Lima

49K 3K 16
                                    

Hai amor!
—————

“ Jadi pacar gue!” ucap Elza dengan seringai di bibirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“ Jadi pacar gue!” ucap Elza dengan seringai di bibirnya.

Mata Bianca mengerjap dan mulutnya sedikit terbuka. “Gimana? Mau jadi pacar gue?” lanjut Elza.

“G--gue.. ” Bianca kehabisan kata kata, ia terlalu kaget mendengar syarat yang diberikan Elza.

“Ng-gak ada yang lain syaratnya?” tanya Bianca takut.

Bagaimana kalau ia harus jadi pacar seorang pshyco? Bagaimana kedepannya? Apa Bianca tahan pacaran sama psikopat? Dan masih banyak pertanyaan lain yang muncul di benak Bianca.

“Nggak, kalau gamau siap siap aja gue bunuh,” jawab Elza santai.

Itu pilihan yang benar benar sulit, Bianca masih ingin hidup banyak impian yang belum tercapai, tapi kalau ia nerima Elza jadi pacarnya apakah dia bisa?

“Jawab!” sentak Elza.

Bianca memejamkan matanya dan mengangguk sebagai jawaban. Senyum manis tercetak di bibir Elza, “Good girl,” kata Elza sambil mengusap rambut Bianca.

“Kalo gitu ayo gue anterin balik,” kata Elza lalu menarik tangan Bianca.

“Tapi... supir gue udah jemput,” kata Bianca.

“Supir lo udah gue suruh pulang,” jawab Elza santai.

Bianca menoleh cepat ke Elza saat mendegar jawabannya. “Astagaa, gimana nanti kalo mama nanya,” ringis Bianca dalam hati.

“Tenang aja gue udah bilang ke supir lo kalo hari ini lo mau ngerjain tugas kelompok,” kata Elza, seolah bisa membaca pikiran Bianca.

Bianca menghembuskan nafas lega. Saat sudah sampai di parkiran Elza menyerahkan helm ke arah Bianca tapi tak kunjung di ambil oleh Bianca.

“Ck!” decak Elza saat melihat Bianca sedang melamun.

Elza mendekati bianca dan memakaikan helmnya. Nafas Bianca tercekat melihat wajahnya yang sangat dekat dengan wajah elza.

“L--lo ngapain? ” cicit Bianca.

“Pakein helm, dari tadi gue suruh lo malah bengong aja. ” jawab Elza, setelah selesai memakaikan helm Elza naik keatas motor vespanya.

Bianca tersenyum samar melihat motor Elza, setelah itu ia segera naik keatas motor dan mereka keluar dari area sekolah.

Setelah beberapa menit mereka sampai di depan rumah bianca.

“Lo ko tau rumah gue?” heran Bianca, ia terlalu asik melamun hingga tidak sadar kalau sudah sampai didepan rumahnya.

“Kan gue bilang gue tau apapun tentang lo, ” jawab Elza.

Bianca hanya mengehela nafas, “Udah sana masuk,” suruh Elza.

Bianca membuka gerbang dan segera masuk ia sudah tidak sabar untuk merebahkan dirinya di kasur kesayangannya.

Setelah melihat Bianca sudah masuk kedalam rumah Elza menyalakan motornya dan melajukan motornya dari rumah Bianca.

—————

“Abang pulang!” ujar Elza saat sampai dirumah.

Elza menghampiri Anna sedang bermain sendiri diruang tamu.

Elza mengecup pipi adiknya dan berujar,“ adeknya abang lagi ngapain nih?”

“Main,” jawab Anna. “Bunda dimana?” tanya Elza.

Anna menunjuk kearah dapur, setelah itu Elza bangkit dan berjalan kedapur.

“Ngapain Bun?” tanya Elza.

“Buat kue” jawab bunda Elza.

“Buat kue mulu bun,” cibir Elza.

“Suka suka bunda lah masa suka suka kamu.”

Elza tertawa mendengar penuturan sang bunda. “Yaudah kalo gitu Elza keatas dulu, ” lanjut Elza.

Setelah pamit Elza naik keatas lalu mengistirahkan badannya.

—————

Lain dengan Bianca, ia menatap kosong ke arah langit langit kamar pikirannya berkecamuk memikirkan kejadian tadi, rasanya kepala Bianca ingin pecah.

Bianca menghembuskan nafas kasar, “Argh sial!” teriak Bianca.

Ia bangkit dari kasurnya dengan baju sekolah yang masih melekat di badannya.

Bianca melangkahkan kakinya ke dapur, mungkin ice cream bisa membuat perasaannya lebih baik.

Setelah Bianca mengambil ice creamnya ia mendudukan dirinya di kursi pantry, Bianca mendengar suara kursi ditarik ternyata abangnya.

“Ngapa lo dek? Kusut amat tu muka,” tanya abangnya Bianca.

Bianca hanya mengedikkan bahu, ia bangkit dari duduknya.

“Nau kemana lo?” tanya abangnya.

“Jogging,” jawab Bianca.

Mungkin jogging bisa mengalihkan pikirannya sebentar.

Bianca mengganti baju sekolahnya dengan sweater warna hijau army dan celana merk adidas, lalu rambutnya di kucir kuda dan jangan lupakan sneakers putihnya.

Setelah siap ia melangkahkan kakinya keluar dari rumah dan mulai berlari.

Bianca berhenti dan duduk di bangku taman nafasnya memburu akibat lari. Tak lama bangku sebelahnya diduduki seseorang, Bianca menoleh ia mendapati lelaki yang membuat pikirannya kacau sedang tersenyum kepadanya tanpa beban.

“ Elza? ” tanya Bianca kaget

“Hai Ica,” ujar Elza.

Bianca mengerutkan dahinya bingung, “Ica?” tanya Bianca.

Elza mengangguk “Iya Ica, lo abis jogging? ” tanyanya.

Bianca yang masih bingung hanya mengangguk. Elza menyodorkan air minum kearah Bianca.

“Eh? Kenapa?” tanya Bianca.

“Nih minum pasti lo haus,” kata Elza, “Tenang aja Ca gue ga punya penyakit menular kok,” lanjutnya.

“Aneh,” kata Bianca tangannya terulur mengambil botol itu, ia tidak mementingkan egonya dia sudah sangat haus.

Setelah minum Bianca menyerahkan kembali botolnya dan Elza juga minum dibagian bekas bibir bianca.

Senyum terbit di wajah tampan Elza, Bianca yang melihat itu mengeryit heran “Kenapa lo? ” tanya Bianca heran.

“Gue habis minum dibagian bekas lo minum, berati secara ga langsung kita ciuman dong? ” tanya Elza dengan senyum geli di bibirnya.

“Ih apasih!” kata Bianca dengan pipi yang memerah.

“Eh eh kenapa tuh pipi lo? Kok merah? Panas ya? Sini gue cium siapa tau ilang merahnya, ” kata Elza.

Wajah Bianca semakin memerah, ia memutuskan untuk pergi bisa gawat jika terus terusan sama mahkluk aneh kaya Elza.

“Eh Ica mau kemana!” teriak Elza sambil tertawa.

Bianca mempercepat jalannya agar cepat sampai dirumah. Saat sudah sampai dirumah Bianca segera masuk kedalam kamar.

Bianca memegang jantungnya yang berdetak cepat, “Gila gue gilaaaa!” pekik Bianca.

—————

TO BE CONTIUNED.

My Psycho Boyfriend ( Selesai✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang