"Jason?"
Jason yang sedang asyik menghisap rokok dan menikmati bir bersama teman-teman sepermainannya langsung berdiri ketika melihat Sally, kakak perempuannya tengah menatap nanar ke arahnya. Bukan, bukan ke arahnya, tapi lebih tepatnya ke sebatang rokok yang terselip di antara jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya serta pada beberapa botol minuman keras yang berserakan bercampur dengan beberapa bungkus makanan kecil di depannya.
Melihat itu Jason buru-buru membuang rokoknya lalu menginjaknya dengan sepatunya.
"Pulang sekarang" perintah Sally marah.
"Kak aku bisa jelasin... "
"Kakak bilang pulang Jason" Jason menghela nafas, sebelum mengikuti perintah kakaknya.
"Duduk" perintah Sally marah begitu mereka sampai di rumah.
"Udah berapa kali kakak bilang ke kamu buat jauhin mereka hmm? Kenapa kamu masih temenan sama mereka? Baru sebentar aja udah berani ngerokok sama minum, gimana kalau lama? Mau jadi apa kamu?" tanya Sally emosi.
"Itu baru sekali doang kak, serius. Aku juga cuma diajak sama mereka dan aku nggak punya pilihan lain selain ikutin apa mau mereka karna aku nggak mau mereka jauhin aku dan nggak mau temenan lagi sama aku" jawab Jason sambil menundukan kepalanya
"Ya bagus dong. Toh mereka nggak baik buat kamu. Apa salahnya kalau mereka jauhin kamu?" ujar Sally dengan santainya. Tapi itu berhasil menyulut amarah Jason
"Tapi seengaknya mereka lebih peduli sama aku daripada kakak" sindirnya.
"Apa kamu bilang?" tanya Sally yang terkejut mendengar perkataan Jason
"Mereka emang nakal kak. Mereka emang bukan anak baik-baik. Tapi cuma mereka yang bersedia dengerin semua curhatan aku. Cuma mereka yang selalu ada disisi aku di saat aku butuh!" jawab Jason dengan suara yang semakin meninggi,"Sekarang aku tanya sama kakak, kapan terakhir kali kakak menghabiskan waktu sama aku hm? KAPAN?! Tiap hari yang kakak lakuin itu cuma kerja kerja dan kerja. Kakak pernah nggak sih mikir kalau aku juga butuh perhatian dari kakak? Kakak dimana di saat aku lagi butuh seseorang buat dengerin semua masalah yang aku alamin? Bahkan cuma sekedar mengirim pesan atau menelfon untuk menanyakan kabar aja kakak nggak pernah. Di saat aku ulang tahun pun kakak nggak pernah ada di samping aku. Jangankan di samping aku, ngucapin pun jarang, atau jangan-jangan kakak udah lupa kapan kakak terakhir kali ngucapin selamat ulang tahun buat aku?" ujar Jason.
"Kami mungkin nakal kak. Tapi kami masih tau mana yang baik dan mana yang buruk. Senakal-nakalnya mereka, seenggaknya mereka adalah orang yang peduli sama aku nggak kaya kakak yang mungkin udah lupa kalau kakak masih punya adik yang nggak cuma butuh uang hasil jerih payah kakak tapi juga perhatian kakak" ujar Jason final.
Tubuh Sally membeku. Hatinya sakit dan semakin sakit ketika Jason menutup pintu kamarnya dengan kasar membuat gadis iti jatuh terduduk.
Air mata perlahan turun. Perkataan Jason mungkin sedikit kasar, tapi apa yang dikatakannya semuanya benar.
Selama ini dia selalu sibuk berpindah dari satu kota ke kota lain, berpindah dari satu negara ke negara lain demi mengurus proyek perusahaanya sampai dia lupa bahwa dia memiliki seorang adik yang masih membutuhkan perhatian di saat kedua orang tua mereka sudah tidak ada.
Selama ini yang dia pikirkan hanya bisa mengirim uang untuk biaya sekolah dan kebutuhan Jason yang lain. Melupakan fakta bahwa bukan cuma uang yang Jason butuhkan, tapi juga perhatian.
Sally mengusap air matanya kasar. Perlahan dia bangkit dan bermaksud menuju kamar adiknya.
Ya, dia harus minta maaf.
Tapi baru saja kakinya melangkah, Jason tiba-tiba membuka pintu kamarnya dan berjalan ke arahnya.
"Jason... "
"Aku mau minta maaf" ujar Jason sambil menundukan kepalanya, "Nggak seharusnya aku ngomong kaya gitu ke kakak tadi"
"Nggak Jason. Memang kakak yang salah" ujarnya sambil mengelus kepala Jason,"Sesibuk apapun kakak, seharusnya kakak bisa meluangkan waktu untuk sekedar menelfon atau mengirim pesan untuk menanyakan kabar kamu. Maaf karna kakak selama ini sudah melupakan kewajiban kakak sebagai kakak yang baik. Maafin kakak"
Air mata Sally yang tadi kering sekarang turun lagi.
"Mulai sekarang kakak janji buat lebih peduli sama kamu. Supaya kamu bisa dengan nyaman cerita soal masalah kamu ke kakak, kakak janji" lanjutnya.
"Dan soal mereka... " Jason langsung mendongak.
"Kalau kakak minta aku buat jauhin mereka, aku mau kok, asalkan itu bisa nebus rasa bersalah aku karna udah berkata kasar ke kakak tadi" potong Jason takut-takut
Sally tersenyum tipis mendengarnya, "Nggak apa-apa Jason, kamu boleh temenan sama siapapun yang kamu mau asalkan kamu nyaman" Sally menepuk-nepuk pundak Jason, "Tapi kamu harus tau batasannya. Kalau itu nggak bener, kamu tolak aja. Kamu harus berani, tapi pakai cara yang halus. Siapa tau nanti mereka ngikutin kamu dan jauhin hal-hal yang nggak bener itu" ujarnya.
"Bukan apa-apa Jason, kakak cuma takut efek sampingnya nanti. Sekarang mungkin nggak kerasa, tapi nanti kalau kalian sudah dewasa, kalian sendiri yang akan merasakan akibatnya. Tapi kalau mereka nggak mau, berarti memang mereka nggak baik buat kamu dan itu artinya kamu harus cari temen yang baru lagi dan kakak yakin kamu pasti bisa" lanjutnya.
"Semangat"
Jason tersenyum lebar. Senang sekali rasanya bisa mendengar nasehat dari kakaknya. Sesuatu yang langka yang jarang sekali dia dapatkan dalam hidupnya. Jason memeluk Sally erat, lalu berkata,
"Makasih kak" ujarnya, "Makasih karna udah berusaha jadi kakak yang baik buat Jason. Jason juga janji kalau Jason juga akan berusaha menjadi adik yang baik yang bisa kakak banggain ke temen-temen kerja kakak"
"Sama-sama sayang" balas Sally.
"Sekarang karna udah malem, waktunya buat tidur. Besok sekolah kan?" tanya Sally setelah pelukan mereka terlepas.
"Iya lah. Kan tanggalnya masih hitam belum merah?"
"Ya udah kalau gitu, tidur sana. Dan besok biar kakak antar kamu ke sekolah" ujar Sally membuat mata Jason membulat.
"Nggak usah kak, kalau kakak telat gimana?" tolak Jason panik
"Nggak apa-apa. Sekali-kali telat nggak masalah, toh selama ini kakak udah jadi karyawan paling rajin dan pekerja keras di kantor. Mereka nggak bakal berani mecat kakak" Sally menyombongkan diri.
"Dih sombong" cibir Jason.
"Bercanda kok. Lagian besok kakak berangkat siang, jadi nggak masalah kalau kakak ngantar kamu duluan"
"Oke" Jason menganggukkan kepalanya paham, "Tunggu apa lagi? Ayo sana tidur"
"Iya-iya ini juga mau tidur" ujar Jason dengan bibir mengerucut sebelum kembali ke kamarnya.
Sesangkan Sally hanya tersenyum lebar melihatnya
Let's meet