Shia POV"Shia!!"
Aku menoleh ke sumber suara dan terlihat jelas pria yang aku rindukan. Dia adalah Jimin oppa. Aku tersenyum sekilas lalu memalingkan wajahku guna menghapus air mataku kasar.
"Kenapa kau ada disini oppa?" Tanyaku berusaha mencari topik karena sedari tadi oppaku memperhatikan wajahku yang kacau.
"Oh, aku sedang menemani dia." Tunjuk oppaku pada wanita yang sedang membeli es krim tak jauh dari sini.
"Kau mau tidak? Aku akan menyuruhnya memesan satu untukmu." Tanya oppaku lalu aku jawab dengan anggukan dan senyum tipis.
"Hyurin pesan satu lagi untuk shia!!" Teriak Jimin oppa lalu hyurin menoleh pada kami yang duduk tidak terlalu jauh dari sana.
Setelah beberapa menit, pesanan es krim kami pun datang dan hyurin tersenyum hangat padaku. "Eoh, kau ada disini?" Tanya hyurin sambil melahap eskrim stroberi nya.
"Jadi apakah pernikahan kalian akan benar-benar terjadi?" Tanyaku dengan ragu karena bagaimanapun juga kami sudah bersaudaraan dengan hyurin.
"Hm, eomma dan appaku menyetujui itu. Lagi pula perusahaan kan jadi ada yang mengurus. Jadi Jimin oppa bisa mengambil dua pekerjaan sekaligus walaupun mungkin sedikit tak ada waktu dan akan jarang mungkin untuk dance." Hyurin terkekeh lalu kembali melahap eskrimnya.
__________
"Rumah ini masih sama seperti dulu." Gumamku lalu berlalu menuju kamarku yang dulu.
"Aish memalukan, kalau saja Yoongi tau kamarku banyak sekali berkaitan dengannya mukin aku sangat malu." Gerutuku saat aku melihat kamarku dulu yang dihiasi foto-foto Yoongi bahkan kata-kata mutiara yang berkaitan dengan Yoongi.
"Aku jadi teringat yoongi." Aku jadi lemah dan sedih lalu mendudukkan bokongku di ranjang. Baru saja aku bertengkar namun aku sudah merindukannya.
Tapi aku sudah terlanjur sakit hati dengan perkataannya. Dia bilang akulah yang memberitahukan Taehyung dimana letak apartemen kami.
Aku tak pernah memberitahukan itu, karena pada dasarnya aku sudah melupakan Taehyung dan aku juga tak menganggap Taehyung lebih dari teman.
Tapinya nyatanya Taehyung lah yang berharap aku membalas cintanya, padahal jelas-jelas aku sudah pernah bilang kalau aku akan menikah dengan Yoongi.
Aku menghela nafas gusar, menatap fokoku dan foto Yoongi yang sedang berlibur di Jepang. Hari itu dimana aku tertawa senang dan mengungkapkan isi hati kami berdua.
Banyak tantangan dan rintangan untuk bisa mendapatkan pria spesial seperti Yoongi. Tapi baru saja aku menikah sudah ada masalah yang datang membuatku harus menerima kenyataan dan segera menuntaskan ini.
Air mataku tiba-tiba mengalir bersamaan dengan rasa sakit didadaku. Aku tak pernah membayangkan pernikahan ini akan ada klimaks, tapi nyatanya permasalahan sudah datang diawal.
Mungkin aku juga tak menyalahkan Yoongi, dia cemburu aku tahu itu. Tapi setidaknya bersikaplah lebih dewasa dan jangan memarahiku.
Aku menoleh saat pintu kamarku terbuka menampakkan sosok oppaku yang tersenyum getir melihatku dengan tangisan yang tak bersuara.
Aku tahu oppaku sudah menyadari bahwa ada yang tidak beres dan sekarang dia memelukku dengan erat.
"Jangan menangis, ceritakan masalahmu padaku."Aku menyembunyikan wajahku pada dada bidangnya, ini adalah tempat nyaman yang aku rindukan. "Aku harus apa? Dia sudah salah paham padaku." Ucapku lirih lalu oppaku mengelus pucuk kepalaku dengan lembut.
"Seharusnya kau tak melarikan diri. Kau sudah dewasa dan dia suamimu tidak seharusnya lari dari permasalahan." Oppaku benar, seharunya aku tak seperti ini, seharusnya aku membahas ini dengan kepala dingin.
Aku menghelat nafas, melonggarkan pelukanku dan menatap oppaku dalam. "Jadi aku harus apa?" Tanyaku lagi walaupun aku sudah tahu apa maksud oppaku.
"Sana, kembalilah ke apartemen kalian. Selesaikan ini dengan baik." Oppaku tersenyum sangat manis dan aku mengangguk dengan mantap.
Tak selang beberapa lama,aku berlari keluar, memecahkan keramaian kota Seoul di sore hari. Matahari sepertinya sudah tergelincir dan akan digantikan posisinya oleh rembulan.
Aku tersenyum berusaha menenangkan pikiranku dan segera menyelesaikan permasalahan yang bisa dianggap sepele.
Tak lama dari itu aku sampai di depan pintu apartemen kami. Aku mengatur nafas yang terengah-engah berusaha menetralkan jantungku juga yang berpacu cepat karena berlari.
Rasa gugupku juga menjalar, saat aku memutuskan untuk tidak membuka pintu apartemen dengan pasport dan memutuskan untuk memencet bel.
Tanganku bergetar saat jariku sudah ingin menyentuh bel disana. Dan sudah aku rencanakan aku akan memeluk Yoongi saat Yoongi membuka pintu apartemennya nanti.
Bel akhirnya berhasil di tekan, menimbulkan suara bersamaan dengan suara knop pintu yang ingin dibuka. Aku menyatukan kedua tanganku dan memejamkan mata sebentar.
Tak butuh waktu lama pintupun terbuka, menampakkan sosok Yoongi yang masih terlihat berantakan. Aku segera memeluknya membuat suamiku terlonjak kaget dan refleks membalasnya.
"Aku merindukanmu Min Yoongi." Ucapku disela-sela pelukan kami.
Yoongi menarikku kedalam, mencium bibirku dengan lembut dan mataku terpejam menikmati lembutnya bibir kecil Yoongi. Aku tersenyum senang dan Yoongi mulai memperdalam ciumannya dengan menekan tengkukku.
Aku dibuat gila hingga akhirnya dia melepaskan ciumannya secara sepihak. "Kau sudah membangunkan 'adikku' sekarang"
Ops, tidak. Baiklah malam ini akan menjadi malam panas nantinya.
__________
Ahay aku kombek.
NC nanti malem aja setelah buka, lagi puasa inget loh🌚😂🙈
Jangan lupa vote ⭐ and komen 🗨️ supaya aku lebih giat lagi untuk nulisnya thankssss 🔥😘😍😘🔥
Seeeeuuuu ♥️🔥😘😍
KAMU SEDANG MEMBACA
say my name baby NC 21++ [PART 2]✓
Romansa" you like a butterfly from afar i try to steal you if i touch you, I'll lose you is this pitch black, Darkness, you shine like a butterfly with you small hand, at one, i forget about reality" - Suga, Butterfly ✨🦋