Kalau dua hari yang lalu adalah waktunya Iqbaal dan Mino bermain golf. Artinya hari ini adalah waktunya Doni yang bermain golf dengan Mino.
"Assalamualaikum." Dengan segera Sura membuka pintu dan mempersilahkan tamu itu masuk.
"Waalaikumsalam, E--ehh masuk dulu sini."
"Hehe, iya tante."
"Duh, Doni. (Namakamu) belum pulang dari kampus, soalnya dia dapet kelas siang hari ini." Doni hanya tersenyum dan mengangguk ketika Sura berbicara.
Doni duduk di sofa ketika sudah di persilahkan oleh Sura. "Iya, gapapa tante. Doni kesini disuruh (Namakamu) buat main golf sama om Mino."
"Oh gitu, kamu apa kabar? Lama gak kesini." Sura mengangguk paham. Ia mendekatkan diri kearah Doni.
"Baik, tante. Iya, soalnya Doni lagi sibuk-sibuknya sama kerjaan, tante."
"Terus hubungan kamu sama (Namakamu) gimana? Baik kan?" Doni hanya menganggukkan kepalanya.
Obrolan terus berlanjut sampai Mino masuk ke dalam rumah. "Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Eh, Doni. Udah dateng aja kamu, padahal (Namakamu) bilang kalo nanti kamu datengnya barengan sama dia."
"Enggak, Om. Soalnya juga pengen aja aku cepet-cepet kesini." Mino mengangguk lalu ia tersenyum ke arah Doni.
"Yaudah bentar ya, Om mau ganti baju dulu baru abis itu kita berangkat."
...
Beda kondisi dengan Doni. Saat ini (Namakamu) sedang bersama Iqbaal, ia tengah memikirkan cara untuk pulang dan menemui Doni.
"Kamu kenapa sih, Yang? Daritadi kayak orang bingung gitu." Tanya Iqbaal yang sedari tadi melihat (Namakamu) berprilaku tidak seperti biasanya.
"Eung? Enggak, gapapa."
"Yakin?"
"Hm." (Namakamu) mengangguk. Ia kemudian menggaruk leher belakangnya yang tidak gatal.
Iqbaal menyeritkan keningnya, ia menyentuh tangan (Namakamu) yang berada di atas meja. Oh iya,kini mereka berdua tengah berada di restaurant cepat saji yang dekat dengan kampus (Namakamu).
"Sayang, coba ngomong. Kenapa?"
"Akumaupulangketemudoni." Jawab (Namakamu) dengan satu tarikan nafas sehingga Iqbaal tidak mendengar jelas.
"Apa? Aku nggak denger loh."
(Namakamu) menghembuskan nafasnya pelan. "Aku mau pulang, ada Doni dirumah."
"Doni? Ngapain dia kerumah?"
"Dia eum--gak tau juga dia tiba-tiba ke rumah."
"Yaudah aku ikut pulang sama kamu."
Ketika hendak berdiri, tangan Iqbaal di tahan oleh (Namakamu). "Gak usah, Baal. Aku aja ya pulang sendiri. Kamu pulang aja ke apart, nanti aku susul kesana."
Raut wajah Iqbaal berubah. Tangan yang tadi ditahan oleh (Namakamu) ia lepaskan paksa.
"Terus? Ohh, aku tau. Kamu mau mengenang masa lalu kamu sama dia kan? Hah, iya lah pasti makanya aku gak boleh ikut."
"Siapa sih yang mau kayak gitu?! Kamu tuh pikirannya negatif mulu sama aku, kita udah pacaran hampir empat tahun. Dan sekarang kamu malah gak percaya sama aku?!."
Nada bicara (Namakamu) mulai meninggi, ia tidak peduli dengan para pengunjung yang sedang menatap mereka berdua.
"Terus apa kalau bukan itu?! Balikan, iya?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bucin - IDR [End]✔
أدب الهواةGimana ya, seorang Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan ternyata 'Bucin' banget sama pacarnya. this is story of you and baale. enjoy the story🙈 ©apabgtdah2018