jurnal kelas.
Ayu dan Dewi yang berada di bangku urutan ke dua terlihat saling memandang. Dewi tampak tersenyum, sementara Ayu mendengus tak suka.
Dia menarik bangkunya agak jauh, memberikan cukup space diantara dia dan Dewi.
"Ayu Prameswari, bangkunya tolong di benarkan lagi. Kalau begitu, nanti teman kamu yang di belakang tidak bisa maju ke depan untuk menyetor jawaban quis."
Ayu mendecak sebal. Ingin sekali dia mengacak-acak kelas sekarang. Namun melihat tatapan awas dari bu Nisya tak urung juga gadis itu menurutinya.
Dewi hanya tersenyum berusaha menahan tawanya agar tidak menyembur.
"Apa lo? Nggak suka?" teriak Ayu lagi-lagi mengambil fokus bu Nisya yang hanya mendapat gelengan dari Dewi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Penulis|Versi Revisi [TAMAT]
Ficção AdolescenteKarena terlalu asik memendam, aku kehilangan Karena bersikap terlalu naif, kita berjarak Karena terlalu mementingkan gengsi, aku melukai Dan karena mu... Kini aku paham makna mencintai Kisah ini, untuk kamu Yang sempat hadir lalu menghilang Timbul...