Masih ingat jika (Namakamu) sedang hamil anak ketiga? Tentu kalian ingat. Hari ini, (Namakamu) dikabarkan akan melahirkan. Iqbaal yang mendapat kabar itu langsung aja berangkat ke rumah sakit yang dituju dari kantornya.
Sesampainya Iqbaal disana, ia menemukan orang tuanya dan orang tua istrinya tentu saja. Dengan nafas terengah-engah, Iqbaal menghampiri mereka.
"Bun, keadaan (Namakamu) gimana?" Tanya Iqbaal kepada Bundanya dan juga Bunda mertuanya.
"(Namakamu) gapapa, Baal." Rike menenangkan anaknya.
Iqbaal memejamkan matanya lalu duduk di salah stau kursi di dekatnya. "Lean sama Kino mana?"
"Di titip sama teh Ody. Kamu tenangin diri kamu dulu ya, abis itu baru kamu masuk nemenin (Namakamu) disana." Ujar Mino dan di balas anggukan oleh Iqbaal.
Herry mendekati Iqbaal dan mengelus punggung anaknya itu. "Kamu pasti panik ya tadi? Kamu kan kalau panik pasti ngebut sambil emosi di jalan."
"Ale khawatir (Namakamu) kenapa-napa."
"Sekarang (Namakamu) gapapa kok, kamu masuk gih temuin istri kamu." Iqbaal mengangguk lalu ia berjalan menuju ruangan yang istrinya tempati.
Iqbaal melihat (Namakamu) sedang tertidur disana. Ia mendekati istrinya itu, Iqbaal mengenggam tangan (Namakamu) yang di infus.
"Sayang."
Perlahan (Namakamu) membuka matanya. Melihat suaminya dalam keadaan berantakan membuat ia menyeritkan keningnya.
"Iqbaal?"
Iqbaal tersenyum lalu mengecup kening istrinya dengan sayang. Kedua tangannya mengenggam tangan kanan (Namakamu) yang sedang di infus.
"Kamu kok kesini?"
"Sayangggg kan kamu mau lahiran, masa aku diem aja gitu kantor. Kamu mah!" Ujar Iqbaal dengan kesal.
(Namakamu) terkekeh lalu tangannya terulur untuk mengelus pipi Iqbaal, "Pasti tadi kamu ngebut kan?"
"Iyaa."
"Nah, makannya aku gak mau kamu kesini tuh pasti kamu panik."
Iqbaal berdecak malas, "Yang, kamu kan mau lahiran. Masa aku sebagai suami kamu diem aja gitu di kantor. Ya enggak lah!"
"Iyaa, denger dul--- aduh duh!!"
(Namakamu) memengangi perutnya karena perutnya tiba-tiba merasa sakit. Iqbaal yang melihat itu langsung saja panik setengah mati.
"Aku panggil dokter ya!"
"Gak usah, Baal! Hahh, cuma kontraksi aja kok."
Dengan terpaksa Iqbaal duduk kembali ke kursi yang tadi ia duduki. "Kamu mah, di khawatirin suami malah gak mau."
Iqbaal mengerutkan bibirnya dan membuat sang istri tertawa. Jujur ini adalah ketiga kalinya (Namakamu) melahirkan dan Iqbaal masih saja panik karena melihat (Namakamu) meringis karena kontraksi.
"Aku udah dua kali melahirkan dan kamu masih aja panik karena aku kontraksi, ya ampun Iqbaal."
Iqbaal masih saja memasang wajah kesal---bukan kesal lebih tepatnya wajah imut ketika ia kesal.
"Iyaaaa tapi tetep aja aku khawatir, sayangg." Ucap Iqbaal.
"Iya-iya, tadi kata dokter aku udah di pembukaan enam. Bentar lagi dia lahir."
"Serius?"
"Iy--aarghhh, aduh jangan ajak aku ngomong dulu."
Iqbaal meringis kemudian mengangguk. Sekarang coba Iqbaal tanya, suami mana yang tidak panik ketika istrinya lahiran. Kalau ada, Iqbaal pastikan suami itu tidak mencintai istrinya dengan tulus. Emg lu nya aj yg bucin baal:')
KAMU SEDANG MEMBACA
Bucin - IDR [End]✔
FanficGimana ya, seorang Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan ternyata 'Bucin' banget sama pacarnya. this is story of you and baale. enjoy the story🙈 ©apabgtdah2018