enam

13.9K 1.1K 19
                                    

Sekarang, tepatnya malam ini. (Namakamu) dan Iqbaal sudah berada di bandara untuk pergi ke Jogja. Pukul 7 malam tepatnya. Kalau kalian ingin tahu raut wajah (Namakamu) bagaimana, ia sedang mengerucutkan bibirnya sambil memeluk lengan Iqbaal yang tengah membawa tas tangan (Namakamu).

(Namakamu) saat ini sedang lelah-lelahnya dan Iqbaal dengan seenaknya malah membawa (Namakamu) ke Jogja. Bahkan
(Namakamu) tidak membawa apa-apa.

"Sayang, lepas dulu sebentar. Aku mau ngambil dompet." Dengan terpaksa (Namakamu) melepaskan pelukan tangannya dari Iqbaal.

Mereka sedang berjalan ke dalam pesawat. (apasi namanya yg kyk terowongan itu) Iqbaal mengambil dompetnya lalu menaruhnya di tas (Namakamu).

Iqbaal tersenyum melihat kelakuan (Namakamu), ia tahu bahwa kekasihnya itu sedang lelah. "Nanti tidur ya di pesawat, nanti aku rapat sebentar kok."

(Namakamu) hanya menganggukan kepalanya kemudian berjalan mendahului Iqbaal.

Setelah berkisar dua menit mereka mencari tempat duduk, akhirnya mereka pun menemukan kursi yang tertera di tiket.

"Sini tidur, senderin kepalanya di aku." (Namakamu) kemudian menyederkan kepalanya di bahu Iqbaal. Kemudian tak lama ia sudah berada di alam mimpinya.

Iqbaal terkekeh gemas melihat (Namakamu) yang tertidur. Kalau seandainya ia sedang tidak di dalam pesawat, mungkin Iqbaal akan terus menerus menciumi wajah (Namakamu) dengan gemas.

Setelah satu jam penerbangan di udara, mereka pun sampai di Jogja. Kini mereka sedang berada di dalam mobil untuk menuju ke tempat rapat yang sudah di sepakati.

"Baal, kamu rapat sampe jam berapa?" tanya (Namakamu).

"Sebentar kok, paling lama nanti se-jam doang."

"Aku laper."

Iqbaal mengelus pipi (Namakamu), kemudian ia mengecup pipinya. "Iya, nanti pas aku rapat, kamu makan ya."

(Namakamu) hanya mengangguk untuk menjawab perkataan Iqbaal. Ia memutuskan untuk menelfon bundanya.

On call

"Assalamualaikum,Bunda."

'waalaikumsalam, tumben kamu nelfon. Kenapa?'

"Emang aku nelfon harus ada apa-apa dulu gitu, Bun? Kan aku kangen." (Namakamu) mengerucutkan bibirnya selagi ia memainkan jemari Iqbaal.

'Kalo kangen sini pulang, ayah kamu tuh bawel. Nyariin kamu mulu.'

"Kangen ayah jugaa, aku lusa udah masuk kuliah. Apa abis pulang kuliah aku langsung ke rumah ya, Bun?"

'terserah kamu, kalo kamu gak capek boleh sini ke rumah. Abangmu juga ribut mulu, tiap hari nyariin kamu. Bunda sampe bosen dengernya.'

"Bang Deo padahal tadi ke apart aku,Bun. Gak ngerti jugalah sama kelakuan abang." Iqbaal yang tadinya diam langsung menoleh ke arah (Namakamu).

"Aku mau ngomong juga dong sama Bunda." (Namakamu) langsung memberikan handphonenya kepada Iqbaal.

"Assalamualaikum, Bun."

'Waalaikumsalam,Eh Iqbaal. Kamu apa kabar?'

"Iqbaal baik kok, bun. Selama (Namakamu) ngurusin Iqbaal, Iqbaal jadi sehat terus."

'Duh kamu ini bisa aja. Kamu lagi sama (Namakamu)? Dimana?'

"Iya, Bun. Ini Iqbaal lagi di Jogja, (Namakamu) nemenin Iqbaal rapat disini."

'Jangan capek-capek loh, Baal. Kerja boleh, tapi kalo sampe sakit nanti kan (Namakamu) juga yang sedih, curhat-curhay ke Bunda.'

Iqbaal terkekeh mendengar perkataan sang bunda dari kekasihnya, "Dia emang gitu bun, galau mulu. Oh iya bun, Iqbaal tutup ya, soalnya kita udah nyampe nih."

Bucin - IDR  [End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang