Note : jangan lupa vote sama comment ya. Yang udah ngelakuin itu gue pengen ngucap makasih ke kalian:)
05.00, Kost Garuda
Iya, masih pagi sih. Apalagi hari ini hari Minggu. Ya ini mestinya waktu yang tepat buat tidur.
Kecuali June.
Dia pagi-pagi jam segini udah bangun. Habis sholat subuh, dia lari pagi. Buat bentuk roti sobek diperutnya.
Hebat bener.
Tapi ada orang lain yang udah bangun juga.
"Udah bangun, Jun?"
Udah bangun lah wujudnya ada di depan elu. "Iya, udah, Mbin. Tumben udah bangun."
"Emang sejak kapan gue suka bangun siang-siang?" Hanbin berjalan menuju kamar mandi.
"Akhir-akhir ini kayanya lo lagi ada masalah," ucap June. Berhasil membuat langkah Hanbin terhenti. "Soal adekmu?" lanjut June.
Hanbin membalikkan badannya. "Hah? Maksud?"
June berdecih. "Nggak usah sok bingung gitu. Gue pribadi nggak keberatan kalau adekmu kesini dulu."
Hanbin menyenyitkan dahinya. "Lo tau darimana?"
"Kita kan temenan." June berjalan ke arah Hanbin. Menepuk pundak Hanbin. Lalu meninggalkannya.
Iyalah, dia mau lari pagi juga. kalo siang namanya bukan lari pagi.
06.30, Kost Garuda
"Assalamualaikum," ucap June ketika memasuki rumah. Pulang dari lari paginya.
Ia langsung mendapati Bobby yang duduk di sofa. Sepertinya menanti kehadirannya.
"Ikut gue." Bobby menepuk pundak June. Ia berjalan menjahului June.
Bobby berhenti di lapangan kompleks. Lumayan rame, lagi pada olah raga pagi.
"Gue denger percakapanmu sama Hanbin tadi." Bobby memulai pembicaraan. "Kita bertujuh keluarga, kan?"
June menghembuskan napasnya. Dia tahu kemana arah pembicaraan ini. Pasti Bobby mau minta penjelasan.
"Lo tahu adeknya Hanbin?" june mengawali ceritanya.
Bobby mengangguk. "Yang cewek itu, kan?"
June memejamkan matanya sejenak. "Keponakan gue satu sekolah sama adeknya Hanbin. Lo tahu berita TK yang didatengin perampok bersenjata itu?"
Bobby mulai ada pencerahan. "Jadi maksudmu, sekolah yang sering muncul di berita TV itu sekolahnya adeknya Hanbin?"
June mengangguk. "Dia nggak papa. Tapi, lu tau sendiri lah. Dia kan masih anak TK, mesti ada rasa traumanya juga."
"Gue setuju sama pendapatmu."
"Pendapat yang mana?"
"Tadi pagi lo nyuruh Hanbin buat bawa adeknya ke kost, kan? Nah, gue setuju. Disamping itu, gue bakal ngasih tau ke mereka semua, termasuk Pak Yang buat ngasih izin adeknya Hanbin tinggal sementara di Kostan kita." Tumben Bobby bijak bener.
"Gue bantuin juga, bang."
07.00, Kost Garuda
"Kalian udah pada sarapan belum?" tiba-tiba Pak Yang masuk ke kost. Bau-bau bakal ngasih makanan gratis pagi ini.
"Belum, pak." Yunyheong yang mendapati kedatangan Pak Yang langsung merenspon pertanyaan Pak Yang.
"Suruh mereka naik ke atas. Istriku masak terlalu banyak hari ini." Pak Yang pergi keluar.
Siapa sih, yang nggak mau makanan gratis? Ya pada mau lah. Apalagi ini perberian khusus dri bapak kostnya sendiri.
Mereka langsung naik ke atas, ke rumahnya Pak Yang. Istrinya langsung menyambut kedatangan mereka dengan membawa mereka ke ruang makan.
"Ayo, silahkan makan. Nggak usah malu-malu."
Mereka langsung makan dengan lahapnya. Kecuali Hanbin.
"Nak, kenapa nggak makan?" tanya Pak Yang.
Hanbin cuma menggelengkan kepalanya. Lalu meremparkan senyuman ke Pak Yang.
"Kamu kakak yang baik, Nak Mbin."
"Maaf?" Hanbin kebingungan.
"Saya sudah tahu ceritanya. Tadi temen-temenmu minta izin sama saya. Terus, saya izinkan kamu buat bawa adikmu ke kost untuk sementara waktu."
Hanbin langsung tersenyum sumringah.
"Bilang sama mamamu dulu, sana."
Hanbin langsung mengambil gawai dari sakunya. Menelpon mamanya.
"Halo, Ma?"
"Iya? Gimana, Mbin?"
"Hanbyul?"
"DIa masih takut. Nggak berani keluar kamar. Takut liat polisi yang ada di deket sekolahnya. Nangis mulu manggil-manggil kamu."
"Hanbin bawa dia kesini ya, Ma?"
"Emang boleh?"
"Boleh kok."
Hanbin langsung mnutup teleponnya. Senyuman terukir di wajahnya.
"Tunggu apa lagi? Sana jemput adekmu!" Pak Yang menyuruh Hanbin. Dia juga ikut senyum-senyum kearena muka Hanbin udah nggak lecek lagi. "Ayo makan lagi."
12.00, Kost Garuda
"Udah pulang, Mbin?"
Iyalah udah pulang, udah disini juga. Dasar Pak Yoyo. "Udah, Bang."
"Adekmu?"
"Lagi tidur dia." Hanbin nunjukin adeknya yang kini ada di gendongannya. Lagi tertidur. "Gue ke kamar dulu."
Yunyheong mengangguk.
Hanbin meletakkan sang adik yang tertidur di kasur kamarnya. Ia meletakkannya dengan hati-hati. Lalu menemaninya dengan tidur di sampingnya.
Ia terus menatap wajah teduh adiknya. Ia nggak bakal tahu kalo tempat untuk menuntut ilmu malah membuat malapetaka. Bahkan itu membuat adiknya sendiri nyaris tertembak.
Di tangannya ada beberapa luka kecil yang ia tidak tahu apa yang terjadi padanya karena Hanbyul tidak berani menceritakannya pada siapapun. Kakinya, tertambal plester yang dipasang oleh mamanya. ia tebak, pasti Hanbyul terjatuh tidak hanya sekali. Namun berkali-kali. Buktinya, luka yang ada di badan Hanbyul tidak hanya satu.
"Mama! Papa!" Hanbyul tiba-tiba berteriak.
Hanbin yang ada di sebelahnya langsung memeluk adiknya. Dia membiarkan adiknya menangis. Padahal matanya terpejam. Mengigau barangkali?
Donghyuk yang ada di depan pintu ikut menyaksikan apa yang dilakukan Hanbin. Ia sangat tahu apa yang dirasakan Hanbyul. Ia teringat kalau dirinya juga pernah merasakan hal yang sama.
"Ngapain, Bang?" Chanwoo tiba-tiba datang.
"Hanbin abang yang baik, kan?" Donghyuk melipat kedua tangannya di depan dada.
Chanwoo mengangguk. "Aku bahkan lupa, apa pernah kakakku melakukan itu padaku?"
Donghyuk tertawa pelan. "Udah lah lo cuma nggak inget aja."
Baper akutu sama Hanbin:(
KAMU SEDANG MEMBACA
iKON ANAK SEKOLAHAN
FanfictionEmang anak sekolah harus belajar mulu? Lika-liku anak sekolah itu beragam, bukan? Dari masalah percintaan sampe ke keluarga, kita ngelakuin semuanya, 'kan? PR mah urusan gampang. Kita ketemu waktu SMA, nggak mungkin bakal pisah kan nanti? . . . . Ki...