"Kamal"
"Iya ma" Kamal menoleh ke arah pintu sambil membenarkan letak kacamata yang bertengger di hidung bangirnya.
"Kalila mana? Kok jam segini belum pulang"
Kamal mengendikkan bahunya ketika ditanya perihal keberadaan Kalila, saudari kembarnya.
"Tadi sih kumpul sama temen-temen cheers nya ma, abis itu Kamal nggak tau dia kemana" ujarnya kemudian.
Si Mama menghela nafas kasar, "kebiasaan" ujarnya, "udah dibilangin kalau abis latihan itu langsung pulang malah ngelayap" gerutu mamanya kesal, "ya udah lanjutin belajar kamu. Biar mama marahin kalila nanti"
Kamal hanya mengangguk. Laki-laki itu lalu melanjutkan sesi belajarnya yang tadi sempat terinterupsi oleh kemunculan mamanya.
"Darimana aja kamu?"
Kalila baru saja menutup pintu rumahnya ketika pertanyaan bernada dingin itu dilontarkan oleh mamanya kepadanya
"Dari kumpul sama anak-anak cheers ma" jawab Kalila cuek.
"Bukannya udah dari tadi hm? Ini udah jam sembilan malem lho Kalila, udah lewat empat jam dari waktu kamu biasanya pulang. Masa iya cuma kumpul aja selama itu? Ngelayap ya kamu?"
"Terserah mama aja deh kalau nggak percaya sama Kalila" ucap Kalila dengan entengnya lalu berjalan menaiki tangga.
"Ganti baju trus makan. Abis itu belajar. Kamu nggak boleh ngapa-ngapain pokoknya, atau semua fasilitas kamu mama cabut" ujar mamanya membuat Kalila menghentikan langkah sejenak, sebelum menggumamkan kata "terserah" dan berjalan lagi ke kamarnya.
"Punya anak dua kok bisa beda banget sih sifatnya, heran" sayup-sayup Kalila masih mendengar itu, tapi dia tak begitu mempedulikannya.
Toh, memang bukan hal yang baru jika dia selalu dibanding-bandingkan dengan Kamal, saudara kembarnya.
Cklek!
Kalila melihat sekilas ke arah pintu sebelum lanjut menekuri buku pelajarannya.
"Coklat hangat buat lo" Kalila hanya menggumam tanpa melihat Kamal sama sekali.
Sedangkan Kamal melirik buku Kalila, buku fisika lebih tepatnya. Laki-laki itu mendesah pelan ketika melihat jawaban yang ditulis Kalila.
"Ini tuh salah jawabanya Kal, harusnya tegangan pada talinya 0,28 newton" kamal menunjuk salah satu soal di buku Kalila, "Yang ini juga salah, arah gaya coulomb-nya ke atas bukan ke bawah, kan muatannya positif"
Kalila berdecak kesal mendengar ocehan Kamal. Dia meletakan bolpoinnya kasar dan menatap tajam saudara kembarnya,"berisik banget sih lo? Jawaban-jawaban gue juga"
"Yeu, ini anak. Dibilangin salah malah nyolot. Gue tuh mau bantuin lo biar nggak salah lagi"
"Apa peduli lo sih?" tanya Kalila sambil kembali mengalihkan fokus ke bukunya, "Lagian kalau tujuan lo ngajarin gue cuma buat pamerin kepintaran lo ke gue mendingan nggak usah deh. Karna gue udah tau dan semua orang juga tau kalau gue nggak lebih pintar dari lo"
Kamal menghela nafas pasrah, "siapa yang mau pamer sih Kal?" ujar Kamal, "Gue tuh tulus pengen bantuin lo. Lo pikir selama ini gue nggak capek apa denger mama ngomel terus gara-gara peringkat lo nggak naik-naik? Dan lo pikir selama ini gue bangga gitu tiap kali mama banding-bandingin kita? Nggak kal"
Kini giliran Kalila yang menghela nafas. Gadis itu memutar kursinya menghadap Kamal.
"Terus mau lo apa??" tanyanya menatap Kamal serius.