Moment'18

5 2 0
                                    


Ana dan Dewi sedang berada di ruang tengah, di sekeliling mereka ada beberapa peralatan sekolah dan seragam sekolah.

Ana tampak gembira, namun pikiran nya sesaat mengatakan kok aku gatau terima kasih ya? Udah di ajak tinggal malah minta sekolah Dewi yang melihat perubahan dari rawut wajah ana hendak bertanya namun di urungkan karena pintu rumah terbuka menampakkan anak bungsu Alex dan dirinya.

"Assalamualaikum"

"Waalaikummusalam" jawab Dewi. Hanya Dewi karena ana masih mode on benggong

Kei menghampiri keduanya, menatap bunda nya lalu ke ana, gadis yang di tatapnya malah menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong

"Bun, ini buat siapa?" Reflek ana langsung membuyarkan pikiran karena suara kei yang sangat dekat dengan nya "buat ana,Abang"

Kei menggerutkan keningnya, mencari kebenaran lewat mata ana. Nihil, memang benar tidak ada kebohongan disanah "lu mau sekolah?"

"Emang mau sekolah dimana?"tanya kei lagi,namun pandangan nya beralih kepada Dewi yang sedari tadi hanya menjadi pendengar

"Hemm... SMA Angkasa" kei yang sedang membuka dasi nya spontan membulatkan matanya sempurna
"Sekolah kei dong?"

"Papa yang menyuruh ana sekolah disanah,biar ana juga ada yang jagain" tutur Dewi sambil membereskan peralatan sekolah

Jagain? Siapa?

Seakan mengerti dengan pikiran kei, Dewi menjawab dengan santai nya
"Kamu,yang jagain ana"

"Kei punya kesibukan sendiri,Bun" jawab kei sedikit tidak terima, memangnya kei seorang baby sister yang menjaga seorang anak?

"Ada kak Gilang, jadi bunda gausah khawatir"

"Siapa Kak Gilang?"

Pendengaran kei saat ini sedang bagus. Jadi, ana dan Gilang sudah saling mengenal? Dan gilang mengatakan bahwa ana harta berharga nya?

"Ka Gilang, kaka ana di panti, dari kecil ana udah kenal sama Ka Gilang. Ka Gilang baik, penyayang, ga cuma sama ana tapi sama adik-adik panti yang lain"

"Berarti kak Gilang itu masih tinggal di panti?" Tanya Dewi tertarik mendengar lebih lanjut tentang ini

Kenyataan apalagi ini Tuhan. Akhir-akhir ini banyak sekali yang mengejutkan dirinya. Bumi memang sempit

"10 tahun yang lalu ka Gilang di angkat menjadi anak adopsi. Ana merasa kehilangan, tapi Bu panti selalu bilang bahwa ka Gilang akan mengunjungi kita semua"

"Kenapa pas lo sakit dia ga ada?" Ana menengok ke kanan mendapati kei yang sedang bermain ponsel

"Aku gatau, mungkin ka Gilang gatau kabar aku. Ka Gilang udah beberapa bulan ga pernah ke panti" kei hanya mengangguk-anggukan kepalanya paham.

-

Sudah hampir 1 jam Lala menemani Aqila kemanapun langkah kaki nya melangkah. Entah apa yang di cari,dari lorong ke lorong sudah di telusuri, memang Aqila pikir kampus nya ini tidak besar. Bahkan dosen pun ada yang salah masuk kelas

Aqila duduk di kursi yang berada di taman kampus. Ia sudah lelah, sedari tadi mencari tidak mendapatkan hasil
"Lu lupa ya kalo ada gua?" Aqila terkejut, menepuk keningnya sendiri "maapin ya, lalaku"

Lala memutar bola mata nya malas "gua ga suka sama panggilan yang barusan lu sebut" Aqila tidak mau mempermasalahkan "tuh anak dimana si?"

"Anak? Siapa? Lu bawa anak ke kampus?"

"Ck! Lu dari tadi ngikutin gua tapi gatau gua cari apaan?"

Lala menggelengkan pala nya pelan dengan muka yang di pasang sepolos mungkin "Febrian" satu kata itu membuat Lala tersenyum menggoda kepada Aqila

MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang