"Ayah, abang, aa', adek, ayo sahur dulu keburu imsak"
"Iya"
Rahmi tersenyum tipis ketika mendengar jawaban kompak dari Randy, suaminya, juga ketiga anaknya, Keenan si sulung, Keanu si anak nomor tiga dan Kenzie si bungsu.
"Widih masak apa ma?" tanya sang suami.
"Banyak dong, ada sayur asem, ada sambal teri, ada telor dadar balado kesukaan adek, ada tempe mendoan, tinggal pilih yang mana"
"Aku sih yang mana aja yang penting masakan mama" sahut Kiara, si anak nomor dua. Dia ini paling cantik nomor dua setelah mamanya di rumah.
"Masakan kamu juga kak, mama kan dari tadi cuma ngasih resepnya aja" Kiara senyum-senyum sendiri mendengar perkataan sang mama.
"Nah gitu dong kak bantuin mama masak, jangan molor mlulu"
"Yang molor mulu tuh elu bukan gue"
Keanu hanya meringis sambil mengelus kepalanya yang baru saja diketok pakai sendok sama kakaknya. Hm, untung sendoknya belum kepake.
Sementara kedua orangtua mereka hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan mereka.
"Kamu kenapa dek kok kayaknya lesu gitu?" pertanyaan Keenan pada Kenzie mengalihkan perhatian keluarga itu.
"Itu tuh tugasku banyak banget. Semalem jam 12 baru tidur, makanya sekarang ngantuk"
"Sebanyak apa sih dek?" tanya Rahmi.
"Ck, banyak banget pokoknya. Mana susah-susah lagi, sampai pusing mikirnya" keluh Kenzie
"Hm, baru gitu aja udah ngeluh. Kamu tuh masih SMA dek, coba kalau udah kuliah kaya Aa' atau bimbingan skripsi kaya kakak. Yang namanya orang cari ilmu, makin tinggi pendidikannya itu makin susah tugasnya, lingkungannya pun beda. Mulai dari temen-temennya, pengajarnya. Kalau sekarang, kamu tuh masih enak. Coba kalau udah kuliah, kamu tuh dituntut buat lebih aktif lagi. Kalau sekarang guru kamu mungkin masih mau bantu pelan-pelan, nah ntar kalau udah kuliah jangan harap. Ya mungkin ada dosen yang masih kaya gitu tapi jarang. Syukurin aja lah" ujar Kiara panjang lebar.
"Bener dek yang dibilang kakak. Anggap aja apa yang kamu alamin sekarang sebagai pemanasan dan persiapan kuliah kamu, kamu juga mau ngelanjutin kan nanti?"
"Iyalah bang"
"Nah kan"
"Lagipula nih dek sekarang ini kan apa-apa dikerjain dari rumah. Bekerja dari rumah, belajar dari rumah, beribadah juga dari rumah. Orang yang tadinya sibuk terus sampai jarang kumpul sama keluarga, akhirnya mau nggak mau kumpul juga sama keluarganya. Nggak ada salahnya loh kamu gunain kesempatan itu buat tanya-tanya ke kakak-kakak kamu, ke papa sama mama juga bisa. Insyaallah kalau kita bisa,kita bakal bantu" timpal sang ayah.
"Bener tuh apa kata papa, lagipula aplikasi bimbingan belajar online kan sekarang ada, manfaatin lah dek" Rahmi ikut menimpali.
"Kamu tuh punya hp bagus hp canggih jangan cuma dipakai buat mabar aja sama aa' "
Si Aa' yang ditunjuk mendelik ke kakaknya.
"Abang juga ikutan ya, kenapa cuma aku doang yang dibawa-bawa?" katanya nggak terima sambil mengerucutkan bibir.
"Dih mana ada? Abang tuh sibuk sama kerjaan gak ada waktu mabar sama adek. Ngarang" si sulung nggak mau kalah.
"Kalau sama kak Marcella gimana bang? Ada waktu nggak?" si bungsu yang sepertinya mulai bosan mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
"Kamu tuh ya dikasih wejangan malah ngalihin topik" Keenan agak emosi.
"Tapi bener lho bang, ngomong-ngomong soal Marcella kamu kapan nikah sama dia? Mama ini udah pengen cucu"
"Hmm, mama mulai lagi deh. Kamu sih dek"
Kenzie yang dituding hanya menjulurkan lidahnya meledek kakak sulungnya.
"Jangan nyalahin adek, kan emang udah waktunya bang, apa kamu nunggu dilangkahi adek-adek kamu baru kamu mau nikah? Kiara udah ada calon loh, Keanu juga udah punya, bahkan Kenzie mungkin juga udah punya"
"Mana ada???? " tanya Kenzie tidak terima dengan perkataan mamanya.
"Bercanda sayang" Kenzie mencebik.
"Ada juga gak apa-apa dek" ledek Keenan.
"Oh iya, kemaren waktu aa' pinjem hpnya adek ada chat deh kayaknya, namanya Jihan ada love-lovenya pula" Kenzie melotot.
"Bohong ma, pa, fitnah" katanya mengelak, "a' fitnah lebih kejam daripada pembunuhan ya a' " Kenzie emosi sedangkan yang lain malah ketawa. Sang papa bahkan sampai memegangi perutnya, sebelum berkata
"Haduh, udah-udah buruan makan keburu imsak"
Yah, begitulah akhir pembicaraan keluarga Brawijaya saat sahur, hari itu.
Let's Meet
Papa Randy dan Mama Rahmi