Moment'12

6 3 1
                                    


Keesokan harinya ana sudah di perbolehkan pulang oleh dokter Farhan.

Dewi dan Alex sepakat bahwa ana tinggal bersama mereka. Setidaknya sampe kasus ini selesai.

Ana yang sedari tadi canggung dan tidak pernah tinggal dirumah semewah ini hanya duduk diam sambil manatap sekeliling.

"Permisi non" ucap salah satu pembantu yang berumur hampir kepala empat.

"Panggil ana aja bi" balas ana sambil berdiri

"Saya tidak enak, lebih sopan panggil non saja ya"

"Iyaa deh" pasrah ana

"Kamar non sudah rapih" bibi yang ada di hadapan ana menunjukkan kamarnya.

Sesampainya dikamar, ana cukup terkejut, bagaimana tidak, kamar yang berukuran sangat besar ini hanya untuk tinggal dirinya?
Jika di panti, cukup untuk 20 anak.

"Ada yang bisa di bibi bantu lagi non?" Ana menggelengkan kepalanya refleks, ia masih syok dengan kenyataan ini.

"Bibi kebawah dulu ya non. Kalo perlu sesuatu panggil aja bibi" pamit bibi sopan

Ana membalikan badannya "tunggu bi. Nama bibi siapa?" Bibi terkekeh dengan jawaban polos ana

"Nama saya Elis Rahmawati. Panggil aja Bi Lis " ana tersenyum setelahnya.

Ana melangkahkan kaki nya menuju kasur berukung king size. Ia duduk
' empuk banget ' ucap ana dalam hati.

Kamar bernuansa pink muda berbalut biru ini sangat segar di lihat. Lebih fresh daripada kamar panti yang berwarna putih pucat.

"Apa ini ga berlebihan?" Tanya hanya pada dirinya sendiri.

Ceklek

Ana menatap pintu kamar yang terbuka setengah, terlihat Dewi yang hanya menonggolkan kepala nya. Ana tertawa kecil melihat sikap Dewi

"Bunda boleh masuk?"

"Ini kan rumah bunda" kekeh ana

Sejak awal bertemu ana dianjurkan memanggil Dewi dengan sebutkan bunda oleh Dewi sendiri. Awalnya ana sedikit aneh tapi ia harus di biasakan.

"Gimana kamarnya?" Tanya Dewi sambil duduk di hadapan ana

"Ana suka Bun, tapi.. "

"Kenapa hemm?"

"Terlalu besar, ana takut kalo malam malam ada sesuatu"

Dewi tertawa mendengar "hei tidak ada apa apa. Samping kanan ada kamar kei dan kiri ada kamar Aqila. Jadi posisi kamu di tengah tengah"

Ana diam menatap Dewi"boleh ana peluk bunda?" Dewi mengangguk lalu tersenyum.

"Ana merindukan sosok ibu" saat itu juga Dewi teringat Aida

-

Pukul sudah menunjukkan 8 malam, sudah waktunya keluarga Alexander berkumpul untuk makan malam.

Sedikit berbeda pada makan malam kali ini. Karena bertambahnya anggota baru, ana.

Sebelum Dewi dan Alex membawa ana kerumah, Aqila datang ke rumah sakit bersama Lala.

Aqila sangat setuju, ia mulai tertarik dengan ana. Banyak sisi lain dari gadis ini yang belom ia ketahui.

"Haii adik manis" sapa Aqila saat melihat ana datang bersama Dewi

"Haii juga ka" ana tersenyum malu

"Jangan kaku dong, anggep aja ini rumah kamu. Lain waktu kita fulltime, terus shoping, ke tempat foto, ke sa.."
Belom sempat menyelesaikan ucapan nya Alex sudah memotong

"Kapan makan kalo kamu terus ngoceh?"

"Eh iya" Aqila dan ana terkekeh kecil

"Kei dimana?" Tanya Dewi

"Dikamar kyknya Bun"

"Udah lah duluan aja, keburu tu ayam dingin" jawab Aqila mendapat gelengan dari sang ayah

5menit menunggu akhirnya kei turun dengan langkah gontai. Rambut kusut,mata sayu,dan baju omblong.

"Ngegembel dimana lu haha"

"Siapa?"

"Lu lah"

"Nanya"

"Sialan" skakmat Aqila dibuatnya.

Kei kaget dengan adanya ana di samping bundanya " lah kok lu disini?" Tanya kei sambil duduk

"Ana tinggal sementara disini, sampai kasus selesai" kata dewi

"Balikin aja ke panti"

"Kei!! Jaga ucapan mu" tegas alex

Ana mendengar ucapan kei cukup sakit, pasalnya ana tidak pernah  meminta untuk di tampung oleh siapapun. Dewi dan Alex lah yang meminta.

"Bunda dan ayah yang menyuruhnya tinggal disini" Dewi berucap sambil menuangkan nasi ke piring alex

"Nyusahin" kei bangkit dari duduknya dan hendak kembali ke kamar.

"Duduk dan makan"

Kei menuruti perintah Alex. jika tidak percayalah fasilitas nya akan menjadi taruhan.

Kei mantap sinis ana yang menunduk sedari tadi. Sejak kejadian itu kei menjadi tak suka terhadap nya.

Melihat ana mengingatkan nya terhadap masalalu nya. Masalalu nya bukan Dina. Camkan itu.

Kei sangat tidak suka jika ana di banding bandingkan dengan Dina. Dina ya tetep lah Dina. Gadis yang
amat sangat kei cintai.

Berbeda dengan ana. Gadis desa biasa yang asal usul nya saja tidak jelas.

Aqila menatap Alex yang sedang menatap ana dengan intens pun hanya diam saja.

Tidak mau membuat ulah, bisa dipastikan setelah makan Aqila akan membabi buta kei dengan tinju nya.

Makan malam kali ini sangat sepi. Jika sebelumnya ada tingkah ajaib kei sekarang hanya suara sendok dan gardu yang beradu dengan piring saja. Garing banget yakk

Makan malam selesai. Dewi dan Alex pergi ke kamar untuk beristirahat.

Aqila pun yang sejak tadi menahan emosi terhadap kei harus menunda, karena ia harus menyelesaikan tugas kuliahnya.

Kei beralih keruang keluarga untuk menonton TV. Tak heran Alex pun menonton salah satu kartun yang berbentuk mobil bus berwarna biru.

Menurutnya lucu saja. Mengingat kan kei akan masa kecil saat ia bermain mobil mobilan bersama sang ayah.

Alex yang bosan dengan mobil mobilan anaknya yang kecil dan tak benar benar dijalankan. Akhirnya membelikan nya mobil remote untuk kei.

Betapa gembira nya kei saat menerima itu. Berbeda 180° dengan sekarang. Ayahnya sangat sibuk. Kei pun sungkan untuk bermanja dengan ayahnya.

"Ana minta maaf" kei pun tersadar dari lamunannya. Ia menatap ana yang berdiri menunduk.

Kei menatap datar ana. Ada rasa tidak tega jika mendiami Gadis desa ini.

"Hemm" hanya itu balasan kei. Itupun bukan ucapan tetapi sebuah deheman.

Ana tersenyum kecil. Senang bukan di maafkan orang lain? Setidaknya ana sudah meminta maaf.

Ana berbalik menuju kamarnya langkah nya terhenti saat kei memegang tangannya
"Ikut gua"















Nah loh mau diajak kemana tuh si ana?😂😂

Kei gimana si dikit dikit marah dikit dikit engga wkwk😅😅

Aqila baik kan?

Tinggalkan vote+ komen yaa guys
🤗😘

MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang