Moment'15

7 3 0
                                    

"Abang" kei berhenti berjalan setelah mendengar ucapan ana.

"Abang baru pulang sekolah?" Tanya ana lagi

"Hemm" balas kei dengan acuh segera melangkah kan kaki nya menuju kamar

"Abang masih marah sama ana?"

"Gua bukan Abang lo"

Sesak. Itu lah yang ana rasakan sekarang. Ya memang benar kei bukan Abang ana. Tetapi bukan itu jawaban yang ingin ana dengar dari kei.

"Maaf"

"Sebulan lagi baru lebaran. Simpen aja maaf Lo"

"Ada apa?" Dewi keluar dari dapur yang sedari tadi sudah mendengar ucapan mereka

"Kei ke atas dulu Bun"

"Langsung kebawah makan ya" kei menjawab dengan anggukan kepala.

"Mungkin kei belum terbiasa, kamu yang sabar ya" Dewi mengusap punggung ana.

Ana tersenyum, dia sangat bersyukur bahwa sekarang masih ada orang yang sangat menyayangi nya " bunda perlu bantuan?"

Dewi tampak berpura-pura berfikir membuat ana menatap intens Dewi dengan kerutan di kening nya

"Jangan tatap bunda seperti itu sayang. Lebih baik kamu siap² untuk makan malam" kekeh Dewi .

Ana menghembuskan nafasnya lega. Ia takut Dewi menyuruhnya seperti kemarin. Sebenernya bukan menyuruh hanya meminta bantuan. Saat itu ana bersama kei memainkan Lego nya. Dewi mengajak ana ke taman belakang, ternyata Dewi ingin menanam tanaman baru. Jumlahnya yang tak sedikit membuat ana repot apalagi ia baru pertama kali seperti ini.

"Yaudah ana ke atas bun" Dewi tersenyum hangat kepada ana.

-

"Bun" Dewi yang sedang menata masakan nya di meja makan beralih kepada Aqila yang baru saja pulang.

Mengerti dengan tatapan Dewi Aqila berucap " kesel!! Ban mobil qila bocor dijalan, terus qila telfon montir langganan ga di angkat!!"

"Bersihin badan kamu dulu baru ngoceh" Dewi tampak acuh pasalnya tadi pagi sudah di sarankan bahwa Aqila bareng dengan kei. Tetapi Aqila tetep Aqila yang keras kepala.

Aqila menghembuskan nafas nya kasar, menceritakan semua pada bunda nya bukan lah hal yang tepat "iyaa"

"Sekalian panggil kei"

"Kita makan bareng bareng" Aqila hanya mengangkat bahu nya acuh.

-

"Berdoa dulu" Alex,kei, dan Aqila langsung menghentikan makan nya mendengar ucapan Dewi.

"Ehem. Berdoa mulai" Alex memimpin doa, ia mengakui kesalahannya sehingga menutupi dengan memimpin doa. Bisa ae ni papa wkwk

"Mari makan"

Ana yang hendak mengambil ayam goreng buatan Dewi segara berhenti  karena suara kei "itu jatah gua"

"Itu juga punya"

"Ini apalagi"

"Yang ini gaboleh"

"Itu kesukaan gua"

"Yang ini gpp" kei menunjuk tempe dan tahu. Sedari tadi ana hanya melihat tanpa berniat memprotes

"Apa apaan lo. Emang ini semua lo yang masak" ketus Aqila

"Emang lo pikir dia siapa? Cuman orang asing yang tiba-tiba tinggal di sini" perkataan kei membuat semua yang berada di meja makan menatap kei.

"Bicara apa kamu"

"Kei jangan seperti itu" Dewi dan Alex berucap dengan tatapan tajamnya.

"Yaa emang bener, emang papa sama bunda pikir dia siapa? Asal usul aja ga jelas."

Sudah cukup ana mendengar nya, ana meninggalkan mereka berlari menuju pintu rumah. Sambil berjalan tergesa-gesa ana menyeka air mata nya yang terus keluar.

"Ana"

"Ya ampun ana kamu kemana" Dewi yang melihat ana berlari keluar langsung mengejar nya. Nihil, Dewi sudah tak melihat ana.

"Mass!!! Ana ga ada" Dewi berucap sedikit terisak. Alex pun menenangkan istrinya
"nanti kita cari"

Plakkk

Dewi dan Alex menoleh ke arah Aqila yang baru saja menampar adik nya.

"Lo stres ah?"

"Lo bilang ana ga jelas asal usulnya?"

"Lo ilang ingatan?"

"Papi lagi berusaha kelarin kasus ini. Ada beberapa kemungkinan yang menunjukkan ana adalah anak om William "

"Kalo emang benar ana adalah anak om William, Lo masih mau bilang dia ga jelas asal usulnya?" Lantang suara Aqila membuat kei cukup terdiam sesaat sambil meresapi kenikmatan yang luar biasa di pipi sebelah kanan nya.

"Kalo sampe ana ga ketemu. Hidup lu ga akan aman setelah ini"

"Gua cuman ga suka dia ada disini!" 

Aqila yang baru saja dibentak kei langsung menjawab dengan bentakan yang lebih keras "lo benci grgr dia mirip Dina hah?!"

Kei diam. "bego. Udah hampir setahun Dina ninggalin Lo. Disini yang gajelas tuh Dina bukan ana. Dina hilang dan ga ketemu keberadaan nya. Dan Lo tetep nungguin dia?! Hahaha bego tingkat DNA." Aqila memberikan senyum miringnya. Seperti malaikat berhati iblis

"Dia kaka mu" Alex segera menahan tangan kei yang hendak menampar Aqila.

"Kenapa papa tahan? Biarin aja pah. Biar dia sadar. Bego karena cinta. Cuih"

Habis lah sudah kesadaran kei. Alex yang melihat wajah tak damai kei yang sedang menahan emosi langsung berkata  "ikut papa" kei menurut.

Dewi memeluk Aqila,mencium kening anaknya. "Jangan diulangi lagi ya kak. Kei hanya butuh waktu" Aqila mengganggukan kepala nya.

Setelah hampir 15menit di ruang kerja Alex. Kei keluar menuju kamarnya.

"Ini gila"

"Ga mungkin"

"Shitt!!"

Pranggg

Kei menonjok kaca yang ada dikamar nya. Ia tidak yakin dengan kenyataan ini.

"Gua harus cari dia"











Huhaa maaf ya baru up hehe

Jangan lupa besok puasa hihi

Jangan lupa vote++komen

MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang