Kriteria Jodoh buat Kakak

694 36 2
                                    

"Kakak pulang" sapa Thalia begitu memasuki rumah.

"Hoahmm ngantuk banget" Irene yang sedang mengerjakan laporan melirik kakaknya yang terlihat sangat lelah setelah pulang dari kantornya.

"Capek banget kayaknya. Abis ngapain aja kak?" tanyanya

"Biasa. Abis meeting sama client, dan clientnya yang ini tuh bener-bener banyak maunya. Kudu sabar banget ngadepinnya" Irene mengangguk kecil.

"Kamu sendiri lagi bikin apaan? Kok tumben jam segini belum tidur? Biasanya kakak pulang kamu udah ngorok"

"Mana ada aku ngorok? Kakak kali yang ngorok" Thalia tertawa pelan.

"Ngerjain laporan ini. Besok udah deadlinenya dan harus dipresentasikan. Jadi ya gini deh" Thalia mengangguk paham.

"Kakak nggak mandi?"

"Masih keringetan ini! Ntar kalau kakak masuk angin gimana?" ujar Thalia membuat Irene meringis

"Bikinin kakak teh anget dong. Kakak capek banget ini mau bikin sendiri" pinta Thalia.

"Oke. Tunggu sebentar ya"

Sekitar lima menit kemudian, Irene muncul dengan dua cangkir teh di tangannya.

"Teh spesial buatan Irene Zevanya siap diminum" ujar Irene bangga.

"Makasih adekku sayang" ujar Thalia, "Hmm, enak juga ya" pujinya setelah mencicipi lemon tea buatan adiknya.

"Iya dong, siapa dulu yang bikin?" Ganti Irene menyombongkan dirinya.

Gadis itu kembali berkutat dengan laptopnya, mengerjakan kembali laporan miliknya, sampai dia teringat sesuatu.

"Oh iya kak, tadi kak Bagas ke sini loh"

"Ngapain?" tanya Thalia dengan kening berkerut.

"Nganterin cake. Itu ada di kulkas. Katanya kemarin kakak pengen makan itu, tapi pas mau dibeli udah abis"

"Oh" jawab Thalia singkat membuat Irene melongo

"Cuma oh doang?"

"Ya terus gimana? Kakak harus salto gitu buat ungkapin rasa seneng kakak karna kak Bagas udah beliin kakak cake kesukaan kakak?"

"Bukannya gitu, kakak kaya biasa aja gitu ekspresinya. Kalau aku pasti udah seneng banget "jawab Irene membuat Thalia tertawa

"Kak. Kak Bagas tuh perhatian banget ya orangnya. Bikin iri aja tau nggak. Coba aja Jovi kaya gitu" Irene cemberut membuat Thalia tersenyum tipis

"Jovi kan kaya dek dia bisa beliin apapun yang kamu mau. Coba aja kakak ketemu cowok kaya Jovi, udah kakak nikahin tuh" ujar Thalia membuat Irene melotot.

"Nggak dek bercanda. Kriteria kakak soal pasangan hidup nggak kaya gitu kok" Irene mendecih.

"E tapi kak, ngomongin soal pasangan hidup jadinya kakak milih siapa? Kak Reno apa kak Bagas?" tanya Irene penasaran. Perhatiannya kini benar-benar tertuju pada kakaknya.

"Mereka itu cuma temen dek, nggak lebih" jawab Thalia

"Hei, temen apa temen?" goda Irene.

"Temen ya ampun. Nggak percayaan amat sih kamu sama kakak" Irene menghela nafas.

"Bukannya nggak percaya kak. Aku tuh cuma mau bilang kalau dua-duanya tuh orang yang baik. Jadi siapapun yang kakak pilih, aku sih setuju-setuju aja" Thalia lagi-lagi tertawa mendengar perkataan Irene.

"Udah kaya mama aja kamu milihin jodoh yang baik buat kakak" ujarnya kemudian

"Lah kan, aku keluarga kakak juga? Boleh dong ikut milihin jodoh yang baik buat kakak?" ujar Irene.

"Iya deh iya"

"Tapi kak ada satu hal yang Irene minta dari kakak soal kriteria pasangan hidup kakak"

"Apa itu?" tanya Thalia penasaran.

"Kalau kakak cari jodoh, selain akhlak dan agamanya yang baik, Irene mau kakak cari cowok yang bisa sayang sama keluarga kita. Kan katanya pernikahan itu menyatukan dua buah keluarga, jadi Irene pengen kakak cari pasangan hidup yang nggak cuma bisa nerima kakak apa adanya, tapi bisa menerima keluarga kita apa adanya pula" ujar Irene, "Keluarga kita mungkin bukan tipe keluarga yang mewah dan berkecukupan. Sekarang pun kita tinggal juga cuma sama mama, papa udah nggak ada. Tapi kakak harus percaya kalau selama ini papa sama mama udah berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakan kita, untuk mencukupi kebutuhan kita. Jadi biar usaha papa dan mama tetap terjaga, Irene doain kakak dapet jodoh yang tepat yang bisa sayang sama keluarga kita, apalagi sayang sama mama"

Hati Thalia tersentuh mendengar permintaan Irene. Ingin rasanya dia menangis, tapi dia mengurungkan niatnya.

"Pasti sayang" ujarnya sambil membelai rambut panjang Irene lembut, "Karna itu memang kriteria pasangan hidup yang selama ini kakak inginkan, dan terimakasih sudah mau mengingatkan kakak untuk itu"

Irene tersenyum. Gadis itu lalu bangkit dan memeluk kakaknya erat.

"Irene sayang sama kakak, sama papa sama mama juga" ujarnya.

"Kakak juga sayang"

Mereka terus berpelukan tanpa menyadari kalau sejak tadi mama mereka melihat dan mendengar semuanya dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya.




Let's meet

Let's meet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Siblings Goals °k-idolsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang