"Sayang, bisa ke kantor gak?"
'Aku masih harus cari materi. Gak bisa kayaknya, Baal.'
Iqbaal mengerucutkan bibirnya, selalu begitu. Sudah setahun dan kini kekasihnya itu sudah disibukkan dengan skripsi.
"Makan siang deh,"
'Gak bisa, Baal.'
"(Namakamu)."
Terdengar hembusan nafas disebrang sana. (Namakamu), kekasihnya itu sangat sulit diajak bertemu dalam waktu dekat.
'Fine! Aku kesana!' Iqbaal bersorak senang.
Iqbaal mengulum senyumnya, "I love you!"
'hm.'
Panggilan pun berakhir. Iqbaal yang kini berusia dua puluh empat tahun semakin manja terhadap kekasihnya. Ia begini karena mereka akan melangsungkan pernikahan satu tahun lagi.
Ya, Iqbaal membujuk (Namakamu) agar mempercepat waktu pernikahannya. Mengingat banyak lelaki yang ingin mengambil kekasihnya ini membuat Iqbaal jadi waspada. Akhirnya mereka memutuskan untuk menikah setelah (Namakamu) lulus dari kuliahnya, Iqbaal melarang (Namakamu) untuk bekerja katanya.
Jam menunjukkan pukul sebelas lewat lima puluh enam menit. Tandanya waktu makan siang itu sebentar lagi. Iqbaal makin tidak sabar melihat kekasihnya itu.
Cklek.
Iqbaal menoleh kearah pintu, ia mendapati kekasihnya itu. Wajahnya menatapnya datar.
"Sayang!!" Ujar Iqbaal lalu ia bangkit dari duduknya menghampiri kekasihnya itu.
Iqbaal memeluk tubuh kekasihnya dengan erat, menyalurkan rindu yang mungkin sedari tadi tertahan.
"Kangen tau!" Ujar Iqbaal sembari mengguncangkan pelan tubuh kekasihnya.
"Iya-iya. Lepas dong, aku capek nih mau duduk."
Iqbaal melepaskan pelukannya lalu merangkul pundak kekasihnya dan menuntunnya ke sofa yang ada diruangan kantornya.
"Kamu udah makan?" Tanya (Namakamu).
Iqbaal menggeleng, "Belum." jawabnya.
"Kan baru masuk jam makan siang, sayang. Pas banget kamu kesini kan." Sambungnya.
(Namakamu) mengangguk kemudian menguluarkan beberapa buku dari totebag nya. Iqbaal hanya bisa memperhatikan kekasihnya itu.
(Namakamu) yang merasa diperhatikan langsung menoleh kearah Iqbaal. "Apa? Gara-gara kamu nih nyuruh aku cepet kesini. Aku gak sempet nyari materi."
Iqbaal terkekeh lalu dengan cepat ia mengecup pipi (Namakamu). Tangannya terulur untuk merapikan rambut (Namakamu) yang berantakan.
"Makan dulu ya, nanti aku bantuin cari materi lagi."
"Bosen tau aku, disuruh revisi mulu."
Iqbaal tersenyum, "Iya nanti sekalian aku periksa lagi ya." Ujarnya.
(Namakamu) mengangguk kemudian ia menutup buku yang tadi ia buka. Matanya ia pejamkan sebentar.
"Aku mau Mcd, Baal." Iqbaal mengangguk lalu ia mengeluarkan ponselnya untuk memesan makanan yang kekasihnya inginkan.
Beberapa saat kemudian ia mematikan ponselnya lalu atensinya kembali penuh kepada kekasihnya itu. Dilihatnya kekasihnya itu sedang memainkan ponselnya.
"Yang," Panggil Iqbaal.
"Iya?" Sahut (Namakamu).
"Nanti kalo kita nikah, kita pindah negara aja yuk. Di Australia atau Kanada gitu."
![](https://img.wattpad.com/cover/165245413-288-k610070.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bucin - IDR [End]✔
Fiksi PenggemarGimana ya, seorang Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan ternyata 'Bucin' banget sama pacarnya. this is story of you and baale. enjoy the story🙈 ©apabgtdah2018