Shia POV
Aku terbangun dari mimpi karena matahari memancarkan sinarnya di pagi hari seperti ini. Aku mendengar sebuah dengkuran halus dan itu berasal dari oppaku.
Aku tau oppaku sangat lelah menjagaku dan lelah juga karena sebentar lagi dia akan tampil di acara terkenal dan itu butuh proses yang sangat rumit.
Aku mengubah posisiku menghadap oppaku dan mengelus pipinya. Tak ada pergerakan sama sekali karena mungkin dia sangat lelah untuk latihan dance berkali-kali sampai malam hari.
"Oppa, maaf aku merepotkan mu lagi untuk sekian kalinya. Aku tak tau kenapa ini harus datang lagi dan selalu ada pikiran gila bahwa aku harus mengakhiri hidupku padahal semua itu tidak masuk akal." Ujarku sambil mengelus pucuk kepala dan mencoba untuk menahan isakan yang mungkin akan keluar jika tidak tertahan.
"Aku tak pernah menginginkan ini datang, aku tak pernah berpikir bahwa hidupku akan serumit ini, yang aku pikirkan aku akan hidup bahagia dan tak menyusahkan dirimu. Kau tau, jika kau tak ada terus menerus disampingku pasti aku sudah mati sekarang." Air mataku kembali membasahi pipi. Aku mengulum bibirku berusaha untuk tidak mengeluarkan suara tangisan.
Tiba-tiba tangan oppaku memegang tanganku yang sedari tadi dipipinya.
"Tidak, aku tidak pernah berfikir seperti itu. Kau adalah bagian hidupku dan kau cintaku yang abadi setelah ibu dan ayahku. Kasih sayang mereka harus tersalurkan padaku dan aku tak merasa direpotkan olehmu. Semua orang tak akan terus menjadi baik, dan mereka akan berubah dan menunjukkan jati diri yang asli dan bahkan aku tak pernah berfikir bahwa Sena tak mencintaiku. Aku terus memikirkannya hingga akhirnya dia jujur padaku dan ternyata sekarang dia sudah berbahagia memiliki keluarga kecil. Hanya kau shia, satu-satunya wanita yang akan aku percaya dan kau tak perlu ragu untuk itu."Aku memeluk oppaku dengan spontan dan juga pelukannya begitu erat seakan aku tak mau kehilangan orang yang aku sayang. Hanya dia yang selalu ada untukku dan dia lah yang berusaha tegar di depanku padahal sebenarnya hatinya sangat rapuh. Oppa-lah yang selalu ada untukku.
Aku menghela nafas lalu menyembunyikan wajahku didada bidangnya yang terbalut kaus hitam. Aku mengeratkan pelukannya dan berusaha menyalurkan semuanya yang kami rasakan.
"Jadi sekarang kau harus sarapan. Ingat, tunggu disini saja dan jangan berusaha menyentuh benda tajam apapun."
Oppaku bangkit untuk ke dapur, memasak sarapan untuk kami dan itu kebiasaan yang akan dia lakukanlah dipagi hari bahkan makanan lainpun dia lah yang memasak.
************
Aku sudah menghabiskan makananku dan oppaku juga sudah menghabiskannya. Kami hanya memakan satu piring untuk berdua dan sekarang sudah habis total.
"Apa masakan ku enak?" Tanya oppaku sambil menyodorkan obat pada mulutku. Aku hanya menjawab dengan anggukan hebat dan langsung meminum obat yang sudah ada di mulutku.
"Anak pintar. Aku akan berangkat jam 12 siang saja ya" oppaku bangkit dan melihat halaman rumah dari balik jendela kaca yang lumayan besar dikamarku.
"Siapa itu?" Oppaku bergumam sepeti itu dan menatapku dengan tatapan aneh.
"Aku takut.." tiba-tiba rasa takut menyelimutiku. Aku tidak tau selalu saja merasa takut jika ada orang yang berkunjung kerumahku.
"Sepertinya itu Yoongi."
Deggg
"Y-y-yoongi"
"Ah sebentar, aku akan kebawah dahulu untuk mengeceknya" oppaku berjalan menuju pintu depan dan aku hanya menunggu dengan menutupi seluruh tubuhku dengan selimut tebal.
"Shia..."
Degggg
"Bukan shia, dia bukan yoongi." Aku bergumam pelan dari balik selimut menyingkirkan pikiranku bahwa itu adalah yoongi.
"Park Shia, aku Min Yoongi." Aku berusaha menutup telingaku dan mengabaikan suara itu yang sepertinya semakin mendekat kepadaku.
"Shia tidak akan mau keluar yoongi, jangan dipaksa kalau tidak dia akan mengamuk." Oppaku bersuara, mencoba untuk memberitahu bahwa aku tidak dapat diajak bertemu bahkan diajak bicara Sekarang.
Grebbb
"Aku rindu, aku sangat rindu padamu. Tolong shia kau harus sembuh kembali jangan menyiksaku seperti ini." Tubuhku dipeluk oleh yoongi dan dia menangis. Aku menurunkan selimut tebalnya dan menatap manik matanya yang sudah banyak air mata.
Namun pandanganku teralihkan dengan wanita yang berdiri tak jauh dari posisi kami. Dengan spontan aku menjatuhkan tubuh yoongi, melepaskan pelukan dengan paksa dan pergi menghindar dari sana.
"TIDAK!! JANGAN MENDEKAT!! JANGAN MENDEKAT KALAU TIDAK AKU AKAN MELOMPAT DARI SINI!!!!"
Aku mengancam dan sudah mengambil ancang-ancang bahwa aku akan benar-benar melompat kebawah.
"Shia mengerti lah, aku merindukanmu." Aku tetap memundurkan langkahku. Sebenarnya hatiku berkata aku rindu padanya tapi ragaku tak pernah sikron dengan hati. Ragaku seperti menguasai diriku sekarang.
"PERGIIIIII!!! JANGAN MENDEKAT!!!!"
Yoongi akhirnya berhenti melangkah, menatapku dengan tatapan sendu. Aku hanya diam di posisi dimana aku sekarang sudah ada di dekat jendela yang terbuka.
"Baik, aku akan keluar. Namun suatu saat nanti aku akan membuatmu kembali padaku."
Degggg
*********
Huaaa ini makin dramatis aku suka👌😊😂
Ayo terus berdoa supaya shia balik lagi sama yoongi kali aja author memberikan kejutan tak terduga di next chapter.
Tebak tebakan aja apa yoongi bisa balik lagi sama shia, atauuuuuuu shia bakalan mati sesuai yang dikatakan dia tadi 🙈🌚
Makanya terus ikutin cerita imajinasi aku ini😂
Jangan lupa vote ⭐ and komen 🗨️ supaya aku lebih giat lagi untuk nulisnya thankssss 🔥😘😍😘🔥
Seeeeuuuu ♥️🔥😘😍😘
KAMU SEDANG MEMBACA
say my name baby NC 21++ [PART 2]✓
Romance" you like a butterfly from afar i try to steal you if i touch you, I'll lose you is this pitch black, Darkness, you shine like a butterfly with you small hand, at one, i forget about reality" - Suga, Butterfly ✨🦋